Cabai dan Bawang Merah Kompak Turun Harga

Cabai dan Bawang Merah Kompak Turun Harga

KORANBERNAS.ID--Cabai dan Bawang Merah sejak setengah bulan terakhir terus turun. Lombok segar berwarna merah menyala dengan bentuk gemuk memanjang, membanjiri Pasar Beringharjo Yogyakarta.

Di tingkat pedagang kulakan serta pengecer, komoditi ini dijual dengan harga Rp 20.000/kg.

“Ini lombok dari Samas Bantul. Sejak beberapa waktu petani memang sedang panen,” kata Dwi Purwanti, salah seorang pedagang lombok di lantai dua sisi utara.

Menurut Dwi, lombok varietas imperial ini sekilas mirip lombok tropong zaman dulu. Bedanya varietas imperial kalah “gemuk” dibanding tropong. Juga lebih panjang.

Lombok jenis ini rasanya memang kurang pedas jika dibanding lombok merah biasa. Apalagi merah jenis tampar atau keriting. Tetapi tampilan masakan jadi lebih menarik, lebih merah. Terutana untuk masakan berkuah seperti sambal goreng, gulai dan sejenisnya.

Varietas ini juga tidak tahan lama. Idealnya tiga hari sudah harus habis. Harganya sama dengan lombok merah jenis tampar atau keriting. Sedangkan lombok hijau hanya Rp 10.000/kg. “Yang tetap di atas adalah lombok rawit merah. Masih di harga 32.000 rupiah per kilogram. Meskipun beberapa waktu lalu sudah tembus 60.000 rupiah,” kata Dwi.

Masing-masing jenis Lombok memiliki penggemar. hampir sama, tergantung peruntukannya, kata Dwi. Sehari rata'rata dia bisa menjual sekitar 40 kg.

Dikeringkan

Cabai atau lombok memang banyak resiko karena masa segarnya relatif pendek. Kecuali lombok rawit merah serta merah keriting.

Untuk menghindari resiko rugi, pedagang punya solusi dengan mengeringkan. Kebetulan dekat lapak penjual lombok ada tempat terbuka untuk menjemur. Dengan tampah-tampah besar, mereka menjemur lombok yang tidak layak jual.

Lombok kering ini, menurut Dwi Purwanti banyak diminati pemilik warung makan, penjual bakso, soto serta mie ayam. Karena kalau diolah menjadi sambal, hasilnya lebih banyak dan rasanya tidak berubah.

Hari itu, pedagang lombok Beringharjo juga digelontor lombok kering dari Temanggung. Puluhan kilogram lombok kering diturunkan dari kendaraan, dan ditimbang untuk disetor ke pedagang.

“Temanggung belum panen. Ini lombok dari hasil produk musim tanam lalu,” kata Ny Waluyo, pemasok asal Temanggung.

Wanita berbadan tegap itu juga memasok bawang merah atau brambang. Berbeda dengan brambang asal Bantul yang meski lebih kecil, warnanya lebih merah, rasanya lebih pedas dan aromanya lebih menyengat. brambang Temanggung ini bentuknya lebih besar, warnanya lebih pucat.

Kata salah seorang penjual brambang, komoditi dari Temanggung kebanyakan dipakai untuk brambang goreng. Mengupasnya lebih mudah, demikian juga mengirisnya menjadi tipis-tipis tak begitu sulit. Hasil akhirnya lebih banyak. Tapi memang rasanya lebih anyep.

Harga Anjlok

Sejak petani brambang Bantul panen raya, harga brambang juga anjlok. Harga yang semula pernah mencapai Rp 60.000/kg turun bertahap. Kini kisarannya Rp 15.000 sampai Rp 17.000. Bahkan di Pantai Gua Cemara Bantul, hari Minggu lalu hanya Rp 12.000.

Ini diceritakan warga RT 31 RW 08 Kelurahan Sorosutan yang piknik dan outbond di sana.

Tapi masalah harga brambang ini rutinitas berputar seperti itu. Mereka punya harapan besar di musim penghujan. Diprediksikan harganya akan kembali naik. Karena tanaman ini memang tidak tahan air. (SM)