Program MBKM Tidak Membebani Dosen dan Mahasiswa

Program MBKM Tidak Membebani Dosen dan Mahasiswa

KORANBERNAS.ID, SLEMAN – Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), program yang diluncurkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada awal tahun 2020 terbukti mampu meningkatkan kinerja dosen.

Hal itu terungkap saat berlangsung Seminar Nasional Implementasi Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM): Relevansi Keunggulan dan Adaptabilitas menuju Research Excellence University, Senin (27/12/2021), di Griya Persada Convention Hotel & Resort Kaliurang Sleman.

Kegiatan yang diselenggarakan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) kali ini didanai Program Penelitian Kebijakan MBKM dan Pengabdian Masyarakat Berbasis Hasil Penelitian PTS Sekretariat Ditjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi Kemendikbudristek Tahun Anggaran 2021.

Seminar yang berlangsung offline dan online itu dihadiri narasumber Prof Ir Nizam MSc DIC PhD IPU Asean Eng selaku Plt Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi Kemendikbudristek RI, Dr Ir Paristiyanti Nirwardani MP (Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi Kemendikbudristek RI),  Dr H agung Danarto MAg (Ketua BPH Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) serta Rektor UMY Prof Dr Ir Gunawan Budiyanto.

“Program MBKM membantu meningkatkan kinerja dosen, membuat dosen dan mahasiswa lebih merdeka secara administrative, bukan menambah beban dosen dan mahasiswa,” ungkap Prof Dr Dyah Murtiarin SIP MSi, Kepala Lembaga Riset dan Inovasi UMY.

Kepada wartawan di sela-sela acara dia menjelaskan, untuk mengetahui implementasi pelaksanaan MBKM di Kampus UMY serta apa saja kendalanya, tim melakukan penelitian dan riset dengan menyebarkan kuisioner kepada belasan ribu sivitas akademika UMY. Tercatat ada 16.810 yang mengisi survei tersebut.

Adapun Tim Peneliti terdiri dari Slamet Riyadi ST MSc PhD, Eko Purwanti PhD, Sakir SIP MIP, Apt RR Sabtanti Harimurti SSi MSc phD, Endro Dwi Hatmanto SPd MA Ph D, Dr Ir Wahyudi ST MT, Ir Jazaul Ikhsan ST MT  PhD, Muhammad Eko Atmojo SIP MIP dan Reni Budi Setyaningrum SH MKn.

Sedangkan Tim Pengabdian terdiri dari Prof Dr Dyah Mutiarin SIP MSi, Ir Agus Jamal M Eng IPM, Winny Setyonugroho  S Ked  MT PhD, Dr Ir Wahyudi ST MT, Dr Novi Caroko ST M Eng, dr Maria ulfa  MMR Ph D, Endro Dwi Hatmanto SPd MA Ph D, Aswad Ishak SIP MSi, Sakir SIP MIP dan Muhammad Eko Atmojo SIP MIP.

Lebih jauh Prof Dyah menjelaskan evaluasi MBKM dilaksanakan tidak hanya level pimpinan universitas tetapi juga pimpinan fakultas (dekan) ketua program studi (kaprodi), tenaga kependidikan (tendik) serta mahasiswa. “Kita ingin mengetahui bagaimana respons terhadap MBKM yang sudah berjalan satu tahun ini di UMY,” kata dia.

Terkait delapan IKU (Indeks Kinerja Utama) yang disusun Kemendikbudristek, menurut Prof Dyah, masih perlu ada panduan yang secara teknis bersifat lebih detail.

Adapun delapan IKU itu adalah lulusan mendapatkan pekerjaan yang layak, mahasiswa mendapat pengalaman di luar kampus, dosen berkegiatan di luar kampus, praktisi mengajar di dalam kampus, hasil kerja dosen digunakan oleh masyarakat.

Kemudian, program studi bekerja sama dengan mitra kelas dunia, kelas yang kolaboratif dan partisipasif dan program studi berstandar internasional.

UMY, lanjut Prof Dyah, akan menyiapkan perangkat dan sistem, kemudian disusun panduan teknis termasuk konversi SKS (Satuan Kredit Semester) serta pertukaran mahasiswa dalam dan luar negeri. “Pada tahun 2022 kita menyiapkan sarana, prasarana dan infrastruktur berbasis teknologi informasi (digital),” terangnya.

Prof Dyah sepakat MBKM pada intinya adalah kolaborasi antara mahasiswa, dosen, program studi dan universitas dengan dunia usaha dan dunia industri. Selain untuk menambah pengalaman juga sebagai sarana transfer ilmu pengetahuan.

Meski pelaksanaan MBKM masih ada beberapa kendala namun demikian kebijakan tersebut tujuannya sangat bagus. Kemendikbudristek perlu memfasilitasi kolaborasi dan kerja sama kampus dengan dengan dunia usaha dan dunia industri secara lebih intensif.

“Untuk sampai ke dunia usaha dan industri perlu networking yang bagus. Persepsi penerimaan MBKM kedua belah pihak harus sama. Kita perlu meningkatkan pemahaman dunia usaha dan industri terhadap program MBKM supaya dapat lebih menerima mahasiswa dan dosen,” paparnya. (*)