Syafii Efendi Gembleng 1.000 Pemuda Banyumas agar Mandiri

Saat ini ada 34,45 persen kaum milenial dari 261 juta penduduk Indonesia.

Syafii Efendi Gembleng 1.000 Pemuda Banyumas agar Mandiri
Syafii Efendi bersama panitia dan peserta seminar. (prasetiyo/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, PURWOKERTO -- Pengusaha muda sukses dan motivator ulung, Syafii Efendi, Sabtu (4/11/2023), di Auditorium Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) menggembleng kurang lebih 1.000 pemuda. Syafii mengajak pelajar dan mahasiswa itu menjadi pengusaha muda yang sukses, ulet, kerja keras, mandiri dan hormat pada orang tua.

"Sejak pandemi Covid-19 dunia berubah. Kini saatnya anak muda ikut mengubah dunia. Saya ibaratkan, jika ingin mengubah buahnya, Anda harus mengubah akarnya terlebih dulu," ujarnya pada Seminar Nasional Entrepreneur Indonesia Next Normal yang diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Daerah Wirausaha Muda Nusantara (Wimnus) Provinsi Jawa Tengah.

Kegiatan tersebut dibuka oleh Bupati Banyumas yang diwakili Kepala Dinas Tenaga Kerja, Koperasi dan UKM Kabupaten Banyumas Drs Wahyu Dewanto MSi.

Ikut hadir pula dalam kesempatan tersebut, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah X Jateng, Wakil Rektor III UMP dan Ketua DPD Wimnus Jateng Slamet Muridan MM, serta sejumlah undangan lainnya.

Syafii Efendi. (prasetiyo/koranbernas.id)

Syafii yang tampil penuh semangat menjelaskan, saat ini ada 34,45 persen kaum milenial dari 261 juta penduduk Indonesia. Dan secara politik, saat ini pemilih pemula hampir 60 persen anak muda. "Ini potensi besar untuk ikut mengubah dunia, agar kita menjadi orang sukses," tandasnya.

Orang tua kita, lanjut Syafii, rata-rata tidak mengerti makna persaingan. "Yang ia tahu, tamat kuliah sama dengan sukses. Nyatanya, tidak. Sukses tidak hanya dari ijazah, tapi dari dirimu masing-masing," ujar Syafii yang pernah  mendapatkan Rekor MURI sebagai motivator muda dengan frekuensi seminar terbanyak yaitu 120 kali seminar dalam tiga bulan di 112 kota.

Syafii memberikan tips untuk mengubah nasib kaum muda. Pertama, In The zone. Artinya, berhentilah menjalani hidup dengan apa kata orang. "Tetapi jalani hidup dengan apa kata Tuhan," ujar pria kelahiran Medan 4 Agustuis 1991 yang kini menekuni bisnis properti, pendidikan, fesyen itu.

Kedua, jangan hidup di masa lalu. "Anda tidak akan bergerak maju, sebelum memaafkan masa lalu," tegasnya.

ARTIKEL LAINNYA: UAD Wisuda 2.398 Lulusan, Mereka Ditantang Hadapi Era Baru

Ketiga, Jangan menyalahkan siapa pun tetapi salahkan diri sendiri . Keempat, fokus perbaiki input. "Informasi yang masuk ke kita itu dalam bentuk film, musik, sinetron, sosmed, seminar, organisasi, teman, buku dan lainnya. Mari kita cari sisi positif dari input itu, dan buang sisi negatifnya," ujarnya.

Kelima, bekerja sama dengan orang-orang terbaik. Yakni pilihlah teman-teman atau orang-orang terbaik yang berpandangan maju. Keenam, komitmen.

"Yakni membangun komitmen untuk setia pada diri sendiri dan tim untuk maju. Dan ketujuh, persisten. Di sini, kita harus  gigih, kukuh untuk terus menerus berusaha dan bekerja keras. Percayalah, kerja keras tidak akan pernah berkhianat," tegasnya.

Kepada peserta seminar, Syafii Efendi bertanya. "Siapa di antara kalian yang memiliki bisnis. Ayo tunjuk jari!"

ARTIKEL LAINNYA: Sekolah Vokasi UGM Gelar ICTSD 2023, Bahas Inovasi Teknologi untuk Pembangunan Berkelanjutan

Sontak, sejumlah anak muda pun tunjuk jari. Di antara mereka ada yang usaha bidang kuliner, fesyen, percetakan, les privat.

"Bagus itu. Teruskan!" pesan Syafii.

Syafii mengemukakan, berdasarkan pengalaman dirinya  dalam membangun bisnis, modal bukan persoalan utama. Persoalan utama adalah mind set, karakter dan pengetahuan.

"Ketika ketiga hal itu beres, modal akan datang. Modal tidak akan datang, kalau orangnya tidak layak dimodali," ujarnya.

Menutup seminar nasional itu, Syafii Efendi mengajak kaum muda untuk mau menjadi pemain. "Saya salut untuk anak muda yang nyaleg, menjadi kades, menekuni bisnis sejak dini dan lain-lain. Untuk mengubah nasib, memang harus berani menjadi subyek , bukan obyek dan jangan plonga-plongo," pesan Syafii. (*)