SMA Muha Mengukir Prestasi Gemilang di Taiwan

Salah satu aturan yang paling menantang adalah larangan penggunaan internet.

SMA Muha Mengukir Prestasi Gemilang di Taiwan
Tim SMA Muha sebelum berangkat ke Taiwan. (istimewa)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Tim Bhaskara dari SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta (SMA Muha) berhasil mengukir prestasi membanggakan dengan meraih peringkat 6 dari 58 peserta dalam ajang bergengsi 2024 International Intelligent Ironman Creativity Contest di Taiwan.

Kompetisi yang menguji ketahanan fisik dan mental ini berlangsung selama 72 jam tanpa henti, 5 - 11 Agustus 2024 di Chi-Nan University, Nanto.

Kompetisi tahunan yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan Taiwan ini menarik perhatian kontestan dari berbagai negara. Total 58 tim berpartisipasi, terdiri dari 50 tim dari Taiwan dan 8 tim internasional.

SMA Muha mendapat kesempatan khusus berkat rekomendasi dari Taiwan Education Center (TEC) Indonesia, menjadikan mereka satu-satunya perwakilan dari Indonesia.

Dua penghargaan

Tim Bhaskara SMA Muha, yang terdiri dari enam siswa berbakat - Zalfa (XII IPA3) sebagai ketua tim, Anisah (XI F1), Muh Gilland (XI F2), Aisha Keyla (XI F3), Khansa Tabita Sakhi (XI F4), dan Reysa Halwa (XI F4) - berhasil menyabet dua penghargaan bergengsi The Best Display dan The Best Presentation.

Mereka didampingi Flaurencia selaku guru Fisika yang memberikan dukungan dan bimbingan selama kompetisi. Inovasi tim Bhaskara terletak pada presentasi kreatif mereka yang memadukan peradaban Aztec dan Terra Cotta Army dalam bentuk drama.

"Kami memulai dengan menjelaskan sejarah penemuan Terra Cotta Army, kemudian beralih ke peradaban dan kehidupan sehari-hari suku Aztec. Untuk bagian landmark, kami mengangkat aspek perekonomian dengan membayangkan skenario di mana suku Aztec pindah ke Tiongkok,” jelas Zalfa, ketua tim, Kamis (15/8/2024).

Ide kreatif mereka mencakup visualisasi pemanfaatan sumber daya alam Tiongkok oleh suku Aztec. "Kami membayangkan suku Aztec pindah ke Tiongkok, mereka akan memanfaatkan emas dari Gunung Li Selatan dan giok dari Utara sebagai sumber ekonomi utama. Ini menciptakan perpaduan unik antara peradaban Aztec dan Tiongkok," tambah Zalfa.

Fisik dan mental

Kompetisi bukan hanya menguji kreativitas tetapi juga ketahanan fisik dan mental peserta. Tim harus menyelesaikan tugas dalam tiga bidang sekaligus: Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Sosial dan Kebugaran Jasmani.

“Kami tidak hanya mengandalkan pengetahuan akademis, tapi juga kekuatan fisik dan mental. Strategi tim menjadi kunci keberhasilan kami," ungkap Zalfa.

Sedangkan Flaurencia menyatakan salah satu aturan yang paling menantang adalah larangan penggunaan internet. Semua informasi harus dikumpulkan sebelumnya dan disimpan dalam flash disk yang kemudian dikumpulkan panitia.

"Bahkan, peserta tidak diizinkan membawa ponsel selama kompetisi. Ini benar-benar menguji pengetahuan dan kreativitas murni para siswa," jelasnya.

Minim petunjuk

Ini merupakan pengalaman pertama bagi Indonesia di ajang tersebut. Tim Bhaskara bersaing dengan negara-negara seperti Malaysia, Finlandia, Chile dan Hong Kong.

"Kami benar-benar tidak memiliki bayangan tentang kompetisi ini sebelumnya. Petunjuk yang diberikan sangat minim, jadi kami harus siap menghadapi segala kemungkinan," ungkap salah seorang anggota tim.

Display wall yang dibuat tim Bhaskara juga mendapat pujian. Mereka menggambarkan kontras antara Terra Cotta Army dan peradaban Aztec. Meskipun sederhana, ini berhasil menarik perhatian juri.

Keberhasilan Tim Bhaskara dalam kompetisi internasional ini menjadi bukti nyata potensi siswa Indonesia di kancah global. Prestasi mereka diharapkan dapat menginspirasi generasi muda lainnya untuk berani bersaing di tingkat dunia.

Pencapaian ini juga menjadi sorotan di tengah upaya peningkatan kualitas pendidikan Indonesia, menunjukkan bahwa dengan persiapan yang tepat dan semangat yang tinggi, siswa Indonesia mampu bersaing di level internasional. (*)