Terisolir Puluhan Tahun, Warga Pranten Kabupaten Batang Akhirnya Terhubung Dengan Dunia Luar
Saat ini, wisatawan bisa membagikan keseruannya saat melewati tol khayangan ataupun saat menikmati jagung bakar dan secangkir kopi panas di atas awan secara langsung, baik melalui insta story maupun video call.
KORANBERNAS.ID, BATANG--Setelah 7 tahun menunggu, akhirnya warga Desa Pranten di Kabupaten Batang bisa menikmati signal internet yang berkualitas. Desa yang yang terletak di perbatasan Dieng ini memiliki potensi alam yang luar biasa, mulai dari tanahnya yang subur hingga pemandangan alam yang sangat indah.
Desa Pranten juga terkenal dengan sebutan Desa di Atas Awan yang memiliki Tol Khayangan. Hal itu bukan tanpa sebab, karena desa ini tersebut terletak di ketinggian 1988 mdpl. Selain pemandangan alam yang indah dan hawa yang dingin, lautan awan juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang mengunjungi desa tersebut.
Saat ini, para wisatawan bisa membagikan keseruannya saat melewati tol khayangan ataupun saat menikmati jagung bakar dan secangkir kopi panas di atas awan secara langsung, baik melalui insta story maupun video call.
Saat ditemui di rumahnya, Ella yang merupakan Sekretaris Desa Pranten bercerita, bahwa sebelumnya daerah tersebut benar-benar tidak terjangkau oleh signal internet.
“Pada tahun 2017 pemerintah desa berjuang untuk mendapatkan signal internet. Kami sampai mendatangi Dinas Kominfo dan dinas lainnya untuk meminta bantuan. Ternyata perjuangan ini tidak mudah, awalnya kami hanya mendapat bantuan Wifi di satu titik yakni di Kantor Desa,” kata Ella.
Belum mampu menjawab kebutuhan sepenuhnya, tapi warga kata Ella sudah mulai dapat memanfaatkan wifi terbatas ini untuk berbagai keperluan. Hingga saatnya, pandemi Covid-19 melanda di tahun 2020, dan semuanya berubah secara drastic.
“Hingga saat pandemi melanda, kami benar-benar merasa bahwa internet adalah kebutuhan pokok karena administrasi desa maupun proses belajar mengajar semuanya dilakukan secara online. Alhamdulillah saat itu kami bertemu dengan Telkomsel yang mau membantu dan memberikan solusi permasalahan jaringan internet yang kami butuhkan,” lanjutnya.
Manager Network Operation Productivity (NOP) Telkomsel Pekalongan, Fanan Yosie Risdian menjelaskan, bukan hal yang mudah mencari solusi atas persoalan yang dihadapi warga Praten.
Fanan mengaku, pertama kali pihaknya mendengar persoalan ini dari Dinas Kominfo Kabupaten Batang.
“Mereka menyebut, ada satu desa terluar di Kabupaten Batang yang tidak memiliki jaringan internet sama sekali,” katanya.
Mendengar ini, Fanan Bersama tim kemudian mencoba melakukan pengecekan ke lapangan didampingi dinas. Ternyata, wilayah tersebut memang cukup jauh dari Tower Telkomsel yang ada saat itu. Kendala lainnya, adalah kontur alam yang sangat menantang dengan tanjakan-tanjakan dan turunan ekstrem serta melewati hutan dan berbukit-bukit.
Dari hasil survei lapangan, Telkomsel kemudian berembug dengan dinas. Mereka bersepakat untuk mencari solusi Bersama mengatasi problem ini, dengan didukung oleh pemerintah desa.
“Kami sepakat membangun BTS (Combat Minimalis) secara gotong royong. Dan sejak saat itulah warga Desa Pranten bisa menikmati signal internet yang berkualitas, sehingga proses pemerintahan di desa tersebut berjalan dengan lancar. Selain itu, proses belajar mengajar bisa berjalan dengan baik, serta kesejahteraan masyarakan melalui umkm dan parawisata semakin meningkat,” imbuhnya.
Fanan mengakui, pembangunan BTS (Combat Minimalis) adalah upaya yang bisa dilakukan untuk membantu warga Pranten supaya bisa terhubung dengan baik ke dunia luar. Ini menjadi bagian dari kewajiban Telkomsel sebagai operator Merah Putih di Indonesia.
“Kami berkewajiban untuk mencari solusi bagi persoalan keterjangkauan layanan ke masyarakat. Jadi apa yang kami lakukan di Pranten ini bukan semata-mata karena tuntutan bisnis, namun hal ini juga merupakan salah satu bentuk meaning dan purpose kami di Telkomsel agar kami bisa terus manfaat bagi masyarakat luas,” pungkas Fanan. (*)