Lulus Pelatihan Menjahit, Alumni BLK Mencukupi Kebutuhan Toko Online

Saya mulai pelatihan dari tidak mengenal mesin jahit

Lulus Pelatihan Menjahit, Alumni BLK Mencukupi Kebutuhan Toko Online
Tempat produksi pakaian milik pasangan Muhamad Idris dan Ika Maulana Hamah. (nanang w hartono/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, KEBUMEN -- Toko online pakaian bagi Muhamad Idris, warga Desa Jatisari Kecamatan Kebumen, bisa disebut mitra usahanya. Lulus pelatihan kejuruan menjahit di Balai Latihan Kerja (BLK) Kebumen tahun 2019, dia kemudian bermitra dengan toko online.

"Saya mulai pelatihan dari tidak mengenal mesin jahit," kata Muhamad Idris kepada koranbernas.id di tempat usaha sekaligus rumah tinggalnya, Senin (14/8/2023).

Mengikuti pelatihan menjahit selama satu bulan, dia dilatih membuat kemeja, rok, gamis, tunik. Pelatihan dimulai dari membuat pola, menggunting hingga menjahit.

Selesai pelatihan, bersama istrinya Ika Maulani Hamah yang juga alumni pelatihan menjahit BLK, mereka membuka usaha konveksi. “Awal mula kerudung untuk anak-anak," kata Muhamad Idris.

ARTIKEL LAINNYA: Banyak Laporan Korban Salah Obat, Anggota Komisi IX DPR RI Sukamto dan Badan POM Gencar Sosialisasi

Hasil produksinya dikirim ke sebuah toko online. Pemiliknya masih ada hubungan famili. Toko online menjadi mitra usahanya untuk memasarkan produk pakaian anak-anak hingga sekarang.

Muhamad Idris mengungkapkan, sebelum pandemi omzet usahanya lumayan besar dibandingkan saat dan setelah pandemi.

Dia bisa mengirim barang ke toko online dengan nilai barang belasan juta rupiah. Setelah pandemi, omzet pemasaran melalui toko online itu berkurang.

Setiap bulan kirim pakaian dua sampai empat kali. "Sekarang sekali kirim barang senilai Rp 3 juta-an," ujarnya.

ARTIKEL LAINNYA: Lautan Manusia Menyaksikan Sedekah Laut Kertojayan

Fluktuasi omzet penjualan, menurut dia, juga mempengaruhi jumlah karyawan. Ketika omzetnya tinggi, jumlah tenaga jahit borongan 20-an orang. Sekarang hanya lima orang.

Sebagian besar karyawan bekerja di rumah pekerja. Mereka menjahit di rumahnya masing masing. "Kebanyakan karyawan berpengalaman di perusahaan garment," kata Muhamad Idris.

Hingga sekarang pasangan suami istri belum membuka usaha penjahit perorangan. Alasannya, tingkat kesulitan lebih tinggi, dibandingkan usaha konveksi untuk kebutuhan barang toko online. "Ada perorangan yang menjahit, baru sebatas teman," katanya. (*)