Optimis Angka Stunting DIY Turun Jadi 14 Persen pada 2024, Anggota DPR RI Sukamto Beri Dukungan

Anggota DPR RI dari PKB ini juga mengingatkan, jangan lupa mengkonsumsi sayur dan buah.

Optimis Angka Stunting DIY Turun Jadi 14 Persen pada 2024, Anggota DPR RI Sukamto Beri Dukungan
Anggota Komisi IX DPR RI, Sukamto, memberikan pengarahan pada kegiatan Promosi dan KIE Program Percepatan Penurunan Stunting, Senin (15/1/2024). (sholihul hadi/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, SLEMAN – Angka stunting Provinsi DIY sampai saat ini masih pada kisaran 16,4 persen. Komitmen dan dukungan yang kuat dari berbagai pihak memunculkan optimisme pada 2024 bisa turun menjadi 14 persen.

“DIY lima terendah se-Indonesia. Insyaalh tahun 2024 turun menjadi 14 persen. Kita melihat pemda sangat bagus sekali. Komitmennya luar biasa. Kita optimis mampu menurunkan. Daerah lain ada yang masih di angka 30 persen,” ujar Andi Rita Mariani, Kepala Perwakilan BKKBN DIY.

Menurut dia, beragam cara ditempuh oleh BKKBN untuk menurunkan angka stunting termasuk melalui kegiatan yang diinisiasi oleh mitra kerja, salah satunya adalah kegiatan Promosi dan KIE Program Percepatan Penurunan Stunting di Wilayah Khusus Bersama Mitra Kerja H Sukamto SH Anggota Komisi IX DPR RI.

“Kami mengadakan edukasi bersama Pak Sukamto,” ujarnya kepada wartawan pada kegiatan yang berlangsung di Balai Aspirasi Masyarakat H Sukamto SH Jalan Kaliurang Purwosari Sleman, Senin (15/1/2024).

Kepala Perwakilan BKKBN DIY, Andi Rita Mariani. (sholihul hadi/koranbernas.id)

Dari kegiatan itu, lanjut dia, masyarakat bisa mengetahui apa itu stunting, apa dampaknya bagaimana mencegahnya.  “Allhamdulillah peserta antusias, kita berharap tidak sekadar menyampaikan materi edukasi tetapi masyarakat bisa memahami dan mengimplementasikan,” kata dia.

Selain dukungan dari Komisi IX DPR RI, dukungan dari swasta juga sangat diperlukan untuk mengurangi angka stunting, antara lain melalui program CSR (Corporate Social Responsibility).

Dia menambahkan, target penurunan angka stunting 14 persen merupakan bagian dari program besar untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045. “Banyak yang harus kita lakukan. Kita mulai dari keluarga. Seluruh angota keluarga harus sehat, Kalau ada salah satu di antaranya sakit, susah,” ungkapnya.

Persiapan untuk mencegah stunting dimulai sejak remaja. Mereka diberikan edukasi agar remaja putri tidak menikah pada usia yang terlalu muda di bawah 21 tahun. Kemudian, jika sudah menikah dan hamil supaya rutin memeriksakan kandungan ke Puskesmas.

Pembagian doorprize kepada peserta yang beruntung. (sholihul hadi/koranbernas.id)

Kabid K3 DP3AP2KB Kabupaten Sleman, Muhammad Daroji, sepakat kenapa stunting menjadi perhatian karena terkait dengan program Indonesia Emas 2045. Hal itu bisa diwujudkan jika terbentuk generasi emas. “Kita berusaha mencegah bayi lahir stunting, gagal tumbuh dan berkembang,” ujarnya.

Inilah perlunya asupan gizi bagi ibu hamil supaya seluruh organ tubuh anak tidak terganggu. 1.000 hari pertama kebidupan atau biasa disebut fase emas dimulai sejak bayi di dalam kandungan, harus diperhatikan.

“Lewat masa itu, penanganan stunting tidak efektif. Ketika asupan gizi tidak tercukupi maka berisiko anak menjadi stunting,” tambahnya.

Anak stunting ketika dewasa bisa kesehatan bisa terganggu. Setidaknya ini bisa dilihat dari adanya pergeseran usia penderita penyakit degeneratif, dulu rata-rata diderita oleh lansia sekarang tidak sedikit yang masih berusia muda sudah terkena.

ARTIKEL LAINNYA: Anggota DPR RI Sukamto Meminta Badan POM Intensifkan Edukasi dan Pengawasan di Kota Yogyakarta

Memberikan sambutan, pengarahan serta memandu jalannya diskusi, dalam kesempatan itu Sukamto menegaskan salah satu prinsip untuk bisa menurunkan angka stunting adalah jangan menikah terlalu muda atau terlalu tua di atas 35 tahun.

Selain itu, anggota DPR RI dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini juga mengingatkan remaja maupun ibu hamil jangan lupa mengkonsumsi sayur dan buah. Keduanya sangat penting untuk menjaga kesehatan.

Sebaliknya, lanjut dia, diupaya menjauhi makanan yang terlalu banyak mengandung garam atau gula. Merujuk hasil penelitian Kementerian Kesehatan, penyakit diabetes cenderung naik.

Selain itu, juga perlu diperhatikan kecukupan gizi. “Makan nasi (lauk)  bakmi dan kerupuk. Itu karbohidrat semua. Usahakan mengurangi makan mi karena banyak pengawet,” kata anggota DPR RI yang pada Pemilu 2024 maju lagi lewat Dapil Jawa Tengah V meliputi Solo, Sukoharjo, Boyolali dan Klaten itu.

Hadir pula dalam kesempatan itu Panewu Mlati. Arifin serta Ketua Komisi C DPRD Sleman, Rahayu Widi Nuryani. Acara tersebut juga dimeriahkan pengundian doorprize. (*)