Terkendala Lahan, Tapi Properti Diprediksi Booming

Terkendala Lahan, Tapi Properti Diprediksi Booming

KORANBERNAS.ID--PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk menyiapkan langkah untuk menyambut bangkitnya sektor properti di DIY dan sekitarnya. Bisnis properti di DIY diperkirakan akan semain berkembang tahun depan, seiring dengan semakin baiknya infrastruktur dan juga interkoneksi tol antar kota di Jateng dan DIY.

Disela-sela acara Media Gathering di Jogja, Kakanwil BNI Yogyakarta, Mohammad Hisyam mengatakan, sektor properti saat ini masih menjadi salah satu motor perekonomian di DIY. Kondisi ini berbeda dengan di daerah-daerah lain yang justru mengalami penurunan, akibat dampak dari lesunya perekoniomian.

“Untuk perumahan, memang realitasnya belum banyak yang dikembangkan oleh kawan-kawan developer. Tapi kita tahu, pembebasan lahan di wilayah barat Yogyakarta terus berlangsung. Saya yakin, tahun depan properti akan berkembang pesat. Salah satu magnetnya sudah tentu adalah bandara baru di Kulonprogo,” katanya, Selasa (29/10/2019) malam.

Hisyam mengatakan, saat inipun, sektor properti di Yogyakarta masih tumbuh dan berkembang dengan baik. Pembangunan hotel dan apartemen terus terjadi, seiring dengan perkembangan wilayah permukiman dan perkotaan.

Program program rumah bersubsidi yang diluncurkan pemerintah, juga mendorong para pengembang terpacu ikut menyediakan rumah tinggal untuk masyarakat berpenghasilan rendah atau MBR.

“Memang khusus untuk FLPP ini, di Yogyakarta tidak banyak karena terkendala oleh mahalnya harga tanah. Tapi tetap ada. Nah, yang banyak dibangun adalah di remote area, seperti Boyolali, Wonosobo, dan juga Kebumen. Kita banyak membiayai rumah subsidi terutama di Boyolali dan Kebumen,” lanjutnya.

BNI, kata Hisyam, menargetkan penyaluran kredit atau pembiayaan untuk sektor properti hingga Rp 1,9 triliun melalui produk Griya. Sedangkan untuk FLPP, penyaluran kredit sudah mencapai di kisaran Rp 250 miliar.

Direktur Utama PT Dewi Sri Sejati, Alim Sugiantoro mengakui sulitnya mendapatkan lahan dengan harga terjangkau untuk pengembangan rumah bersubsidi di DIY. Saat ini, harga tanah di DIY, khususnya di Sleman dan Bantul sudah begitu tinggi, sehingga sulit bagi pengembang untuk membangun perumahan bersubsidi.

Di Gunungkidul dan Kulonprogopun, harga tanah, katanya, terus merangkak naik. Padahal harga rumah bersubsidi, sudah dipatok oleh pemerintah.

“Saya termasuk yang beruntung masih bisa mendapatkan lahan di wilayah Godean untuk pembangunan rumah subsidi. Tapi yang selanjutnya, saya rasa akan sulit,” kata Alim.

Dukung Pariwisata

Selain sektor properti, BNI Kanwil Yogyakarta juga terus mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dari sektor kepariwisataan. Salah satu bank BUMN ini, terus mendorong pengembangan pariwisata, diantaranya dengan membangun Balkondes melalui program corporate social responsibility (CSR).

Di wilayah kerja BNI Yogyakarta, Balkondes sudah dibangun di wilayah Muntilan. Di daerah ini, BNI membangun sejumlah cottage yang kemudian dihibahkan untuk masyarakat. Selain itu, melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) BNI mendorong berkembannya usaha-usaha yang terkait dengan kepariwisataan, misalnya bisnis lurik, batik ataupun souvenir dan jajanan serta usaha-usaha ekonomi kreatif.

“Ya kami berharap, pertumbuhan bisnis skala UKM terkait pariwisata ini, dapat saling mendukung dengan perkembangan destinasi wisata dan akomodasinya. Kolaborasi inilah, yang kita harapkan akan ikut mendorong pertumbuhan kepariwisataan. Setelah Muntilan, kita juga sedang dalam persiapan untuk ikut berperan di sejumlah destinasi wisata termasuk di Goa Pindul Gunung Kidul. Untuk KUR, target kita hingga akhir 2019 mencapai 1,2 triliun dari posisi sekarang 900 an miliar,” pungkas Hisyam. (SM)