Suhu Panas di DIY Pernah 35 Derajat Celcius, Diprediksi Terjadi Pergeseran Musim Hujan

Memang berbeda dengan aplikasi (smartphone) yang disebut hingga 38.

Suhu Panas di DIY Pernah 35 Derajat Celcius, Diprediksi Terjadi Pergeseran Musim Hujan
Kepala Stasiun Klimatologi DIY, Reny Kraningtyas, saat konferensi pers di BPBD DIY. (muhammad zukhronnee muslim/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Kondisi cuaca yang sangat kering di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun ini diperkirakan akan berlangsung hingga akhir tahun, disertai dengan pengaruh fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) yang positif.

Informasi ini disampaikan Reny Kraningtyas selaku Kepala Stasiun Klimatologi DIY yang juga memprediksi pergeseran musim hujan hingga awal tahun 2024.

"Dalam beberapa tahun terakhir, kita telah melihat peningkatan kekeringan dan perubahan pola cuaca yang signifikan di wilayah ini. El Nino yang lebih kering dari tahun sebelumnya dan pengaruh IOD positif telah memperparah situasi ini," ujarnya, Kamis (19/10/2023).

"Suhu panas tertinggi yang tercatat oleh alat kami adalah 33 (derajat celcius) pernah hingga 35, ini lebih rendah dari yang terjadi di Semarang. Memang berbeda dengan aplikasi (smartphone) yang disebut hingga 38," tambahnya.

ARTIKEL LAINNYA: Embung Tirta Mulya Tak Pernah Kering, Selamatkan Warga Desa Tegalmulyo dari Krisis Air Akibat Kemarau Panjang

Selama musim kemarau, lanjut dia, edukasi dan penyuluhan mengenai pola tanam yang sesuai dengan kondisi cuaca diberikan kepada masyarakat, terutama di wilayah yang rawan kekeringan.

"Kami ingin memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang cara berkebun dan bercocok tanam yang sesuai dengan musim kemarau. Ini adalah langkah penting untuk menjaga ketahanan pangan dan mengurangi dampak kemarau pada pertanian," ungkapnya.

Saat ini, empat kabupaten di DIY telah menetapkan status siaga darurat disertai dengan pencatatan, pemantauan dan evaluasi untuk memastikan penanganan kekeringan berjalan dengan baik.

Data kekeringan dan distribusi air dijadikan acuan untuk mitigasi bencana, mulai dari tingkat kelurahan hingga kabupaten/kota.

ARTIKEL LAINNYA: Embung Sidomulyo Saat Kemarau Gersang, Musim Hujan Bermunculan Air Mancur

"Musim kemarau ini mengajarkan kita untuk lebih waspada dan terorganisir dalam menghadapi perubahan cuaca yang semakin ekstrem. Data dan informasi yang kami kumpulkan akan menjadi landasan bagi kebijakan mitigasi bencana ke depan," ungkap Reny Kraningtyas.

Di dalam perkiraan cuaca, musim hujan di DIY diprediksi mulai November hingga Desember. Puncak musim hujan diperkirakan bulan Februari 2024, dengan durasi mencapai 13-21 dasarian atau sekitar lima hingga tujuh bulan.

"Musim hujan diperkirakan akan berakhir pada bulan April, kecuali bagian utara Kulonprogo yang berakhir bulan Mei," tandasnya.

Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD DIY, Lilik Andy Aryanto, menambahkan akibat dari musim kemarau yang panjang, wilayah DIY mengalami berbagai dampak, termasuk kekeringan meteorologis yang mengakibatkan berkurangnya ketersediaan air bersih.

ARTIKEL LAINNYA: Air Sejumlah 203 Tangki Tersalurkan ke Gunungkidul

"Kekeringan meteorologis telah memengaruhi sejumlah kelurahan di berbagai kapanewon di seluruh wilayah DIY. Ini adalah tantangan serius yang membutuhkan upaya bersama dalam penanganan dan mitigasi dampak," ungkapnya.

Pemda DIY telah melakukan distribusi air bersih melalui Dinas Sosial, BPBD tingkat kabupaten dan lembaga serta pihak swasta lainnya. Hingga 17 Oktober 2023, jumlah distribusi air bersih mencapai 25,3 juta liter dengan alokasi terbesar di Kabupaten Gunungkidul.

‘Kita berusaha keras untuk memastikan masyarakat tetap memiliki akses ke air bersih selama musim kemarau ini. Upaya ini adalah bentuk perhatian kami terhadap kebutuhan dasar masyarakat," ujarnya.

Selain distribusi air bersih, langkah antisipasi lainnya yaitu pembuatan sumur bor di Kulonprogo, Gunungkidul dan Sleman. Selain itu, 25 embung yang ada di DIY juga dikelola untuk memenuhi kebutuhan air bersih.

Musim kemarau yang panjang ini juga menjadi kesempatan untuk persiapan menghadapi musim hujan yang akan datang, dan masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap perubahan cuaca yang semakin tidak terduga. (*)