Anak Harus Diajarkan Berpikir Analitis

Anak Harus Diajarkan Berpikir Analitis

KORANBERNAS.ID,BANTUL--Model pembelajaran dari waktu ke waktu terus mengalami perkembangan dan inovasi sesuai dengan kondisi jaman. Dan untuk abad 21, model pembelajaran yang paling tepat adalah anak harus dilatih berpikir analitis.

“Anak harus dilatih  dan diajak  berpikir analitis bukan berpikir mekanistis.  Yakni menekankan pentingnya kerjasama dan kolaborasi dalam menyelesaikan masalah, diarahkan untuk mampu merumuskan masalah, bukan hanya  menyelesaikan masalah. Diarahkan untuk mendorong peserta didik mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu,”kata Anita Isdarmini,  M.Hum. Kasi Kurikulum dan Kesiswaan Bidang Dikmad Kanwil Kemenag DIY, selaku narasumber  saat menyampaikan materi “Kebijakan Tata Kelola  Pembelajaran dan Penilaian Pembelajaran Berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skills),” dalam Bimtek Pembuatan Soal HOTS bagi guru MTsN 3 Bantul, di madrasah setempat Sabtu (13/2/2021).

 Mugiyanta Msi  Pengawas Madrasah Kemenag Bantul  yang menyampaikan materi “Pengembangan Pembelajaran Berpikir Tingkat Tinggi”. 

Sementara untuk praktek penyusunan soal dan presentasi dipandu Wakamad Urusan Kurikulum Puji Lestari, S.Pd dan guru senior Siska Yuniati, M.Pd. 

Anita menguraikan, kunci utama tata kelola pembelajaran adalah  manajemen madrasah dan manajemen kelas. Dalam HOTS guru hendaknya menekankan pada penilaian yang mencakup 3 aspek yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan yang bisa meningkatkan keterampilan peserta didik. 

“Penilaian HOTS atau perpikir tingkat tinggi, harus dimulai dari mindset guru. Sebagaimana ciri pembelajaran abad 21, guru bukan satu-satunya sumber belajar, belajar tidak harus di kelas. Murid dapat belajar terlebih dahulu sebelum guru memberikan pelajaran, guru berperan sebagai tutor dan proses pembelajaran berubah dari teaching and learning menjadi learning and tutoring,” tandas Anita.

Sedangkan  Mugiyanta  dalam kesempan a itu memaparkan tentang 3 aspek keterampilan berpikir tingkat tinggi. Pertama, keterampilan berpikir sesuai dengan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang menjadi satu kesatuan dalam proses belajar dan mengajar. Kedua, keterampilan yang memiliki keinginan kuat untuk dapat memecahkan masalah yang muncul pada kehidupan sehari-hari.

 Ketiga, keterampilan yang dikerahkan dalam memecahkan permasalahan yang muncul, mengambil keputusan, menganalisis,  menginvestigasi, dan menyimpulkan.

“Dalam ranah kognetif kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah menganilis, menilai, mencipta. Perumusan tujuan pembelajaran harus jelas dalam menunjukkan kecakapan yang harus dimiliki peserta didik. Tujuan pembelajaran mengisyaratkan bahwa ada beberapa karakter kecakapan yang akan dikembangkan guru dalam pembelajaran. Selain itu, tujuan pembelajaran ini juga bertujuan untuk menguatkan pilar Pendidikan,” tandasnya.

Sedangkan  Sugeng  Muhari, S,Pd.Si kepala madrasah mengatakan, kegiatan tersebut bertujuan sebagai pengimbasan Bimtek penyusunan soal HOTS yang telah dilakukan Kanwil Kemenag DIY dan untuk meningkatkan kompetensi guru madrasah dalam membuat soal berbasis HOTS.

“Dengan kegiatan ini saya mengajak agar para guru melaksanakan pembelajaran berbasis HOTS sampai dengan penilaiannya,” harapnya.(*)