Sampah Plastik Diolah Jadi BBM untuk Bus Trans Jogja
Mesin pirolisis menjadi salah satu opsi menanggulangi sampah terutama anorganik.
KORANBERNAS.ID, SLEMAN -- Situasi krisis sampah yang melanda Yogyakarta akhirnya menemui solusi berkelanjutan. Yayasan Get Plastic Indonesia resmi membuka lokasi pengelolaan sampah plastik menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM) di Bank Sampah Go-Green, Cupuwatu II Purwomartani Kalasan.
Mesin ini menjadi harapan baru dalam mengatasi krisis sampah yang telah mencapai status darurat. Sesuai Surat Gubernur No. 658/11898 tahun 2023, masing-masing kabupaten/kota di DIY harus mengelola sampahnya secara mandiri setelah penutupan TPST Piyungan.
"Solusi pengolahan sampah plastik menjadi BBM ini sejalan dengan Perda DIY No 3 Tahun 2013 tentang pengelolaan sampah ramah lingkungan," ungkap Dimas Bagus Wijanarko, Founder Yayasan Get Plastic Indonesia, Senin (3/6/2024).
Tak hanya itu, BBM hasil olahan sampah plastik dari masyarakat ini ke depan bisa digunakan sebagai bahan bakar Bus Trans Jogja setelah menjalani penjajakan dengan Pemerintah DIY. "Langkah ini diharapkan dapat menjaga Yogyakarta sebagai destinasi wisata yang nyaman," ujarnya.
Bukan pilihan
Kuncoro Eko Wibowo selaku Dukuh Cupuwatu II menyambut baik solusi pirolisis ini. Menurutnya penanggulangan sampah bukan lagi pilihan tetapi kewajiban. "Adanya mesin pirolisis menjadi salah satu opsi menanggulangi sampah terutama anorganik," ujarnya.
Meski begitu, Kuncoro menekankan pentingnya kesadaran warga mengolah dan menangani sampah pasca-pengolahan. Dukungan pemerintah setempat sangat dibutuhkan mengingat banyaknya tempat pembuangan sampah yang ditutup.
"Kesadaran warga mengolah dan menangani sampah pasca-pengolahan sangat penting. Harapannya, semangat warga dan dukungan dari pemerintah terdekat juga diperlukan," lanjutnya.
Dalam seminggu, lanjut Eko, dari wilayah Cupuwatu II terkumpul beberapa ton sampah. Tantangan terbesar saat ini adalah banyaknya tempat pembuangan sampah yang ditutup, dan harga langganan sampah naik tapi jarang diangkut, menambah beban pengelolaan sampah.
Langganan sampah
"Kami bekerja sama dengan pihak lain, tetapi sekarang banyak tempat yang ditutup dan harga langganan sampah naik. Solusinya adalah mencari pakar atau alternatif lain untuk membuang sampah," tambah Kuncoro.
"Permasalahan ini tidak hanya terjadi di sini, tetapi juga di sekitar wilayah lain," lanjutnya.
Ke depan, partisipasi masyarakat dalam pengolahan sampah menjadi energi berkelanjutan diharapkan meningkat. Pemerintah dan masyarakat perlu bersinergi. (*)