Ribuan Pesilat Berkumpul di Yogyakarta
KORANBERNAS.ID – Ribuan pesilat dari berbagai daerah di Indonesia bahkan dari luar negeri berkumpul di Yogyakarta. Mereka datang untuk memeriahkan event Pencak Malioboro Festival (PMF) 2019.
Kegiatan yang diselenggarakan Tangtungan Project dan Paseduluran Angkringan Silat itu berlangsung sejak 4 September 2019. Acara puncak ditandai Pawai Raya Pencak Silat, Minggu (8/9/2019).
Lebih dari 6.000 pemerhati dan praktisi pencak silat berjalan kaki sepanjang Malioboro dimulai dari Parkir Abu Bakar Ali hingga Titik Nol Kilometer Yogyakarta.
Acara rutin yang kini memasuki tahun ke-6 itu memperoleh dukungan dari Gubernur dan Wakil Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Paku Alam X jajaran Pemerintah DIY serta para donatur.
“PMF VI 2019 merupakan pesta silaturahim ribuan pesilat dari seluruh dunia,” ungkap Shinta Kertasari salah seorang panitia acara itu, Sabtu (7/9/2019).
Kepada wartawan dia menyampaikan Pencak Malioboro Festival merupakan usaha pelestarian budaya.
Berkumpulnya lebih dari 6.000 insan dan pemerhati pencak silat itu mengusung satu semangat yang sama untuk melestarikan dan mencintai budaya bangsa, semangat sportivitas, menghargai keberagaman dalam satu kesatuan keluarga pencak silat.
Shinta Kertasari, salah seorang panitia PMF 2019. (sholihul hadi/koranbernas.id)
Berusaha mandiri
“Kami selalu berusaha mandiri dalam penyelenggaraan, sebagian besar dikarenakan kami mengemban amanat para guru untuk menjauhkan budaya pencak silat dari berbagai kepentingan dan politik,” jelasnya.
Sebelumnya saat audiensi di Kepatihan, Paku Alam X berpesan ajang ini mampu meminimalkan residu pertentangan antarkelompok.
Dengan begitu, dari Yogyakarta misi Indonesia damai ini dapat tersebar luas ke seluruh Nusantara.
Pencak silat dengan filosofinya yang tinggi terbukti mampu menyatukan banyak perbedaan dalam satu kecintaan.
Shinta menambahkan sejak pertama kali PMF digulirkan, semangat para praktisi dan pecinta pencak silat mulai bangkit bahu membahu mengembangkan event-event pencak silat di berbagai daerah.
“Pencak Malioboro Festival kali ini juga bisa menjadi ajang promosi pariwisata Yogyakarta,” kata dia.
Rangkaian acara itu antara lain Kompetisi Koreografi Pencak memperebutkan piala tahunan Sri Sultan Hamengku Buwono X, lomba menggambar untuk anak-anak, workshop terbuka, Malam Anugerah Pencak Silat serta Panggung Gebyar Pencak Silat.
Shinta sepakat jika pencak silat mampu dikemas menjadi pertunjukan menarik maka masyarakat bisa mengetahui apa dan bagaimana pencak silat itu sebenarnya.
Jurus spontan
Sebelumnya pada 6 September berlangsung Kaulan Open Air, sebuah pertunjukan aplikasi dan jurus jurus pencak silat yang dilakukan spontan oleh para guru pencak silat atau pendekar kepada khalayak umum.
Sedangkan Pencak Wisata Budaya dilaksanakan 4-8 September. Selama empat hari peserta mempelajari beberapa macam aliran pencak silat tradisional dari berbagai perguruan di Nusantara.
Peserta juga diperkenalkan berbagai budaya Indonesia seperti pembuatan blangkon, panahan tradisional atau jemparingan. (sol)