Warga Jateng, Waspadai Jika Hujan Lebih Dua Jam

Warga Jateng, Waspadai Jika Hujan Lebih Dua Jam

KORANBERNAS.ID -- Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mengimbau kepada masyarakat, terutama yang bermukim di daerah ‘kuning dan merah atau rawan longsor’ AGAR meningkatkan kewaspadaan saat musim hujan seperti sekarang.

"Kewaspadaan makin ditingkatkan, apalagi jika terjadi hujan turun lebih dari dua jam, warga di perbukitan dan lereng diminta jangan tidur karena berpotensi terjadi bencana," kata Sujarwanto Dwiatmoko, Kepala Dinas Energi Sumber Data dan Mineral Jateng, dalam jumpa pers di lantai satu gedung Gubernuran Semarang, Rabu (13/11/2019).

Menurut Sujarwanto, masyarakat harus waspada terhadap tanda-tanda longsor, terutana warga di zona kuning dan merah, yaitu warga di daerah perbukitan dan lereng pegunungan. Badan Metereologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan curah hujan selama November relatif normal dan di bawah normal.

Namun, sejumlah daerah di Jateng harus meningkatkan kewaspadaan, yaitu Banjarnegara, Wonosobo, Purbalingga, wilayah selatan Pemalang dan Kabupaten Pekalongan, Purworejo terutama bagian utara, Banyumas dan Kebumen.

“Memasuki musim hujan tahun ini atau hingga pertengahan November, ada satu kejadian tebing yang longsor dan menimpa satu rumah di daerah Banjarnegara. Selain itu, tanah retak di salah satu desa di daerah Salaman, Kabupaten Magelang. Ini perlu diwaspadai,” terangnya.

Secara reguler Dinas ESDM melakukan pemantauan dan pemeriksaan di 27 kabupaten/kota yang rawan gerakan tanah. Aspek-aspek yang diamati antara lain, adanya retakan, pohon dan tiang listrik miring, air sungai keruh dan mengandung kerikil, krakal dan bongkahan batu secara tiba-tiba, muncul rembesan air di tebing, serta bangunan retak bahkan miring.

Terekait kewaspadaan terhadap bencana, Dinas ESDM Jateng memberikan surat edaran kepada pemerintah daerah. Adanya surat edaran kewaspadaan tersebut, diharapkan ada tindakan-tindakan mitigasi atau lebih lanjut. Antara lain meningkatkan kewaspadaan khususnya warga yang bermukim di daerah perbukitan dan lereng, membersihkan drainase sehingga air tidak tersumbat, memelihara Early Warning System (EWS), serta jojohtelo atau menutup celah-celah tanah yang membuka atau retak.

“Pastikan saluran drainase berfungsi. Untuk itu gerakan membersihkan saluran-saluran air harus lebih digiatkan, memelihara EWS atau sistem peringatan dini, jangan malah dicolong sehingga saat akan terjadi bencana dapat terdeteksi,” katanya. (eru)