Sumbu Filosofis adalah Perhatian Utama Proyek Jalan Tol Yogya-Solo
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Sumbu filosofis di Yogyakarta beserta situs-situs purbakala yang ada, harus menjadi perhatian serius semua pihak, termasuk para perancang dan pelaksana proyek Jalan Tol Yogya-Solo. Pembangunan Jalan Tol harus tetap menghormati dan memperhatikan aspek historis dari Keraton Yogyakarta dan situs-situs cagar budaya dan purbakala yang berada di wilayah Yogyakarta.
Gusti Kangjeng Ratu Mangkubumi, menyampaikan hal itu Jumat (10/6/2022) di Kantor Paniti Kisma Keraton Yogyakarta, ketika menerima tim Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR didampingi manajemen PT Jogjasolo Marga Makmur (JMM) selaku Badan Usaha Jalan Tol pengelola ruas Solo-Yogya-YIA.
Siaran pers PT JMM yang diterima koranbernad.id Minggu (12/6/2022) menyebutkan, hadir dalam pertemuan ini Dirjen Bina Marga – Kementerian PUPR Hedy Rahadian, Direktur Jalan Bebas Hambatan Budi Harimawan Semihardjo, Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Jawa Tengah – D.I.Yogyakarta Wida Nurfaida, Sekretaris Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Triono Junoasmono. Pertemuan ini juga diikuti oleh Direktur Utama PT Jogjasolo Marga Makmur (JMM) Adrian Priohutomo dan Direktur Teknik JMM Pristi Wahyono serta Direksi PT Jasamarga Jogja Bawen (JJB).
GKR Mangkubumi mengatakan, “Kami berharap pembangunan jalan Tol di wilayah D.I.Yogyakarta ini dapat memahami dan memperhatikan situs-situs cagar budaya dan bangunan bersejarah yang ada di D.I. Yogyakarta, seperti makam-makam dan juga wilayah selokan mataram serta bangunan bersejarah yang tidak hanya berada di sekitar lingkungan Keraton. Kemudian adanya sumbu filosofi dan garis imaginer (melintasi D.I. Yogyakarta dari Gunung Merapi - Parangkusumo) agar dapat menjadi perhatian bagi semua pihak yang terlibat”.
Keinginan Keraton Yogyakarta yang disampaikan melalui GKR Mangkubumi disambut positif Dirjen Bina Marga Hedy Rahardian. Ia mengatakan, pemerintah sangat memperhatikan serta peduli dengan keberadaan bangunan bersejarah, situs-situs cagar budaya dan purbakala yang berada di wilayah D.I.Yogyakarta dan akan turut serta memperhatikan dan melestarikannya.
Pada kesempatan yang sama, Adrian Priohutomo menyampaikan dalam paparannya, bahwa Pembangunan Jalan Tol Jogja-Solo ini sangat memperhatikan kearifan lokal, bangunan bersejarah serta mempertahankan dan melestarikan situs-situs cagar budaya dan purbakala yang ada. Sebagai informasi, salah satu contoh penyesuaian desain jalan tol yang pernah dilakukan di wilayah Jawa Tengah adalah adanya rekayasa konstruksi jalan tol yang semula at grade menjadi elevated (melayang) untuk menghindari situs Yoni yang ada di Desa Keprabon, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten – Jawa Tengah. Nantinya hal ini juga yang akan menjadi perhatian JMM sebagai Badan Usaha Jalan Tol dalam kegiatannya di wilayah D.I. Yogyakarta, terutama kaitannya dengan sumbu-sumbu filosofis dan garis imaginer yang telah disampaikan oleh GKR Mangkubumi.
Dalam pertemuan tersebut disepakati bahwa ke depan akan dilakukan koordinasi dan pembahasan secara berkala antara Keraton Yogyakarta, Pemerintah dan Badan Usaha Jalan Tol untuk kelancaran dan kesuksesan Pembangunan Jalan Tol Jogja-Solo.
“Semoga kerja sama yang baik ini terus berjalan dengan lancar hingga proyek ini bisa terwujud,” kata Dirjen Bina Marga Hedy Rahadian. (*)