Prosesi Dhaup Ageng Kadipaten Pakualaman Berlangsung Delapan Hari

Perayaan dimulai 3 Januari 2024 dengan acara bucalan dan wilujengan.

Prosesi Dhaup Ageng Kadipaten Pakualaman Berlangsung Delapan Hari
Konferensi pers Dhaup Ageng di Kagungan Dalem Kadipaten Pakualaman. (yvesta putu ayu palupi/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Kadipaten Pakualaman bersiap menggelar Dhaup Ageng atau pernikahan agung yang penuh dengan nilai tradisi, antara BPH Kusumo Kuntonugroho dan Laily Annisa Kusumastuti di Puro Pakualaman pada 10 Januari 2024.

Dalam tema Manifestasi Kecerdasan Bathara Indra, pernikahan ini tidak hanya menjadi pesta cinta dua insan, tetapi juga simbol kearifan lokal dan kecintaan pada ilmu pengetahuan.

Permaisuri Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPA) Paku Alam X, Gusti Kanjeng Bendara Raden Ayu (GKBRAy) Paku Alam X, menciptakan kain batik eksklusif yang akan dikenakan oleh kedua mempelai, dengan penambahan ageman atau pakaian khusus untuk Dhaup Ageng.

Perayaan dimulai 3 Januari 2024 dengan acara bucalan dan wilujengan, membuka lembaran pernikahan selama sembilan hari hingga mencapai puncak pada prosesi Kondur Besan pada 12 Januari 2024.

ARTIKEL LAINNYA: Jikustik Tampil Memeriahkan Festival Swara Prambanan

Pilihan tema ini bukan hanya mencerminkan kekayaan budaya, tetapi juga menyoroti dedikasi pada pendidikan dan pengetahuan.

Calon pengantin laki-laki, Kusumo, yang sedang mengejar program Doktoral di Osaka University Jepang, menunjukkan komitmen pada ilmu pengetahuan.

Sedangkan calon pengantin perempuan, Laily, seorang dokter yang menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter di Universitas Gadjah Mada (UGM), membawa harmoni antara dunia kesehatan dan tradisi.

"Dan Bhatara Indra adalah Bhatara yang suka ilmu pengetahuan, suka belajar dan Bhatara yang pintar," jelas GKBRAy Paku Alam X atau Gusti Putri saat konferensi pers di Puro Pakualaman, Rabu (3/1/2024).

ARTIKEL LAINNYA: 20 Grup Kesenian Tampil di Hadapan Ketua Komisi III DPR RI Bambang Wuryanto

Gusti Putri menegaskan Dhaup Ageng tidak hanya menjadi pernikahan tetapi juga upaya nyata untuk melestarikan kebudayaan dan tradisi Jawa yang adiluhung.

Prosesi yang berlangsung delapan hari yang diikuti kedua calon mempelai itu menjadi wujud dari upaya pelestarian budaya.

Penghageng Kadipaten Pakualaman, Kanjeng Raden Tumenggung Radyawisroyo, menyampaikan acara ini bukan hanya upacara pernikahan melainkan usaha bersama untuk melestarikan kebudayaan dan tradisi Jawa yang kaya.

Warga sekitar diminta memaklumi perubahan arus lalu lintas yang akan terjadi selama akad nikah dan resepsi pada 10-11 Januari 2024 di sekitar kawasan Puro Pakualaman. (*)