Stunting Memberatkan Keluarga, Sukamto: Hindari Anak Cucu Menikah Muda

Penanganan bayi stunting apabila sudah melewati masa 1.000 hari kehidupan sangat sulit sekali.

Stunting Memberatkan Keluarga, Sukamto: Hindari Anak Cucu Menikah Muda
Kepala Perwakilan  BKKBN DIY, Andi Ritamariani, menjadi narasumber kegiatan Promosi dan KIE Program Percepatan Penurunan Stunting yang digelar BKKBN dan Komisi IX DPR RI, Selasa (16/1/2024), di Pondok Pesantren Putra-putri “Sunan Ampel” Banjeng Maguwoharjo Sleman. (sholihul hadi/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, SLEMAN – Anggota Komisi IX DPR RI, Sukamto, kembali mengingatkan masyarakat untuk memperhatikan kesehatan anak-anaknya terutama remaja putri yang kelak menjadi seorang ibu. Ini penting supaya tidak terlahir keturunan yang stunting.

Pesan itu dia sampaikan tatkala memberikan pengarahan dan sambutan pada kegiatan Promosi dan KIE Program Percepatan Penurunan Stunting di Wilayah Khusus Bersama Mitra Kerja H Sukamto SH Anggota DPR RI Komisi IX, Selasa (16/1/2024), di Pondok Pesantren Putra-putri “Sunan Ampel”, Banjeng Maguwoharjo Depok Sleman.

Stunting adalah kekurangan gizi pada balita yang berlangsung lama pada masa 1.000 hari pertama kehidupan sejak kehamilan hingga bayi berusia dua tahun. Stunting menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak. Akibat kekurangan gizi menahun, balita stunting tumbuh lebih pendek dari standar tinggi balita umumnya.

“Marilah Bapak Ibu dan saudara sekalian, persiapkan anak cucu kita ini jangan sampai ke depan ada yang stunting, karena apapun yang namanya stunting itu memberatkan keluarga,” kata Sukamto menyampaikan pesan itu secara daring saat perjalanan menuju Gedung DPR RI di Senayan Jakarta untuk menghadiri rapat paripurna.

Anggota DPRD Sleman Rahayu Widi Nuryani menyampaikan sambutan pada kegiatan Promosi dan KIE Program Percepatan Penurunan Stunting, Selasa (16/1/2024), di Pondok Pesantren Putra-putri “Sunan Ampel” Sleman. (sholihul hadi/koranbernas.id)

Anggota legislatif pusat dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini menyampaikan, keberhasilan menyongsong masa depan Indonesia Emas 2024 tergantung pada bagaimana keluarga menjaga kesehatan putri-putrinya.

“Jika tidak kita persiapkan dari sekarang, ada penyesalan di kemudian hari. Anak-anak kita otaknya harus pintar, jika tidak maka jangan berharap bisa menjadi Kapolsek, Danramil, Kepala BKKBN. Ini harus kita perhatikan,” tambahnya.

Sebab, lanjut Sukamto, penanganan bayi stunting apabila sudah melewati masa 1.000 hari kehidupan sangat sulit sekali. Supaya tidak menjadi beban keluarga seumur hidup maka hindari menikah pada usia muda. “Jangan sampai anak cucu kita menikah muda,” pesan dia.

Sukamto yang pada Pemilu 2024 maju lagi ke DPR RI lewat Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Tengah V meliputi Solo, Sukoharjo, Klaten dan Boyolali ini juga mengajak untuk memperhatikan asupan gizi ibu hamil. “Setiap hari harus makan telur satu butir, syukur dua,” kata Sukamto.

Promosi dan KIE Program Percepatan Penurunan Stunting, Selasa (16/1/2024), di Pondok Pesantren Putra-putri “Sunan Ampel” Banjeng Maguwoharjo Sleman. (sholihul hadi/koranbernas.id)

Dia menambahkan bayi berusia nol sampai enam bulan harus diberikan ASI (Air Susu Ibu) eksklusif. Setelah masa itu, baru boleh diberikan makanan tambahan berupa makanan pendamping ASI atau MP ASI.

