Cari Masker Sulit, Warga Buat Sendiri

Cari Masker Sulit, Warga Buat Sendiri

KORANBERNAS.ID, SLEMAN – Sejak virus Corona atau Covid-19 mewabah masker sulit dicari di pasaran. Kalau pun ada harganya mahal berkali-kali lipat dari harga biasanya.

Merespons hal itu, pemuda dan tokoh masyarakat Desa Hargobinangun Kecamatan Pakem Sleman membuat sendiri masker untuk dibagikan kepada warga yang membutuhkan.

Para pemuda di desa ini memperdayakan perajin rumahan. Setidaknya terdapat sepuluh penjahit yang dilibatkan membuat masker. “Ada sepuluh penjahit yang kami libatkan,” ujar tokoh masyarakat Desa Hargobinangun, Amin Sarjito SH, Selasa (31/3/2020).

Ide tersebut datang dari para pemuda. “Jujur saja awalnya saya tidak tahu ketika itu ada beberapa pemuda datang ke rumah melontarkan ide membuat masker, sekaligus untuk memperdayakan usaha rumahan di desa kami,” tambahnya.

Amin langsung menyanggupinya, kemudian mengajak rekannya, Ari Murti, yang tinggal di desa sebelah. “Bu Ari yang juga anggota DPRD Kabupaten Sleman setuju dan bersedia membantu anak-anak muda Desa Hargobinangun dalam rangka memperdayakan perajin,” ucap Amin.

Awalnya hanya ingin membuat sekitar 3 sampai 4 ribu masker ternyata setelah berjalan satu minggu permintaan meningkat sampai mereka kewalahan.

“'Semula kami hanya melibatkan 4 sampai 5 penjahit, sekarang 10 penjahit karena permintaannya meningkat,”' katanya.

Tahap awal ini pihaknya membuat 5 ribu masker, dengan rincian 3.000 masker dibagikan gratis ke warga Desa Hargobinangun.

Sejumlah 1.000 masker merupakan pesanan Ari Murti dan sisanya pesanan dari warga Muntilan dan Magelang masing-masing pesan 500 masker untuk warga yang tèrdampak erupsi Gunung Merapi.

“Awalnya kami hanya memproduksi untuk warga sendiri ternyata malah sekarang banyak orang luar desa yang pesan,'' ujarnya.

Sebagai seorang panutan, Amin Sarjito memberikan dukungan anak-anak muda di desanya. Selagi ide dan keinginannya itu baik dirinya siap di belakang mereka.

“Selama ide itu bagus dan untuk kepentingan orang banyak, saya pasti mau dan mendukung. Apalagi apa yang dikerjakan anak-anak muda ini bisa mengangkat kesejahteraan warga,” katanya.

Para perajin rumahan ini hanya diminta mengerjakan karena kain sudah disediakan. “Setiap masker kami hargai Rp 2.500, mereka kami suruh buat 5.000 masker. Biar semua kebagian, satu penjahit kita suruh buat 500 masker,” tambahnya.

Ny Atiek, salah seorang penjahit mengaku senang,  kegiatan ini sangat membantu saat suaminya tidak kerja karena obyek wisata Kaliurang dan lava tour sepi pengunjung akibat takut Corona.

“Suami saya sopir jip wisata Kaliurang dan lava tour, sudah beberapa hari tidak kerja karena tidak ada wisatawan,” ungkapnya seraya mengusap keringat di keningnya.

Ari Murti menyatakan sangat mendukung kegiatan pemuda-pemuda Desa Hargobinangun. Masyarakat sedang butuh masker dan perajin rumahan butuh pekerjaan. Kesejahteraan warga pun terangkat.

Masker selain sebagai pelindung virus Corona juga dari abu Gunung Merapi yang kebetulan beberapa hari lalu baru saja meletus.

“Masker itu juga untuk warga, saya hanya ingin membantu krenteg anak muda yang mempunyai keinginan baik,” kata dia. (sol)