Tari Golek Surung Dayung Sambut Kunjungan Wakil Rakyat di SMKN 1 Sewon

Penggunaan gadget dan internet jangan sampai menggerus budaya sendiri.

Tari Golek Surung Dayung Sambut Kunjungan Wakil Rakyat di SMKN 1 Sewon
Tari Mangastuti menyambut tamu DPRD DIY di SMK Negeri 1 Sewon Kabupaten Bantul. (sariyati wijaya/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Panitia khusus (Pansus) BA (Bahan Acara) No 22 DPRD DIY melakukan kunjungan kerja dalam daerah ke SMK Negeri 1 Sewon di Dusun Pulutan Pendowoharjo Bantul, Jumat (2/8/2024).

Para wakil rakyat itu adalah Hifni Muhammad Nasikh selaku Ketua Pansus BA 22 DPRD DIY  dan anggota pansus Susiwati Lestari serta jajaran sekretariat dewan.

Selain disambut Tari Golek Surung Dayung dan Tari Mangastuti mereka diterima Sri Hartati MPd selaku Kepala SMK Negeri 1 Sewon, Samsiwihati M Pd (Wakasek Bidang Humas), Ismunardi MM (Kepala Balai Dikmen Kabupaten Bantul), Diah Tri Palupi dari Disdikpora DIY, Sugiharto dari Paniradya Kaistimewaan DIY dan sejumlah guru sekolah itu.

Golek Surung Dayung adalah sebuah tarian yang mengisahkan gadis-gadis menginjak remaja yang suka memantaskan diri. Biasanya tarian ini untuk persembahan tamu agung. Adapun penarinya yaitu Alexa Nurul Khusna Isnaini dan Devita Mawar Sari.

Foto bersama anggota DPRD DIY dengan jajaran SMK Negeri 1 Sewon. (sariyati wijaya/koranbernas.id)

Sedangkan Mangastuti adalah tarian sebagai wujud syukur kepada Allah SWT atas semua nikmat dan anugerah-Nya. Juga sebagai perwujudan syukur kepada tamu agung yang sudah berkenan memberikan doa-doa terbaik. Penarinya adalah Muhamad Rayhan dan Sekar Desmita Maharani.

"Saya sangat senang melihat penyambutan ini. Sekolah bangunannya megah, muridnya banyak dan ada tarian yang ditampilkan di mana penarinya adalah para siswa," kata Hifni Muhammad Nasikh.

Anggota Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu mengaku bangga dengan berkembangnya seni termasuk tari di SMK Negeri 1 Sewon. DPRD DIY saat ini  membentuk Panitia Khusus (Pansus) untuk mengevaluasi Perda  Nomor 5 Tahun 2011 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan Berbasis Budaya di DIY.

Perda telah dirancang sebelum Undang-Undang Keistimewaan.  Perda yang telah berlaku 13 tahun itu belum ada perubahan. Hifni menekankan pentingnya memperbaiki dan meningkatkan implementasi Pendidikan Berbasis Budaya di DIY.

Anggota DPRD DIY Hifni Muhammad Nasikh bermain gamelan. (sariyati wijaya/koranbernas.id)

"Dari pansus ada ketugasan melakukan evaluasi pendidikan berbasis budaya. Pansus sudah melakukan komunikasi dan pertemuan dengan Kemendikbudristek dan Paniradya Kaistimewaan serta kunjungan ke Solo,” ungkapnya.

Pekan depan Pansus sudah selesai dan hasil kerjanya dibawa ke Rapat Paripurna DPRD DIY. “Kami perlu melakukan kunjungan ke daerah di SMKN 1 Sewon untuk mengetahui implementasi pelaksanaan pendidikan berbasis budaya di sekolah ini," katanya.

Menurut dia, budaya sangat penting dipertahankan.  Apalagi di tengah kemajuan teknologi. Penggunaan gadget dan internet jangan sampai menggerus budaya sendiri. Maka itu perlu dikuatkan pendidikan berbasis budaya.

"Pada generasi dulu budaya termasuk unggah-ungguh, sopan santun masih melekat sangat kental namun generasi sekarang (Gen Z dan Gen Alfa) harus dikuatkan nilai-nilai budaya tersebut karena mulai meluntur akibat arus modernisasi," tambahnya.

Ekstrakulikuler

Sri Hartati menjelaskan seni dihidupkan di sekolah ini dan menjadi ekstrakurikuker. Menari, karawitan dan juga bregada dipelajari oleh para siswa.

Sekolah tersebut juga membudayakan bahasa Jawa dalam komunikasi pada Hari Jumat, menekankan etika dan sopan santun, memakai pakaian tradisional bagi semua warga sekolah termasuk siswa saat hari Kamis Wage.

"Para siswa tahu tentang pakaian tradisional karena dipakai setiap Hari Kamis Wage. Dan saat jni sedang disiapkan akan ada satu hari yang jadi kekhasan SMKN 1 Sewon," kata Sri Hartati.

Sekolah juga menggelar workshop untuk guru mengajar agar aktif, kreatif menyenangkan dengan menggandeng Padepokan Seni Bagong Kusudiardjo. Kegiatan  telah dilaksanakan dua kali. (*)