Satu lagi, lanjut dia, ibu hamil dan anak-anak balita hendaknya dijaga dari paparan asap rokok. Dia pun meminta para orang tua terutama bapak-bapak supaya tidak merokok di dekat mereka. “Berisiko tinggi,” kata Sukamto.

Pada bagian lain terkait Pemilu 2024, Sukamto yang diplot oleh DPP PKB menjadi calon bupati pada Pilkada Sleman 2024 itu berpesan agar semuanya harus hadir di Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada 14 Februari mendatang. “Beda pilihan boleh, yang penting tahu sama tahu, siapa yang layak dan pantas dipilih,” ucapnya.

Soal asap rokok, Kepala Dinas P3AP2KB Sleman, Wildan Solichin sebagai narasumber kegiatan itu menambahkan berdasarkan hasil evaluasi penanganan stunting di Kabupaten Sleman yang dirilis 20 November 2023 diketahui 60 persen anak stunting berada pada keluarga yang di dalamnya ada perokok.

Sesi foto bersama peserta dan narasumber. (sholihul hadi/koranbernas.id)

“Jadi, anak-anak itu ketika ibunya hamil bisa jadi terpapar asap rokok. Pada setiap kesempatan bertemu dengan warga saya selalu berpesan kepada bapak-bapak, saya matur pak tolong merokoklah yang bertanggung jawab, jangan di dekat orang yang tidak merokok atau sedang momong bayi,” kata Wildan.

Sepakat dengan Sukamto, Wildan juga meminta para calon ibu dijaga kesehatannya. Biasakan mereka mengonsumsi makanan yang bergizi serta kaya protein seperti daging, telur atau protein nabati dari tahu dan tempe.

“Putri-putri Bapak Ibu sebagai calon ibu harus diprioritaskan  pendidikannya melalui pola makan yang benar sejak dari sekolah. Kami bekerja sama dengan Dinas Pendidikan agar pelajar njajan yang benar. Sekolah-sekolah mestinya punya kantin sebagai edukasi pola makan yang benar dan bergizi, bukan asal doyan tetapi tak mengandung protein,” ungkapnya pada kegiatan yang digelar BKKBN bersama Komisi IX DPR RI itu.

Di hadapan ratusan peserta termasuk Ketua Komisi C DPRD Sleman Rahayu Widi Nuryani, dalam kesempatan itu Kepala Perwakilan  BKKBN DIY, Andi Ritamariani, menjelaskan materinya mengenai pencegahan stunting.

ARTIKEL LAINNYA: Optimis Angka Stunting DIY Turun Jadi 14 Persen pada 2024, Anggota DPR RI Sukamto Beri Dukungan

Yaitu, dimulai dari pemeriksaan kesehatan calon pengantin serta ibu hamil. Pastikan ibu hamil berat badannya naik. Periksa kondisi kesehatan ibu hamil secara rutin minimal empat kali di fasilitas kesehatan. “Jika ibu hamil tiga bulan bobotnya tidak naik maka perlu hati-hati,” ujarnya.

Setelah melahirkan, lanjut dia, satu hal paling penting yang harus diperhatikan yaitu memberikan ASI pertama. “Biasanya orang membuang itu. ASI pertama itu menjaga bayi tidak mudah terserang penyakit. Betapa sempurnanya Tuhan menciptakan ASI, satu-satunya makanan yang paling cocok untuk bayi usia nol sampai enam bulan,” ungkapnya.

Menurut dia, pemberian ASI eksklusif sangat bermanfaat untuk mencegah stunting, karena ASI membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh balita.

Selain itu, juga membuat otak balita lebih cerdas, berat badannya ideal serta mengurangi risiko terjadinya sindrom kematian bayi mendadak. (*)