Usaha Ayam Goreng Kalasan Seperti Jalan di Tempat

Usaha Ayam Goreng Kalasan Seperti Jalan di Tempat

KORANBERNAS.ID, SLEMAN --  Calon Bupati Sleman Nomor Urut 1, Danang Wicaksana Sulistya (DWS), Kamis (8/10/2020), menyambangi sentra ayam goreng Kalasan di Padukuhan Bendan, Kelurahan Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Sleman. Kesempatam itu dimanfaatkan warga untuk menyampaikan berbagai usulan.

Ketua Kelompok Pengusaha Ayam Goreng Maju Makmur, Pandoyo Yulianto, didampingi sekretaris paguyuban, Ibnu Nugroho, saat bertemu DWS di Taman Kebun Jati menyampaikan beberapa usulan terkait pengembangan usaha di wilayahnya.

“Usaha ayam goreng ini terasa jalan di tempat, karena setelah ditetapkan sebagai sentra kami dilepas untuk berjuang sendiri menghadapi pasar,” kata Pandoyo.

Menurut dia, warga Dusun Bendan yang mewarisi lezatnya bisnis ayam goreng secara turun temurun itu harus mencari pasar sendiri.

Diakui, sebagian pedagang mampu meraih sukses, sebut saja Nyonya Suharti dan Mbok Berek. Tapi tidak sedikit pengusaha ayam goreng berguguran karena minimnya dukungan.

Secara brand atau merek mereka menang, namun kendalanya masih banyak. “Misalnya pemasaran dan tidak adanya etalase yang memadai untuk penjualan produk,” kata dia.

Meskipun kondang sebagai menu yang memiliki basis penggemar besar, ketiadaan etalase pemasaran menjadi kendala sulit diatasi. Sejauh ini, lanjut Pandoyo, pengusaha hanya mengandalkan penjualan langsung ke pelanggan.

Pandoyo menambahkan, sentra ayam goreng Dusun Bendan membutuhkan fasilitas pemasaran. Dia mencontohkan di Kota Yogyakarta pengusaha bakpia, gudeg dan berbagai jenis kuliner oleh-oleh diuntungkan dengan letak lokasi di pinggir jalan sehingga mudah dijangkau pembeli.

“Bendan ini jauh dari mana-mana, walaupun secara jarak tidak jauh dari rute wisata Candi Prambanan, Candisari dan Boko. Tapi karena tidak ada tempat, jadi yang datang juga sedikit,” sambung Ibnu dinyatakan benar oleh Pandoyo.

Ibnu maupun Pandoyo mengakui sentra ayam goreng di Bendan tidak mendapatkan penguatan sumber daya manusia (SDM) bidang jasa wisata. Nyaris seluruh pengusaha di dusun itu akhirnya hanya dapat mengadalkan promosi dan pemasaran masing-masing.

“Pinginnya kalau sini jadi sentra, ya minimal ada titik yang didesain untuk pasar ayam goreng,” tambah Ibnu.

Menanggapi itu, DWS menyebut Kecamatan Kalasan serta Kecamatan Prambanan masuk rencana pengembangan wisata berbasis budaya dan peninggalan sejarah. Dia akan mencatat masukan dan usulan dari pengusaha ayam goreng Kalasan untuk digodok lebih lanjut.

“Saya ingin penataan dan pembangunan Sleman ke depan pendekatannya lebih bottom up. Jadi saya turun betul mempelajari masalah, kendala dan mencatat keinginan masyarakat, dalam konteks kali ini kebetulan adalah pelaku usaha ayam goreng," kata DWS.

Politisi yang menggandeng maestro UMKM Raden Agus Choliq ini mengaku tidak akan membuat program tanpa pelibatan aspirasi masyarakat. Karena, pembangunan yang dilakukan dengan paradigma top down (dari atas ke bawah) menurut dia kerap tidak tepat sasaran.

Dalam kesempatan itu DWS menyampaikan desain besar pariwisata terintegrasi yang diusungnya. Sleman akan memiliki mekanisme untuk mendatangkan, mengakomodir dan melayani wisatawan agar mengeksplorasi Sleman.

“Bentuknya seperti terminal, tapi untuk turis. Jadi kita akan upayakan transportasi murah, bahkan kalau bisa gratis untuk jemput bola. Pelancong kita jemput di bandara dan stasiun ke terminal turis. Nah di situ nanti akan ada penjualan kamar hotel, paket tur, termasuk makanan dan oleh-oleh,” terangnya.

Terminal turis itu bisa berfungsi sebagai hub yang mempertemukan wisatawan dengan kebutuhannya, baik akomodasi, transportasi dan atraksi.

Selain mengupayakan terminal, pemerintah juga dapat menyediakan armada yang menghubungkan terminal dengan kawasan wisata di pelosok Sleman.

“Misalnya armada wisata untuk rute ke Kalasan dan Prambanan diatur supaya mengunjungi sentra ayam goreng Bendan ini,” ujarnya.

DWS menambahkan, masyarakat juga harus menyambut program itu dengan menyiapkan wilayahnya agar menjadi destinasi yang menarik terlebih dahulu. Bentuk dan kemasannya diserahkan pada pemangku kepentingan masing-masing destinasi.

Tak hanya persoalan pemasaran ayam goreng. Pandoyo dan Ibnu juga meminta jika DWS-ACH memenangkan kontestasi agar membantu para pengusaha makanan yang selama ini merasa diberatkan oleh berbagai birokrasi dan perizinan.

Misalnya, pengurusan sertifikat halal yang tidak saja prosesnya berbelit tapi juga biayanya cukup memberatkan.

“Saya tampung, saya catat dulu. Sekarang saya belum memiliki kewenangan apapun untuk membantu terkait perijinan dan birokrasi. Tapi satu yang pasti, jika tidak sulit, mbok ya jangan dipersulit,” kata DWS.

Pandoyo juga menyampaikan keinginan warga Bendan membuat desa wisata. Dia meminta komitmen DWS jika berhasil memenangkan pemilihan kepala daerah untuk tidak menjadikan masyarakat kecil hanya sebagai obyek pembangunan.

“Pasti, karena memajukan Sleman butuh peran semua pihak,” tandas DWS. (*)