Sejumlah 50 Becak Becak Kayuh dengan Penguat Tenaga Alternatif Resmi Meluncur di Malioboro

Diharapkan mampu menjadi langkah awal mengkonversi seluruh becak motor di Yogyakarta.

Sejumlah 50 Becak Becak Kayuh dengan Penguat Tenaga Alternatif Resmi Meluncur di Malioboro
Serah Terima Operasional Becak Kayuh dengan Penguat Tenaga Alternatif, Jumat (5/4/2024), di halaman Pendapa Wiyata Praja Kepatihan. (sholihul hadi/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Dengan dukungan Dana Keistimewaan (Danais) Dinas Perhubungan (Dishub) DIY secara resmi meluncurkan 50 unit becak kayuh dengan penguat tenaga alternatif, Jumat (5/4/2024), di halaman Pendapa Wiyata Praja Kepatihan Yogyakarta.

Acara serah terima operasional becak itu ditandai pengibaran bendera start oleh Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Beny Suharsono. Tampak hadir, Wakil Ketua DPRD DIY Huda Tri Yudiana, Kepala Dishub DIY Ni Made Dwipanti Indrayanti, Paniradya Pati Kaistimewan DIY, Aris Eko Nugroho, perwakilan dari Ditlantas Polda DIY serta instansi terkait lainnya.

Becak-becak kayuh dengan tenaga listrik itu kemudian meluncur beriringan meninggalkan kompleks Kantor Gubernur DIY. Selanjutnya ke depan, kendaraan tradisional itu melayani wisatawan di kawasan Sumbu Filosifi serta Malioboro dan sekitarnya.

Sekda menyatakan becak kayuh dengan penguat tenaga alternatif merupakan wujud komitmen Pemda DIY terhadap pembangunan berkelanjutan dan dukungan terhadap program no emission zone.

“Program no emission zone dicanangkan sebagai upaya serius menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan dari polusi udara,” kata Sekda dalam sambutannya.

ARTIKEL LAINNYA: Petani di Moyudan Sleman Melestarikan Tradisi Wiwitan

Dia mengakui, eksistensi becak kayuh di DIY saat ini semakin tergerus oleh keberadaan becak motor. Inovasi melalui teknologi alternatif listrik pada becak kayuh itu adalah langkah strategis.

“Becak kayuh dengan penguat tenaga alternatif ini menjadi simbol transportasi DIY yang lebih ramah lingkungan, baik fisik maupun sosial, sekaligus mempertegas karakter DIY yang telah lama melekat dalam jati diri kita,” ungkapnya.

Pengoperasian becak itu dipercayakan kepada tiga koperasi yaitu Koperasi Becak Kayuh Yogyakarta menerima 20 unit becak, Koperasi Becak Wisata Yogyakarta 20 unit becak dan Koperasi Asha Abyakta Senopati menerima 10 unit becak.

Sekda berharap, langkah kecil ini dapat menjadi bagian dari solusi besar menjaga keberlanjutan lingkungan dan kebudayaan. “Penggunaan teknologi alternatif listrik pada becak kayuh menjadi langkah yang strategis,” kata dia.

Sedangkan Ni Made Dwipanti Indrayanti mengatakan, becak kayuh bertenaga alternatif sebelumnya telah diluncurkan pada 23 Desember 2023. Serah terima baru dilaksanakan hari itu mengingat perlu persiapan administratif dan teknis operasional.

ARTIKEL LAINNYA: 50 Becak Kayuh Bertenaga Listrik Siap Meluncur di Malioboro, Ini Keunikannya

“Lamanya proses ini, memang masing-masing koperasi harus menyelesaikan administratif yaitu pembuatan NPWP, pembuatan NIB, pembuatan Anggaran Rumah Tangga dan pemasangan papan nama koperasi,” ujarnya. Dishub juga mendampingi para pengayuh becak. “Sudah ada percobaan tiga kali lebih,” kata Ni Made.

Menurut dia, ini adalah langkah awal menata kawasan sumbu filosofi khususnya kawasan Malioboro sekaligus menata menata kendaraan-kendaraan yang tidak sesuai peruntukannya. “Perda Nomor 5 Tahun 2016 terkait kendaraan tradisional ini benar-benar bisa kita terapkan khususnya di kawasan sumbu filosofi,” jelasnya.

Di tempat yang sama, Huda Tri Yudiana menyampaikan becak kayuh bertenaga alternatif merupakan moda transportasi umum penunjang wisata yang tepat untuk Yogyakarta sebagai daerah istimewa.

Becak sebanyak 50 unit itu diharapkan mampu menjadi langkah awal mengkonversi seluruh becak motor di Yogyakarta. "Mudah-mudahan ini lancar sehingga kekhasan Yogyakarta dengan moda transportasi tradisional ini tetap dapat dipertahankan tetap manusiawi dan tidak melanggar aturan. Kalau ini berhasil dengan baik, saya kira harapan kita nanti akan bisa dilakukan untuk seluruh becak motor yang ada bisa dikonversi ke becak bertenaga alternatif," kata Huda.

Disebutkan, penataan dan pengelolaan moda transportasi tradisional yang tepat adalah melalui koperasi, sehingga semakin menguatkan perekonomian para pengemudi becak dan tetap menjaga keistimewaan Yogyakarta.

ARTIKEL LAINNYA: Pertama di Indonesia Pemda DIY Melaporkan LKPD Tahun 2023 ke BPK RI

Dia optimistis melalui pengelolaan yang tepat, kesejahteraan pengemudi becak semakin baik termasuk jaminan-jaminan kesehatan yang dapat dinikmati pengemudi becak tradisional tersebut.

"Hibah tidak mungkin diberikan secara terus menerus, ada aturan tidak bisa. Ke depan menghidupi diri sendiri entah iuran atau apa kita evaluasi empat bulan seperti apa melalui manajemen," ucap Huda.

Selain itu, juga akan dilakukan diskusi dengan para pengemudi ini terkait sistem koperasi yang diterapkan.

Salah seorang pengemudi becak, Sabar (56), menyatakan bersyukur memperoleh fasilitas becak dari Pemda DIY. “Tarikannya lebih ringan. Saya sudah coba,” ujarnya.

Sebagai tumpuan keluarga serta terpilih (oleh takdir Allah SWT) sebagai penarik becak sejak tahun 1984, Sabar yang merasa dirinya semakin tua menyatakan dengan becak kayuh bertenaga listrik pekerjaannya menjadi lebih ringan. “(Jalan) naik nggak terlalu ngaya,” ungkapnya.

Hanya saja, menurut Sabar, becak tersebut perlu disempurnakan pada beberapa bagian. Misalnya, rem cakram kurang pakem. Kemudian, tidak dilengkapi shock breaker. Selain itu, ban juga kurang sesuai untuk beban berat. “Itu masukan dari saya,” ungkap pria asal Pandak Bantul tersebut. (*)