Poduksi Tembakau Gunungkidul Turun, Masih Mampu Tembus Pasar Bantul

Ada empat varietas yang dipanen yaitu Sadana, Jowo, Paiton dan Kedu.

Poduksi Tembakau Gunungkidul Turun, Masih Mampu Tembus Pasar Bantul
Bupati Gunungkidul Sunaryanta dan para petani panen tembakau di Kalurahan Giritirto Kapanewon Panggang, Sabtu (5/8/2023). (istimewa)

KORAN BERNAS.ID, GUNUNGKIDUL -- Bupati Gunungkidul bersama jajaran Dinas Pertanian dan Pangan serta petani di Kapanewon Purwosari menggelar panen tembakau, Sabtu (5/8/2023). Ada empat varietas yang dipanen yaitu Sadana, Jowo, Paiton dan Kedu.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Rismiyadi, mengatakan luas tanaman tembakau yang tersebar di Kalurahan Giritirto dan Giriasih mencapai 68,5 hektar.

Luas tanaman ini dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan. “Tahun 2021 ada 75,7 hektar dan tahun 2022  ada 71,7 hektar,” katanya.

Menurut dia, selain luas lahan yang mengalami penurunan jumlah produksi daun basah juga mengalami penurunan pada tiga tahun terakhir.

ARTIKEL LAINNYA: Adit Setiawan Dilantik Jadi Ketua Umum HIPMI Sleman yang Baru

Pada tahun 2021 tercatat 63 ton sementara tahun 2022 turun menjadi 53 ton. “Untuk tahun 2023 data yang masuk sementara produksi daun basah tercatat 28 ton,” ungkap Rismiyadi.

Salah seorang petani tembakau, Mandoyo, mengatakan kendala yang dihadapi petani tembakau pada umumnya masalah sarana prasarana penyiraman. Selain itu, petani juga mengeluhkan masalah pengeringan.

“Harga jual tingkat peteni saat ini mencapai Rp 100 ribu sampai Rp 300 ribu tergantung varietas tembako,” kata Mandoyo.

Tembaku dijual di pasar lokal sedangkan pengepul dan pedagang di wilayah Bantul. Namun tidak sedikit masyarakat yang memasarkan secara online. “Pasar online lebih mengarah ke pasar luar daerah,” jelasnya.

ARTIKEL LAINNYA: Sambut HUT ke-78 RI, Tujuh Pusat Perbelanjaan di Yogyakarta Gelar Festival Belanja

Bupati Gunungkidul Sunaryanta mengatakan, sentra tembakau di Gunungkidul terdapat di empat wilayah di antaranya Ngawen, Semin dan Purwosari. Untuk Purwosari terpusat di Padukuhan Ploso dan Gading Kalurahan Giritirto.

“Potensinya luar biasa, memang dibutuhkan pendampingan yang lebih maksimal lagi,” kata bupati.

Selain mengikuti panen dengan petani, bupati juga melihat langsung proses pengolahan tembakau dari pemotongan, pengeringan hingga pengepakan sebelum dijual. (*)