Stunting Pasti Bermasalah dan Berbahaya

Akibat kekurangan gizi menahun, balita stunting tumbuh lebih pendek dari standar tinggi balita umumnya.

Stunting Pasti Bermasalah dan Berbahaya
Anggota Komisi IX DPR RI, Sukamto, pada kegiatan Promosi dan KIE Program Percepatan Penurunan Stunting di Wilayah Khusus, Minggu (21/1/2024), di Balai Aspirasi Masyarakat Jalan Kaliurang Purwosari Sleman. (istimewa)

KORANBERNAS.ID, SLEMAN – Masyarakat perlu mengetahui perbedaan antara stunting dan stunted. Stunted adalah kondisi tubuh balita yang pendek bisa jadi karena faktor genetika atau keturunan. Sedangkan stunting tidak hanya pendek karena gagal tumbuh tetapi juga dipastikan bermasalah dan berbahaya.

Ini terungkap saat berlangsung Promosi dan KIE Program Percepatan Penurunan Stunting di Wilayah Khusus Bersama Mitra Kerja H Sukamto SH Anggota Komisi IX DPR RI, Minggu (21/1/2024), di Balai Aspirasi Masyarakat H Sukamto SH Jalan Kaliurang Purwosari Sleman.

Sebagai narasumber, Inspekur Utama BKKBN Ari Dwikora Tono, Kepala Perwakilan BKKBN DIY Andi Ritamariani yang diwakili oleh Rohdiana, Kepala DP3AP2 Kabupaten Sleman Wildan Solichin serta anggota Komisi IX DPR RI, H Sukamto SH.

Di hadapan peserta, Wildan Solichin menyampaikan persoalan stunting bukan semata-mata kaya atau miskin melainkan karena salah pola asuh yang mempengaruhi perilaku pola makan sehingga berdampak pada asupan gizi anak-anak.

“95 persen stunting di Kabupaten Sleman bukan terjadi pada keluarga miskin,” ujarnya.

Penyampaian materi oleh narasumber kegiatan Promosi dan KIE Program Percepatan Penurunan Stunting di Balai Aspirasi Masyarakat Jalan Kaliurang Purwosari Sleman. (istimewa)

Dia mencontohkan, di wilayah Minggir sebagai lumbung Kabupaten Sleman anak-anak stunting disebabkan dititipkan kepada neneknya, karena ayahnya harus bekerja di sawah sedangkan sang ibu ke pasar. "Änak dititipkan ke simbah-nya yang tidak mengetahui asupan gizi. Sing penting putune meneng. Diberi jajan nggak ada gizinya,” ungkapnya.

Rohdiana menambahkan, stunting perlu dicegah salah satunya dimulai dari pendampingan kesehatan. BKKBN DIY sudah menerjunkan Tim Pendamping Keluarga (TPK) sejumlah lebih dari 5 ribu orang tersebar di kabupaten/kota di DIY, salah satu tugasnya yaitu mendampingi calon pengantin untuk memastikan kesehatan mereka.

Selain itu, pihaknya juga terus mendorong para ibu hamil supaya rutin memeriksakan kesehatan di layanan kesehatan. Ini penting sekaligus untuk memastikan kenaikan berat badan. Sebab, seorang ibu hamil jika tidak ada kenaikan berat badan maka perlu diwaspadai karena ada kaitannya dengan pertumbuhan janin di dalam kandungan.

Pada kesempatan itu Ari Dwikora Tono menyampaikan sejumlah program BKKBN dalam rangka percepatan penurunan stunting yang ditargetkan pada 2024 angkanya 14 persen. Keberhasilan program tersebut menentukan langkah besar untuk mencapai Indonesia Emas 2045.

Stunting adalah kekurangan gizi pada balita yang berlangsung lama pada masa 1.000 hari pertama kehidupan sejak kehamilan hingga bayi berusia dua tahun. Stunting menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak. Akibat kekurangan gizi menahun, balita stunting tumbuh lebih pendek dari standar tinggi balita umumnya.

Promosi dan KIE Program Percepatan Penurunan Stunting yang digelar BKKBN dan Komisi IX DPR RI di Dusun Demangan, Maguwoharjo Depok Sleman. (istimewa)

Untuk mencetak SDM Indonesia yang andal, menurut dia, masyarakat perlu memahami 1.000 hari pertama kehidupan. Kurun waktu selama dua tahun itu disebut sebagai masa yang sangat menentukan bagi tumbuh kembang bayi.

Upaya mencegah stunting, lanjut dia, perlu dimulai sejak dini. Bayi usia nol sampai enam bulan harus diberikan Air Susu Ibu (ASI) sebab ASI membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh. Hindari pemberian susu formula.

Memberikan pengarahannya sekaligus memandu jalannya dialog, Sukamto tegas mengingat masyarakat untuk menjaga kesehatan ibu hamil. Selain pendampingan dari suami, ibu hamil juga perlu rutin periksa kandungan ke Puskesmas.

Tak lupa, anggota legislatif pusat dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang pada Pemilu 2024 maju lagi ke DPR RI melalui Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Tengah V meliputi Solo, Sukoharjo, Boyolali dan Klaten itu memberikan penguatan bagi program pencegahan stunting.

Antara lain, kata dia, remaja putri khususnya yang kelak akan menjadi seorang ibu diberikan pemahaman mengenai perlunya menjaga kesehatan dengan senantiasa mengonsumsi sayur dan buah.

Menurut dia, apapun kondisinya stunting adalah masalah. “Yang namanya stunting itu pasti memberatkan keluarganya,” ujar Sukamto.

Usai sesi diskusi dan tanya jawab dilakukan pengundian doorprize. Sebelumnya pada Sabtu (20/1/2024), kegiatan serupa juga digelar oleh BKKBN bersama Komisi IX DPR RI di Dusun Demangan, Maguwoharjo Depok Sleman. (*)