Film Our Son Mulai Digarap di Yogyakarta, Usung Kisah Keluarga

Syuting di Jogja jauh dari hiruk-pikuk Jakarta. Macet memang ada, tapi vibes-nya lebih slow living, lebih nyaman untuk proses kreatif.

Film Our Son Mulai Digarap di Yogyakarta, Usung Kisah Keluarga
Konferensi pers dan tumpengan film Our Son di Java Village Yogyakarta. (muhammad zukhronnee muslim/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Industri film Indonesia kembali menggeliat dengan mulai digarapnya film Our Son, film drama rumah tangga yang disutradarai oleh Luhki Herwanayogi, peraih penghargaan Locarno Open Doors di Locarno Film Festival 2021.

Film itu resmi mulai diproduksi di Yogyakarta dan menjadi kolaborasi antara dua rumah produksi, Catchlight Pictures yang berbasis di Yogyakarta dan Qun Films yang berbasis di Jakarta.

Kisahnya tentang dua pasangan suami istri yang belum dikaruniai anak dan menghadapi berbagai tekanan sosial. Ketika salah satu pasangan akhirnya memiliki anak, mereka berbagi peran dalam pengasuhannya hingga terjebak dalam situasi yang semakin kompleks.

Menurut Luhki Herwanayogi, inspirasi film ini berasal dari pengamatannya terhadap interaksi keluarga di Yogyakarta, tempatnya tumbuh.

Pertanyaan besar

"Segala dinamika yang saya amati memantik pertanyaan besar sebenarnya keluarga itu apa? Dari situ, saya merasa perlu menggarap cerita yang lebih dalam mengenai hubungan dalam rumah tangga," ujarnya saat konferensi pers, Selasa (11/2/2025), di Java Village Resort.

Film ini telah melalui pengembangan panjang sejak 2019, termasuk mengikuti berbagai laboratorium film nasional dan internasional seperti Busan Asian Film School (AFiS), Locarno Open Doors Hub, Ties That Bind, dan Jakarta Film Week - JFW Producers Lab.

Sejumlah nama besar di perfilman Indonesia bergabung seperti Raihaanun, Della Dartyan, Ariyo Wahab, Iedil Dzuhrie Alaudin dan pemeran cilik Farrell Rafisqy.

Raihaanun mengungkapkan keterlibatannya berawal dari pertemuannya dengan tim produksi di Yogyakarta.
"Saya ketemu Yogi (sutradara) dan Iqbal (produser) di Yogyakarta dan dapat cerita ini. Garis besarnya, saya senang karena sudah lama tidak ada film di Indonesia yang kompleks," ungkapnya.

Metropolitan

Karakter yang diperankan sebagai seorang perempuan metropolitan yang easy-going.
Sedangkan Della Dartyan merasa memiliki keterikatan personal dengan latar cerita film karena pernah lama tinggal di Yogyakarta.

"Sebagai orang yang lahir dan besar di Jogja, saya sangat relate dengan suasana yang diangkat dalam film ini. Tokoh Elli adalah perempuan yang tumbuh dalam lingkungan tradisional yang kuat, tapi memiliki pemikiran yang lebih modern," ungkapnya.

Aktor senior Ariyo Wahab juga mengakui kekuatan cerita dalam film tersebut. "Saat pertama kali aku baca naskahnya, langsung tertarik. Belum ada film di Indonesia dengan cerita seperti ini. Aku juga senang karena langsung dipercaya tanpa harus melalui casting. Itu membuatku semakin yakin dan nyaman menjalani peran ini," katanya.

Film digarap dengan pendekatan produksi yang matang, termasuk proses reading dan workshop yang intensif bagi para pemain. "Reading seru, kita malah banyak ketawa-ketawa. Justru kita banyak ngobrol di luar naskah, dan itu membuat chemistry antar-pemain semakin kuat," ungkap Ariyo Wahab.

Tantangan baru

Senada, Iedil Dzuhrie Alaudin menganggap film ini sebagai tantangan baru dalam karier aktingnya.
"Aku selalu mencari peran yang berbeda, dan karakter dalam Our Son menawarkan sesuatu yang belum pernah aku mainkan sebelumnya. Ditambah lagi, semua aktor di sini luar biasa. Itu bikin ekspektasi jadi lebih tinggi, tapi justru semakin memotivasi kami untuk tampil maksimal," ujarnya.

Selain jajaran aktor yang solid, lokasi syuting di Yogyakarta juga menjadi daya tarik tersendiri. "Syuting di Jogja jauh dari hiruk-pikuk Jakarta. Macet memang ada, tapi vibes-nya lebih slow living, jadi lebih nyaman untuk proses kreatif," tambah Iedil.

Tidak hanya aktor ternama, Our Son juga melibatkan Director of Photography (DoP) asal Singapura, James Hia, yang diharapkan dapat memberikan perspektif sinematografi yang lebih segar dan berkelas internasional.

Menurut Luhki, keterlibatan para aktor dalam pengembangan karakter juga sangat membantu.
"Saya dari awal terbuka untuk menerima masukan dari para aktor. Saat reading, energi kita benar-benar menyatu. Sekali lagi, Jogja luar biasa. Syuting di sini akan jadi pengalaman yang menyenangkan," ujarnya.

Tumbuh pesat

Momentum kebangkitan Industri film Indonesia sedang mengalami pertumbuhan pesat, dengan jumlah penonton yang mencapai 78 juta pada tahun 2024, meningkat lebih dari 50 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Film dengan tema drama rumah tangga pun semakin mendapatkan tempat di hati penonton.
Melihat tren tersebut, Iqbal Hamdan, produser dari Catchlight Pictures, berharap dapat memberikan kontribusi yang signifikan.

"Semoga Our Son dapat turut meramaikan dunia perfilman Indonesia dan mendapatkan sambutan yang baik, dengan menyajikan cerita yang relevan dan dekat dengan kehidupan sehari-hari banyak keluarga," ujarnya.

Our Son direncanakan tayang perdana pada festival film internasional kuartal ke-4 tahun 2025, sebelum akhirnya dirilis secara luas di jaringan bioskop di seluruh Indonesia. Film ini diharapkan dapat menarik perhatian penonton dengan narasi yang kuat, akting berkualitas dan sinematografi yang memukau.

Dengan pendekatan produksi yang serius dan tim yang solid, Our Son berpotensi menjadi salah satu film drama rumah tangga yang paling diperbincangkan dalam beberapa tahun ke depan. (*)