Purworejo Menjadi Proyek Percontohan Pertanian Metode Simurp

Tahun 2021 ada peningkatan produksi 1,2 ton.

Purworejo Menjadi Proyek Percontohan Pertanian Metode Simurp
Sri Lastuti dan Hadi Sadsila bersama Tim NPIU Kementerian Pertanian. (wahyu nur asmani ew/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, PURWOREJO -- Kabupaten Purworejo Jawa Tengah (Jateng) beruntung memperoleh kesempatan menjadi proyek percontohan Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP).

“Di Jateng ada dua termasuk Purworejo yang menjadi percontohan SIMURP. Di Kabupaten Purworejo ditunjuk Kecamatan Banyuurip dengan lahan seluas 50 hektar,” kata Sri Lastuti, Koordinator BPP (Balai Penyuluh Pertanian) Kecamatan Banyuurip, Senin (31/7/2023).

Dia menjelaskan, Tim National Project Implementation Unit (NPIU) dari Kementerian Pertanian telah melakukan kunjungan dan monitoring serta evaluasi lahan Scalling Up SIMURP di Kecamatan Banyuurip, Kamis (27/7/2023) silam.

Disebutkan, SIMURP merupakan program yang didanai dengan pinjaman dari World Bank dan Asian Infrastructure Investment Bank. Program itu dilaksanakan dengan tujuan untuk peningkatan pelayanan irigasi dan penguatan akuntabilitas pengelolaan skema irigasi.

Tim NPIU mengunjungi lahan SIMURP di Desa Tegalrejo Purworejo. (wahyu nur asmani ew/koranbernas.id)

Terdapat dua indikator keberhasilan kegiatan yaitu area yang terfasilitasi dengan layanan drainase (irigasi)  baru atau direhabilitasi dan persentase intensitas pertanaman (IP).

Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian sebagai unit pelaksana proyek tingkat nasional dipercaya mendorong indikator capaian peningkatan IP dari 180 persen menjadi 200 persen.

Untuk mencapai tujuan tersebut, NPIU BPPSDMP menyusun pendekatan menggunakan teknologi budi daya Pertanian Cerdas Iklim atau Climate Smart Agriculture (CSA).

Penerapan metode CSA diklaim mampu meningkatkan produksi dan kualitas hasil pertanian meski di tengah iklim yang berubah sekaligus memastikan pertanian berkelanjutan.

Kepala Desa Tegalrejo, Budi Prakoso. (wahyu nur asmani ew/koranbernas.id)

Dalam kunjungan itu, Tim NPIU mendengarkan pemaparan pelaksanaan SIMURP di wilayah Kecamatan Banyuurip.

"SIMURP di wilayah Banyuurip khususnya dan Purworejo pada umumnya itu sangat baik, karena tujuan program itu peningkatan produksi dan peningkatan indeks pertanian. Jadi itu memang membawa kebaikan bagi para petani, dan selama ini memang cukup dinantikan," kata Sri Lastuti.

Menurut dia, di Kabupaten Purworejo terdapat tujuh kecamatan yang melaksanakan SIMURP. Sedangkan di Kecamatan Banyuurip dilaksanakan di 27 desa.

"Ada 130-an kelompok sudah melaksanakan program ini. Hasilnya sudah cukup bagus, tahun 2021 ada peningkatan produksi 1,2 ton, tahun 2022 juga ada peningkatan," sebutnya.

Program itu sangat bagus bagi petani karena mengarahkan kepada hal-hal yang organik, penyelamatan alam serta tidak tergantung kepada pupuk kimia dan pestisida.

ARTIKEL LAINNYA: Bicara Disabilitas Tak Selalu Pakai Bahasa Kasihan, Mereka Punya Potensi

Untuk wilayah Banyuurip demplot kegiatan SIMURP menggunakan teknologi tanam jajar legawa biasa dan petani yakin dengan perbandingan dua-satu hasilnya terbaik.

“Harapannya seluruh petani, ya berlanjut, membiasakan penggunaan pupuk organik yang saat ini pupuk kimia bersubsidi mulai sulit didapatkan. Dengan CSR yang kita gulirkan, mereka mulai memahami bahan-bahan organik di sekitarnya, mulai beternak juga agar mereka memiliki bahan pupuk organik," harapnya.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Purworejo, Hadi Sadsila, menambahkan pelaksanaan SIMURP di Purworejo sudah sejak 2019 dan Kabupaten Purworejo menghendaki program itu berlanjut.

"Kita ada kesempatan. SIMURP itu memang sangat diperlukan dan mudah-mudahan terus berlanjut," harapnya.

ARTIKEL LAINNYA: Evakuasi Delapan Penambang di Ajibarang Dihentikan

Kepala Desa Tegalrejo, Budi Prakoso, mengatakan desanya memiliki luas area persawahan 1,305 hektar dan mendapatkan program SIMURP seluas 27 hektar.

Desa Sumbersari mendapatkan program untuk lahan seluas 23 hektar, sehingga di dua desa itu tahun ini mendapatkan program dengan luasan 50 hektar. Desa Tegalrejo dan Sumbersari di Kecamatan Banyuurip letaknya bersebelahan.

"Kegiatannya ya kita selalu dibimbing dari BPP Kecamatan Banyuurip dan para penyuluh pertanian mendampingi dari persiapan olah lahan, pembuatan pupuk organik dan saat tanam,” kata Budi di kantornya, Selasa (1/8/2023).

Disampaikan, program SIMURP masih menjadi kegiatan yang pertama di Desa Tegalrejo dan mampu mengubah sistem pertanian warga dari yang sebelumnya tradisional beralih ke teknologi konvensional.

ARTIKEL LAINNYA: Pembuat Jamu di Bantul Belajar Digital Marketing

"Alhamdulillah hasil tanaman padinya bagus, dengan sistem jejer legawa 2:1, karena yang baru bisa kita lihat adalah pertumbuhan. Kecuali ada sedikit area karena masalah air, daya tumbuhnya kurang maksimal," ujarnya.

Budi berharap program tetap dilanjutkan dan volumenya diperluas. "Kita ada kesempatan, Kementan rawuh di Purworejo dan SIMURP itu memang sangat diperlukan, mudah- mudahan terus berlanjut. suksesnya program ini adalah suksesnya pemerintah Indonesia," harapnya. (*)