Saat Pandemi, Budaya Piring Terbang Justru Muncul Kembali
KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Keluarga besar Badan Pengurus Cabang (BPC) Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Bantul menggelar acara “Halal bi halal dan Sosialisasi SOP Protokol Kesehatan Hotel dan Resto” di Radja Resto, Jalan Ring Road Selatan, Sabtu (6/6/2020).
Acara tersebut dihadiri Kepala Dinas Pariwisata Bantul Kwintarto Heru Prabowo, Muspika Sewon, perwakilan Dinas Kesehatan dan Dinas Lingkungan Hidup, Ketua PHRI Bantul Muhammad Nur dan jajaran pengurus serta puluhan tamu undangan lain.
Muhammad Nur mengatakan, selain syawalan antar-anggota PHRI, kegiatan juga untuk mengenalkan SOP protokol kesehatan hotel dan restoran saat nanti beroperasi kembali setelah sekian lama terpuruk.
“Jika benar 1 Juli sudah ada new normal atau normal baru, maka SOP ini bisa kita jalankan. Pokoknya kita harus berani memulai, karena kita tidak pernah tahu sampai kapan (wabah) Corona ini berakhir. Tentu dengan menerapkan standar kesehatan yang ditentukan agar kasus Corona tidak berkembang atau bertambah setelah pemberlakuan normal baru,” katanya.
Selain itu, perlu adanya stimulan dari pemerintah, seperti keringanan listrik dan restribusi, sehingga sangat membantu dalam usaha mereka ke depan dan meringankan beban anggota PHRI.
“Dari 497 hotel dan restoran, ada 47 hotel dan resto yang menyatakan siap beroperasi. Diharapkan ini bisa membangkitkan ekonomi kita. Pemkab Bantul sendiri melalui bapak wakil bupati telah menyampaikan jika selama pandemi kehilangan pendapatan atau restribusi Rp 333 miliar. Maka kita memang harus bangkit bersama, karena jika kita seperti ini, terpuruk lama-lama, akan mati juga karena tidak bisa makan. Maka mari kita sambut new normal dengan optimis dan semangat,” tandasnya.
Sementara Herman Toni dari BPD PHRI DIY mengatakan, untuk bisa menerapkan new normal tentu ada persiapan, termasuk sarana pendukung. Seperti halnya saat akan menggelar acara di Radja Resto, semua tamu sebelum masuk mencuci tangan pakai sabun cair dan air mengalir, diukur suhu tubuhnya dan dicatat, mengenakan masker, hand sanitizer serta duduk dengan mengatur jarak antar-kursi. Pintu ruangan juga dibuka sehingga ada sirkulasi udara.
“Tentu semua ini perlu persiapan sarana prasarana pendukung bagi pengelola hotel dan restoran. Termasuk juga karyawan harus diberi pelatihan dengan tatanan baru,” katanya.
Saat acara juga sudah dipraktekkan para pelayan resto mengenakan masker, face shield dan juga mengenakan sarung tangan saat melayani tamu. Tidak ada antrean saat coffe break sebagaimana dalam suasana normal, namun semua menggunakan sistem ‘piring terbang’, di mana kue disajikan dalam piring oleh pelayan resto dan diantar ke tempat duduk masing-masing tamu. Begitupun sajian makan siang juga menggunakan sistem ‘piring terbang’.
Untuk penggunaan microphone, juga beberapa kali dilap menggunakan tisu antiseptik sehingga lebih steril.
Sementara RM Wijanarko, Wakil Ketua BPC PHRI, sebagai pemateri mengatakan untuk protokol khusus hotel dan restoran ada beberapa hal. Di antaranya menjaga kebersihan umum dan kamar. Melakukan disinfektan minimal 1 kali setiap shift. Juga melakukan sterilisasi beberapa tempat, utamanya yang sering dipegang tamu misalnya kursi, meja, pintu dan pegangan lain.
“Jangan lupa, petunjuk cuci tangan harus dipasang di lokasi yang mudah terlihat sehingga mudah dipahami tamu yang datang,” katanya.
Untuk tamu hotel, agar dicatat suhu badanya, sehingga jika ada keluhan segera bisa dilakukan penanganan dan diinformasikan kepada pihak medis.
Di restoran, tamu hanya melepas masker saat makan dan minum. Usahakan transaksi menggunakan non-tunai. Untuk buku tamu, dibuat simpel karena jika berlembar-lembar tentu memperlama proses pembersihan.
“Jika butuh keterangan menu, para tamu bisa bertanya kepada waitressnya langsung,” katanya.
Sementara Kepala Dinas Pariwisata Bantul, Kwintarto Heru Prabowo, mengatakan pantai menjadi prioritas utama untuk pembukaan destinasinya. Parangtritis tahun lalu mampu menyumbang restribusi Rp 26 miliar. Belum lagi pantai yang lain.
“Hari ini saya cek ternyata pengunjung yang datang ke pantai juga banyak. Begitu pun minggu lalu saya berkeliling melakukan pengecekan, juga sudah banyak. Namun kami belum berani promosi. Kami taat karena masih tanggap darurat hingga 30 juni. Maka kami belum buka obyek wisata di Bantul,” katanya.
Ketika nanti sudah beroperasi, dirinya mewajiban semua restoran atau rumah makan, termasuk di obyek wisata, ada sarana cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, serta wajib pakai maker, baik tamu atau pengelola. Juga menjaga jarak duduk antar-tamu.
Suhu tubuh wisatawan juga harus diatur dan disepakati berapa maksimal yang boleh masuk, agar wisatawan tidak bingung. Antar obyek satu dengan yang lain harus menggunakan protap dan standar yang sama.
Yohanes Hendra, pengelola Radja Resto, menyambut baik rencana pembukaan hotel dan restoran saat new normal. “Dalam satu bulan ini kami menyiapkan segala sesuatunya terkait pendukung ketika nanti pemberlakuan new normal. Seperti penyediaan kran dan sabun cair di depan resto, alat ukur suhu, penyiapan hand sanitizer dan juga melakukan disinfeksi minimal seminggu sekali,” katanya.
Dan juga pemberlakuan jam operasional berbeda sebagaimana diterapkan saat resto mulai awal bulan ini. Jika biasanya restoran buka jam 08.00 WIB hingga 22.00 WIB, kini buka mulai jam 10.00 WIB hingga 18.00 WIB.
Bagi pengunjung yang datang untuk makan di restoran, juga diberlakukan protokol yang ketat. Termasuk mengurangi kapasitas ruangan. Misalnya, ruang pertemuan dengan kapaitas 80 orang, kini hanya maksimal 40 orang demi menjaga physical distancing.
“Tentu saja semua kesiapan tadi dan keberanian kami kembali beroperasi akan meningkatkan biaya operasional. Namun demikian kami tidak menaikkan harga makan atau minum, karena bagi kami saat ini yang penting bisa bertahan terlebih dahulu sudah bersyukur,” katanya. (eru)