YIA Bandara Pertama yang Memiliki Mitigasi Gempa dan Tsunami
YIA didesain untuk dapat memitigasi gempa hingga 8,8 magnitudo dan tinggi gelombang tsunami 8-12,8 meter.
KORANBERNAS.ID, KULONPROGO -- Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) merupakan bandara yang dibangun dengan dilengkapi sistem terpadu peringatan dini potensi gempa dan tsunami serta cuaca ekstrem.
General Manager PT Angkasa Pura Indonesia Bandara Internasional Yogyakarta, Ruly Artha, Selasa (3/12/2024), di ruang kerjanya menjelaskan bandara yang dibangun tahun 2018 dan diresmikan Agustus 2020 itu dilengkapi sistem terpadu deteksi dini gempa dan tsunami.
Ini menjadikan YIA sebagai bandara pertama yang memiliki mitigasi gempa dan tsunami. Sistem terpadu peringatan dini ini sekaligus melengkapi sistem evakuasi dan manajemen bencana yang telah dirancang sejak tahap perencanaan.
“Desain dan struktur seluruh bangunan di area YIA telah siap untuk dijadikan tempat evakuasi sementara (TES) ketika terjadi gempa dan tsunami. Begitu pula dengan Airport Operation Control Center (AOCC), Main Power House (MPH), gedung terminal dan gedung administrasi sebagai tempat evakuasi vertikal (TEV)," kata Ruly Artha.
BMKG Jakarta
Menurut dia, sistem peringatan atau deteksi dini gempa dan tsunami di YIA dibangun berdasarkan perhitungan dan analisis matematis-fisik terhadap posisi dan kekuatan gempa bumi yang termonitor dari Kantor Pusat BMKG Kemayoran Jakarta.
Sistem terpadu deteksi dini gempa dan tsunami ini terdiri dari sistem monitoring atau observasi, sistem processing, sistem diseminasi dan respons.
“Proses perencanaan pembangunan YIA memperhitungkan potensi risiko gempa dan tsunami sehingga YIA didesain untuk dapat memitigasi gempa hingga 8,8 magnitudo dan tinggi gelombang tsunami 8-12,8 meter dari Mean Sea Level (MSL),” jelasnya.
Ruly Artha menguraikan YIA dibangun dengan posisi landasan yang berada pada ketinggian 7,4 MSL. Lantai dasar terminal berada pada ketinggian 9,2 MSL, lantai mezzanine terminal berada pada ketinggian 15,25 MSL dan lantai 2 terminal berada pada ketinggian 21,25 MSL.
Empat lantai
Sedangkan peralatan utama mekanikal dan elektrikal berada di lantai mezzanine atau di elevasi +15 MSL. Selain itu, YIA juga memiliki fasilitas gedung crisis center empat lantai dengan luas 5.284 meter persegi sebagai tempat evakuasi yang mampu menampung 2.000 jiwa.
Pada mitigasi gempa, kekuatan bangunan YIA dirancang dengan menggunakan struktur beton dengan mutu beton f’c 35 Mpa/K 421 dan dengan fondasi bangunan terminal menggunakan bore pile dengan kedalaman 26 meter.
“Dengan kesiapan perencanaan dan pembangunan YIA dalam mitigasi bencana gempa dan tsunami, YIA mendapatkan kesempatan menjadi narasumber penyelenggaraan 2nd UNESCO - IOC Global Tsunami Symposium: Reflection of the Two Decades of the Indian Ocean Tsunami 2004 di Banda Aceh,” ujarnya.
Ruly Artha mengungkapkan simposium ini mempertemukan para ilmuwan, peneliti, insinyur, praktisi dan pembuat kebijakan dari seluruh dunia untuk membahas keadaan terkini dan kemajuan terbaru ilmu pengetahuan tsunami, rekayasa dan sistem peringatan dini untuk kesiapsiagaan dan mitigasi bencana tsunami.
Tujuh negara
Simposium diikuti perwakilan tujuh negara, United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), United Nations Office for Disaster Risk Reduction (UNDRR). Kepala BMKG Prof Dwikorita Karnawati dan Kepala BNPB Letjen Dr Suharjanto menjadi narasumber bersama Sembilan delegasi lainnya.
“Keikutsertaan YIA pada Global Tsunami Symposium ini atas kesiapan bandara dalam memitigasi bencana. Tidak hanya gempa dan tsunami, melainkan juga mitigasi terhadap likuifaksi, abu vulkanik dan mitigasi terhadap banjir. Kami juga secara rutin berkolaborasi dengan BMKG menyelenggarakan simulasi terhadap bencana gempa dan tsunami yang melibatkan warga sekitar bandara,” kata Ruly Artha.
Kolaborasi bersama BMKG ini juga diwujudkan melalui penempatan peralatan pemantau cuaca seperti AWOS, radar, windshear detection dan volcano ash detection serta alat pemantau gempa bumi seperti Accelerograph, Intensity Meters dan Earthquake Early Warning Systems. (*)