Selamat Datang Presiden dan Wapres Baru!

Sebaliknya, aroma kemenangan juga sudah berhembus di kubu paslon 02 sejak elektabilitas Prabowo-Gibran terus merangkak naik secara signifikan. Prabowo berkali-kali menyampaikan, bahwa apabila rakyat memberikan mandat, ia akan mengajak kubu 01 dan 03 untuk bekerja bersama-sama membangun negara dan bangsa meraih kemajuan menyongsong Indonesia Emas 2045. Prabowo sadar, bahwa membangun negara dan bangsa memerlukan kerja sama semua kekuatan politik yang ada. Tawaran berbagi kekuasaan ini, agaknya tidak akan direspon positif dalam waktu dekat. Bahkan, dalam sebulan ke depan, data dugaan kecurangan dan lain-lain yang dapat menjadi pijakan untuk menggugat sah tidaknya Pemilu 2024 atau mendelegitimasi Pemilu akan banyak dikumpulkan oleh pasangan calon 01 dan 03. Tentu, ini memerlukan energi besar, yang boleh jadi akan sia-sia.

Selamat Datang Presiden dan Wapres Baru!

SAMBIL menunggu hasil penghitungan resmi KPU, agaknya pasangan Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka sudah pasti bakal menjadi Presiden dan Wakil Presiden Indonesia periode 2024 – 2029. Hasil hitung cepat yang dilakukan banyak lembaga survei, menempatkan pasangan Prabowo-Gibran meraih suara rakyat mayoritas. Selisih dengan pasangan Anis-Muhaimin yang menempati urutan kedua dengan 25%, adalah lebih dari 33%. Sedang dibandingkan dengan perolehan suara Ganjar-Mahfud yang hanya pada kisaran 16%, perolehan Prabowo-Gibran sebesar kisaran 58%, terlalu jauh untuk dikejar.

Lazimnya dalam sebuah kontestasi, hasil Pemilu 2024 versi hitung cepat yang sudah diketahui publik belum tentu dapat diterima begitu saja oleh pasangan capres-cawapres yang gagal meraih kemenangan. Padahal, dalam setiap kontestasi, tentu ada pemenang dan ada yang harus kalah. Persoalannya, sikap menerima kekalahan membutuhkan kelonggaran hati yang luar biasa. Dan tidak setiap orang memiliki kesadaran yang cukup untuk bisa menerima kekalahan.

PDIP yang dalam dua kali Pemilu sebelum ini berhasil mengantarkan kader terbaiknya, Joko Widodo sebagai presiden, barangkali merasakan kekalahan Ganjar-Mahfud sangat tidak masuk akal. Setidaknya, ini tercermin dari pernyataan Ganjar Pranowo kepada wartawan, Rabu sore, beberapa jam setelah pemungutan suara selesai. Ganjar secara implisit menyatakan keheranannya atas perolehan suara yang menjadi juru kunci. Perolehan Ganjar-Mahfud sangat bertolak belakang dengan penampakan kampanye-kampanye yang dihadiri puluhan ribu atau bahkan mungkin ratusan ribu massa. Sesuatu yang mungkin dianggap sebagai hal yang mustahil. Tidak masuk akal.

Setiap kali selesai kampanye yang dihadiri puluhan ribu atau ratusan ribu massa, Ganjar dan Mahfud sama-sama optimis dan percaya diri, bahwa mereka akan memenangi kontestasi. Optimisme itu barangkali juga didukung bahwa PDIP adalah partai kader dan mereka memiliki kursi legislatif yang cukup untuk mendukung optimisme pemenangan pilpres. Realitasnya, jauh panggang dari api.

Pada masing-masing pasangan calon, tim pemenangan mereka juga diisi oleh para teknokrat yang tentu secara hati nurani percaya terhadap metode hitung cepat yang memiliki margin of error (batas angka kesalahan) pada kisaran 1%. Artinya, hasil hitung cepat banyak lembaga survei adalah fakta yang tidak dapat dibantah. Bahwa capres Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo belum mengaku kalah, adalah soal lain. Alasan yang paling aman disampaikan, adalah menunggu pengumuman resmi KPU. Walaupun para peneliti semua tahu, bahwa hasil hitung cepat tidak akan berbeda jauh dengan perhitungan nyata (real count). Atau barangkali sikap Anies dan Ganjar lebih karena faktor “terlalu cepat” untuk mengaku kalah.

Bila sikap tidak mau mengaku kalah ini terus berlanjut, akan berdampak pada upaya untuk mencari kepastian hukum bahwa Pemilu 2024 adalah tidak sah dan harus diulang. Mengandalkan kepada gugatan ke Mahkamah Konstitusi untuk hanya menambah perolehan suara, tentu tidak akan cukup menggeser perolehan suara Prabowo-Gibran yang jaraknya terlalu jauh.

Sejatinya, aroma kekalahan bagi pasangan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud, sudah merebak sejak masa-masa kampenye. Karena itulah, pagi-pagi sudah beredar kabar perlunya koalisi Paslon 01 dan 03 menghadapi Pilpres putaran kedua. Namun, harapan berlanjut ke putaran kedua pupus sudah.

Sebaliknya, aroma kemenangan juga sudah berhembus di kubu paslon 02 sejak elektabilitas Prabowo-Gibran terus merangkak naik secara signifikan. Prabowo berkali-kali menyampaikan, bahwa apabila rakyat memberikan mandat, ia akan mengajak kubu 01 dan 03 untuk bekerja bersama-sama membangun negara dan bangsa meraih kemajuan menyongsong Indonesia Emas 2045. Prabowo sadar, bahwa membangun negara dan bangsa memerlukan kerja sama semua kekuatan politik yang ada.

Tawaran berbagi kekuasaan ini, agaknya tidak akan direspon positif dalam waktu dekat. Bahkan, dalam sebulan ke depan, data dugaan kecurangan dan lain-lain yang dapat menjadi pijakan untuk menggugat sah tidaknya Pemilu 2024 atau mendelegitimasi Pemilu akan banyak dikumpulkan oleh pasangan calon 01 dan 03. Tentu, ini memerlukan energi besar, yang boleh jadi akan sia-sia. **