57 Tahun UKDW, Harus Mampu Menjawab Kebutuhan Masyarakat

57 Tahun UKDW, Harus Mampu Menjawab Kebutuhan Masyarakat

KORANBERNAS.ID -- Peringati Dies Natalis ke-57, Universitas Kristen Duta Wacana mengangkat tema beradaptasi, berubah, bertumbuh, mendukung keutuhan ciptaanNya. Hal ini mengingatkan, menyemangati dan memotivasi seluruh civitas akademika UKDW agar mampu beradaptasi sambil memperjuangkan visi dan misi kampus.

Dalam puncak peringatan Dies Natalis ke-57 yang di laksanakan Kamis (31/10/2019) rektor UKDW Henry Feriadi menyampaikan, bahwa dalam kurun waktu satu tahun total mahasiswa baru yang diterima UKDW meningkat cukup signifikan, hal ini menunjukkan minat dan kepercayaan masyarakat terhadap UKDW semakin baik.

Sebagai capaian pada tahun 2019 ini, program studi Pendidikan Bahasa Inggris dan Magister Manajemen telah terakreditasi B. Selain itu, seluruh program studi Sl, S2, dan S3 di Fakultas Teologi telah terakreditasi Internasional oleh Association of Theology Education in South East Asia (ATESEA).

Saat ini, lanjut Henry, UKDW telah menempati urutan ke 71 dari total lebih dari 2100 perguruan tinggi non vokasi di Indonesia. UKDW juga telah terakreditasi A untuk institusi, dan A serta B untuk semua program studi.

"Tidak hanya itu, belum lama ini UKDW mengalami pergantian pejabat baru, yang sebagian usianya masih tergolong muda. Hal tersebut diharapkan agar bisa menyesuaikan kebutuhan zaman," imbuhnya.

"Sudah waktunya kaum muda memimpin fakultas, kedepan kita memimpikan entrepreneur real, yang tidak hanya sekedar menghasilkan riset, tapi juga kemandirian wirausahawan," paparnya.

Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Ketua Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Duta Wacana, Chistantius Dwiatmadja menegaskan sebagai perguruan tinggi, UKDW bertanggungjawab dalam pengembangan SDM, kemampuan pendidikan, pengajaran dan pengabdian kepada masyarakat.

Menurutnya, UKDW harus mampu menjawab kebutuhan masyarakat, khususnya bangsa di dalam menghadapi era globalisasi.

"Inovasi adalah kunci, jangan sampai kita terjebak rutinitas. Kreasi baru harus difasilitasi dan dikembangkan. Pendidikan harus dilakukan dengan cara baru. Agenda riset harus disesuaikan dengan teknologi yang baru. Agenda perubahan tidak mudah, tapi harus berusaha dan tidak boleh menyerah," tandasnya. (yve)