SDM Sektor Pariwisata sering hanya Dianggap Tukang

SDM Sektor Pariwisata sering hanya Dianggap Tukang

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo (STIPRAM) Yogyakarta memulai kuliah perdana program S3 Pariwisata pada Selasa (13/9/2022). Kehadiran program S3 Pariwisata di kampus ini menambah jumlah program doktoral di Indonesia menjadi 3 kampus, yaitu Universitas Udayana, Sekolah Tinggi Trisakti dan Stipram.

Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak kekayaan pariwisata, ternyata belum memiliki ahli pariwisata yang cukup. Hal ini menjadi ironis, mengingat negara-negara yang tidak memiliki sumber daya alam seperti Singapura dan Korea Selatan pun mampu memaksimalkan pariwisata di negaranya sebagai lini industri yang berkembang serta mampu menarik wisatawan dunia.

Diungkapkan Ketua Himpunan Lembaga Pendidikan Tinggi Pariwisata Indonesia (Hildiktipari) DIY Suhendroyono, bahwa SDM di bidang pariwisata seringkali hanya dianggap sebagai tukang. Mereka bahkan tidak dianggap memiliki kompetensi, sehingga potensi kinerjanya sering tak dihargai.

"Padahal pariwisata sejak 2008 lalu sudah menjadi keilmuan. Bahkan L2Dikti sudah mengizinkan pembukaan Strata 3 untuk pariwisata," kata dia.

Karena itu, lanjut Ketua Stipram tersebut, pariwisata harus membuktikan pada dunia industri kalau tidak hanya merupakan pendidikan vokasi. Namun juga merupakan keilmuan yang bisa dipisahkan. Melalui keilmuan di bidang pariwisata, SDM yang dimiliki bangsa ini diharapkan mampu berperan secara optimal dalam memajukan sektor ini. Kompetensi mereka pun dihargai tak melulu sebagai tukang.

"Dengan demikian pariwisata yang menjadi salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia, termasuk DIY bisa pulih lebih cepat," ungkapnya.

Sementara Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI, Sandiaga Uno yang hadir secara daring dalam kuliah perdana tersebut mengingatkan agar generasi muda tidak menjadi kaum rebahan. Sebab peran serta mereka dalam memulihkan pariwisata dan perekonomian Indonesia pasca pandemi Covid-19 sangat dibutuhkan.

"[Generasi muda] jangan jadi kaum rebahan, jadilah agen perubahan. Kita harus dukung pemulihan ekonomi dan sektor pariwisata indonesia," ungkap Sandiaga.

Menurut Sandiaga, pariwisata saat ini tidak hanya menjadi bisnis yang dikembangkan secara berkelanjutan. Namun sektor ini juga menjadi keilmuan yang bisa dipelajari secara luas oleh banyak pihak.

Ilmu Pariwisata yang dipelajari pun mampu meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang terjun di sektor ini. Terlebih pasca pandemi, beragam kolaborasi dan inovasi sangat diperlukan dalam rangka memulihkan pariwisata Indonesia.

"Inovasi dan kolaborasi dalam mengembangkan pariwisata sebagai ilmu dan bisnis yang berkelanjutan demi kemajuan SDM yang unggul," tandasnya.

Plt Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi, Nizam mengungkapkan, pendidikan vokasi hingga S3 di Indonesia masih jauh tertinggal dari negara tetangga Asia lainnya. Akhirnya terjadi gap di sektor SDM pendidikan tinggi, termasuk dalam inovasi.

"Karenanya mahasiswa menjadi kunci memastikan akselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia seperti yang diharapkan melalui inovasi SDM dengan terobosan kebijakan dan kerja keras pendidikan tinggi," tutupnya. (*)