Social Research Center UGM Ungkap Fenomena Kabur Aja Dulu
Perusahaan di Indonesia harus menerapkan Pancasila sebagai dasar bergerak. Tak hanya melulu ideologi kapitalis liberalis yang bersifat individu semata.
KORANBERNAS.ID, SLEMAN -- Di tengah beragam persoalan bangsa, tagar Kabur Aja Dulu atau #KaburSajaDulu muncul di sosial media (sosmed). Ajakan untuk pindah negara melalui tagar tersebut pun bertebaran.
Kepala Social Research Center UGM, Andreas B Widyanta, dalam diskusi buku berjudul Praksis Pancasila: Pengamalan Ideologi di Perusahaan Gobel, Selasa (25/2/2025) di FEB UGM, mengungkapkan buku yang ditulis Nasihin Masha keluar hampir bersamaan dengan fenomena tagar itu.
Dia menyatakan buku itu seolah menjadi pengingat sesungguhnya perusahaan di Indonesia harus menerapkan Pancasila sebagai dasar bergerak. Tak hanya melulu ideologi kapitalis liberalis yang bersifat individu semata.
"Sempat saya curiga ini, mengapa buku ini keluar hampir bersamaan dengan Kabur Aja Dulu yang tampaknya berisi kegelisahan anak-anak muda karena sulitnya bekerja dengan baik di dalam negeri," jelasnya.
individualis
Menurut dia, pada era ketidakpastian liberalisme yang bekerja dalam ekonomi neo liberal yang sangat individualis, buku ini menjadi pintu memasuki perusahaan Gobel. Bagaimana Pancasila terwujud, lewat keadilan sosial, menuju Ketuhanan.
Pancasila pun mestinya bukan hanya sekadar doktrin atau materi penataran yang diajarkan dalam ruang kelas. Namun harus diamalkan dan diamati dalam kehidupan nyata. "Buku ini hadir untuk meyakinkan kita bahwa Pancasila relevan bagi kita semua," ujarnya.
IGK Manila selaku pendiri Suryakanta Institute mengungkapkan buku tentang perusahaan Thayeb Gobel menjadi sebuah hal menarik untuk didiskusikan dan diwujudkan dalam ekosistem industri di Indonesia.
Dia berharap banyak perusahaan yang menerapkan Pancasila dalam tumbuh berkembang. "Sehingga mewujudkan ekonomi yang tumbuh dalam bingkai ideologi Indonesia," ujarnya.
Nasihin dalam buku ini menyampaikan, bagi Thayeb Mohammad Gobel, jiwa nasionalisme yang berakar dari Pancasila bukanlah sesuatu yang bersifat given, dapat muncul begitu saja tanpa diusahakan. Bibit nasionalisme dinilai perlu ditanamkan melalui pengamalan Pancasila yang digaungkan oleh lisan, tindakan dan wawasan kognitif.
Pembangunan nasional
Dengan merintis Manajemen Pancasilais Thayeb memandang bahwa praktik usaha yang dijalankannya berkontribusi terhadap realisasi Pancasila dari sisi pembangunan nasional.
Nasihin Masha selaku penulis buku tersebut merunut jejak langkah Thayeb memahami, mengilhami, hingga menerjemahkan Pancasila ke dalam prinsip-prinsip operasional perusahaan besutannya. Bagian pertama dari buku ini mengajak pembaca memahami praksis dalam sejarah perusahaan Gobel.
Pancasila idealnya tidak lagi sekadar dibahas sebagai weltanschauung (pandangan dunia) ataupun filosofische grondslag (dasar falsafah), melainkan juga sebagai praksis kehidupan sehari-hari.
"Pancasila perlu hadir untuk mendorong transformasi di dalam masyarakat ke arah yang lebih baik," ungkapnya.
Sejarah menunjukkan bagaimana Pancasila dimaknai secara beragam oleh berbagai tokoh. Contoh, Nasihin Masha menggaris bawahi perbedaan Soekarno dan Soeharto dalam menyikapi Pancasila sebagai praksis demokrasi Indonesia.
Tiga kaki
Di kala Soekarno dengan tiga kaki ideologi bertajuk Nasakom (Nasionalisme, Agama dan Komunisme) dalam periode Demokrasi Terpimpin, Soeharto mengedepankan pelaksanaan Pancasila secara murni dan konsekuen dalam era Demokrasi Pancasila – salah satunya melalui pembentukan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4).
Terlepas dari derajat formalitas pelaksanaannya, payung pengamalan Pancasila yang ditanamkan secara kolektif akan mampu merefleksikan ragam interpretasi Pancasila yang bersifat kontekstual.
Dalam sudut pandang Thayeb, nilai-nilai pekerja keras, jiwa juang, kebangsaan, dan toleransi seturut Bhinneka Tunggal Ika yang terkandung dalam Pancasila bersifat vital untuk diaplikasikan dalam perusahaan rintisannya. Thayeb menanamkan praksis Pancasila dalam PT Panasonic Manufacturing Indonesia dengan membentuk Mukadimah Falsafah Dasar.
"Lewat dasar tersebut, Thayeb meletakkan asas Pancasila beserta teladan kehidupan pohon pisang sebagai pedoman utama kepemimpinan dan tata laksana perusahaannya. Esensi teladan pohon pisang sendiri muncul dari pengalaman Ebu (panggilan Thayeb kecil) yang menyadari manfaat-manfaat dari pohon pisang, mulai dari sebelum buahnya matang hingga pohonnya dapat ditebang," katanya. (*)