Sultan Ingin Badan Diklat DIY Seperti Lemhanas

Sultan Ingin Badan Diklat DIY Seperti Lemhanas

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Badan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) DIY akan dijadikan semacam pusat pelatihan seperti Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) untuk Aparatur Sipil Negara (ASN) di provinsi ini.

“Ada pesan dari Bapak Gubernur Sultan Hamengku Buwono X supaya Badan Diklat ini dijadikan seperti Lemhannas,” kata Kuncoro Cahyo Aji, Kepala Badan Diklat DIY, saat menerima kunjungan Komisi A DPRD DIY di Badan Diklat Gunung Sempu Tamantirto Kasihan Bantul, Kamis (20/2/2020).

Kunjungan Komisi A DPRD DIY dipimpin ketuanya, Eko Suwanto dalam rangka monitoring sarana dan prasarana pendidikan & pelatihan bagi ASN DIY.

Eko didampingi Wakil Ketua Komisi A, Suwardi. Adapun anggota komisi yang membidangi pemerintahan ini adalah KPH Purbodiningrat, Sutemas Waluyanto, Bambang Setyo Martono, Muhammad Syafi'i, Siti Nurjannah, Hifni Muhammad Nasikh, Sudaryanto, Heri Dwi Haryono serta Stevanus Christian Handoko.

Badan Diklat Gunung Sempu seluas 5,8 hektar dibangun di atas tanah Sultan Ground (SG). Lembaga ini berdiri sejak 1992, sebagai salah satu lembaga pengembangan kompetensi ASN.

Badan Diklat mengutamakan pengembangan kompetensi ASN DIY namun demikitan tidak menutup kemungkinan menerima peserta ASN dari luar DIY.

“Sampai Februari ini kami terpaksa menolak 70 calon peserta ASN dari luar DIY karena fasilitas kelas terbatas,” kata Kuncoro.

Lokasi Badan Diklat Gunung Sempu ini sejuk dan nyaman dikelilingi pohon rindang. Di kompleks ini baru saja ditanam 150 tanaman jambu.

Kuncoro mengeluhkan, belakangan ruas jalan menuju lokasi ini memprihatinkan karena tergerus air hujan, sehingga jalan tidak rata lagi.

Mengenai rencana peningkatan peran badan diklat ini sebagai pusat pelatihan seperti Lemhannas, Kuncoro akan menyiapkan masterplan penataan kawasan secara keseluruhan.

Aturan khusus

Sebagai tambahan, terdapat semacam aturan khusus untuk peserta diklat terutama calon ASN atau calon pegawai negeri sipil (CPNS) saat hendak mengikuti pendidikan di lembaga ini.

Kompleks Badan Diklat memang berada di lereng perbukitan. Para pengantar hanya sampai pintu gerbang. Peserta kemudian naik sendiri membawa bekal, kopor dan perlengkapan masing-masing. Aturan itu mengandung semacamfilosofi, peserta nantinya akan meniti karier, disimbolkan naik tangga tanpa harus dibantu pengantar atau orang tuanya.

Mereka juga harus mencari kamarnya sendiri. Sfaf Badan Diklat cukup menyerahkan kunci kamar saja. Ini dimaksudkan untuk membangun ketangguhan jiwa mereka. Diklatsar memakai metode klasikal dan non-klasikal.

Selama memimpin Bandiklat DIY, Kuncoro banyak memperoleh pengalaman berinteraksi langsung dengan peserta yang tidak hanya dari DIY tetapi juga Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah bahkan luar Jawa.

Dia juga mengakui, tidak semua peserta tahan tekanan kerja. Kadang-kadang muncul kejadian lucu, tiba-tiba ada peserta hilang karena tidak tahan mengikuti Diklat.

Mau tak mau, staf Bandiklat DIY mencari peserta yang “hilang” itu ke rumah atau instansi asalnya. Ketatnya materi pelatihan semata-mata untuk membangun pribadi yang tangguh (sol)