Anggur dari Bantul Ini Buahnya Lebat dan Menggiurkan

Anggur dari Bantul Ini Buahnya Lebat dan Menggiurkan

KORANBERNAS.ID -- Hobi kalau ditekuni bisa mengalirkan uang ke pundi-pundi. Hobi apa saja, banyak bukti di lingkungan masyarakat, termasuk hobi memelihara tanaman.

Ja'far Istadi (50) sudah membuktikannya. Tanaman bisa menjadi sumber pendapatan keluarga dengan tiga anak. Pria lulusan Sekolah Teknik Menengah (STM) Negeri 2 Jetis Yogyakarta Jurusan Mesin Produksi itu awalnya bekerja pada sebuah perusahaan produsen alat-alat pertanian.

Hanya bertahan tiga tahun, Ja'far kemudian memilih kerja mandiri. Dia menjadi juragan sendiri dengan mendirikan bengkel las di Jalan Imogiri Barat, tak jauh dari rumahnya di Sorogenen Desa Timbulharjo Kecamatan Sewon Bantul.

Meski sudah keluar dari perusahaan, tetapi hubungan kerja masih tetap terjalin. Dia masih menerima banyak order dari perusahaan  tempat dia pernah bekerja.

"Mesin produksi itu bermacam-macam. Termasuk mesin perontok padi, jagung, penanam padi dan lain-lain," kata Ja'far ditemui di kebunnya, Selasa (1/10/2019).

Sembari bekerja di bidang las, Ja'far mulai membeli tanaman hias karena memang hobinya sejak kecil. Bermula ketika anturium yang fenomenal itu, menyusul kemudian aneka tanaman hias bunga maupun daun yang cantik beraneka warna. Sambil usaha bengkel las tetap jalan, tanaman hiasnya mulai laku.

Berkutat dengan besi, alat-alat las dan karbit selama 25 tahun, dia mulai merasa lelah. Kemudian lebih konsentrasi ke tanaman. Las masih jalan untuk relatif yang kecil-kecil dan peralatannya ada di sisi selatan halaman rumahnya.

"Karena sudah tua, dekat dengan tanaman hati dan pikiran lebih tenang," kata dia.

Apalagi setelah dia melihat tren tanaman anggur punya prospek bagus. Banyak dicari harganya mahal.

Beruntung dia pernah dua kali terpilih sebagai peserta pelatihan pertanian di Bogor, dikirim oleh Badan Penyuluh Pertanian (BPP) Kabupaten Bantul.

Di lorong gang depan rumah, anggur berbuah lebat. (arie giyarto/koranbernas.id)

Di sanalah Ja'far memperoleh aneka teknologi. Teknik mencangkok untuk pembiakan tanaman nyaris tak pernah gagal. Dengan teknik cangkok, keaslian tanaman masih terjaga. Berbeda dengan teknik sambung pucuk misalnya.

Halaman rumahnya seluas 160 m2 kini teduh oleh aneka tanaman hias maupun beberapa jenis tanaman buah. Di antaranya tanaman anggur aneka varietas impor.

Dia bekerja sama dengan  Fatah, adiknya, yang tonggal tak jauh dari rumahnya. Kerja bareng bidang pembibitan maupun pemasaran memperlancar pengembangan usaha ini.

Selain membibit yang kecil-kecil, Fatah juga menanam pohonnya dengan memanfaatkan gang di depan rumahnya.

Ada dua varietas anggur yang kini sudah banyak bergelantungan buahnya. Sebagian masih kecil-kecil. Buah yang matang baru saja dipanen, sebagian untuk icip-icip tetangga. Apabila membeli langsung petik dari pohon dipatok harga Rp 100.000.

Bibit harganya bervariasi tergantung varietas serta besar kecilnya pohon, mulai Rp 120.000.

Siang itu ada pecinta tanaman membeli bibit anggur yang istilahnya  "sudah jadi" seharga Rp 350.000. Mahal juga ya?

Bibit yang kecil memang murah tetapi risiko mati lebih besar. Apalagi kalau memeliharanya tidak memenuhi standar paparan sinar matahari, penyiraman  dan pemupukan.

"Idealnya anggur kena paparan sinar matahari penuh," kata Ja'far.

Dengan perawatan yang baik, delapan bulan sudah berbuah. Satunya lagi satu tahun baru berbuah karena beda varietas.

Itulah makanya Ja'far menciptakan para-para unik. Bentuknya spiral dengan tinggi 140 cm kemudian ditaruh di pot besar tempat anggur ditanam.

Di lahan sempit di mana sinar matahari menjadi sesuatu yang mahal, ini bisa menjadi solusinya. Pot dipindah-pindah dengan aman guna memburu matahari.

"Untuk memenuhi keinginan orang yang tidak punya lahan tetapi ingin menanam. Pohon ditanam di tengah dan daun dan bunganya diarahkan ke spiral. Jadi buahnya akan bergelantungan di luar, bagus sekali.

Salah satu varietas anggur berbuah sangat lebat dan menggiurkan. (arie giyarto/koranbernas.id)

Semua laku

Jenis tanaman apa yang paling laku? Menurut dia semua laku. Tanamannya diambil pedagang untuk disetor ke pasar tanaman.

Berapa margin yang didapat, dia mengaku sulit menghitungnya karena hasil penjualan sebagian untuk  pengembangan tanaman dagangan.

Yang pasti menurut Ja'far, biaya hidup keluarganya mampu ditutup dari usaha ini. Tak hanya menghasilkan uang, tetapi juga raga sehat karena kembali dekat alam.

"Yang penting kita fokus dan tidak malu ditertawakan,: katanya.

Kebanyakan petani masih setia dengan tanaman pertanian tradisional. Saat ini dia sedang mencoba membuat bonsai anggur.

Beberapa pokok besar pohon anggur tertancap di sejumlah  pot besar. Kalau inovasinya ini berhasil, sangat menarik.  Akan makin banyak uang mengalir ke sakunya.

Dia berpesan, jangan sampai sejengkal tanah pun dibiarkan kosong. Bisa dimanfaatkan paling tidak untuk diri sendiri. Aneka jenis sayuran seperti sawi, bayam, terong, tomat,  kacang panjang, cabai sangat mudah ditanam di lahan sempit sekalipun.

Apalagi sarana produksi pertanian cukup tersedia. Dengan menanam sayuran sendiri, kebutuhan sehari-hari mungkin bisa terpenuhi. Lebih penting lagi terhindar  dari mengonsumsi residu pestisida. Kuncinya tinggal kemauan. (sol)