Pentingnya Membangun Brand Perpustakaan
Oleh: Fl. Agung Hartono
Di tengah pesatnya teknologi informasi, membangun branding sebuah produk dalam hal ini dalam rupa layanan informasi di perpustakaan sangatlah penting. Dunia yang semakin maju dan segala informasi dapat diperoleh secara cepat hanya dalam genggaman gawai/gadget, menciptakan keunikan sebuah produk (perpustakaan) menjadi ‘kewajiban’ pustakawan atau pengelola perpustakaan. Branding merujuk pada proses menciptakan dan mengelola identitas atau citra suatu produk, layanan, perusahaan atau individu. Ini melibatkan serangkaian keputusan dan upaya yang dirancang untuk membentuk persepsi yang diinginkan di antara target pasar atau audiens. Branding mencakup elemen-elemen seperti nama merek, logo, tagline, desain grafis, warna, dan elemen lain yang digunakan untuk mengidentifikasi dan membedakan suatu entitas dari yang lain.
PERNYATAAN nara sumber sebuah acara talkshow tentang kepustakawanan pada penghujung tahun 2023 yang kebetulan saya ikut menjadi peserta, tiba-tiba ‘menggelitik’ pemikiran saya dan mencoba menuangkan gagasan lewat tulisan ini. Narasumber bernama Susilo Nugroho, seniman kondang di Jogja yang lebih popular dengan panggilan Den Baguse Ngarso itu melontarkan ide pemikiran tentang pentingnya membangun branding sebuah perpustakaan.
"Jujur ya, kalau mendengar kata perpustakaan, maka yang terlintas dalam pikiran ya tempat yang banyak bukunya, dan ini, kalau efeknya terkesan bikin pusing, meskipun saya tahu kalau sekarang perpustakaan sudah banyak berubah dan sudah maju,” kata Den Baguse Ngarso ketika moderator acara tersebut meminta tanggapan soal perpustakaan.
Setuju dengan pendapat Den Baguse Ngarso, citra atau image perpustakaan masih banyak yang belum beranjak ke hal yang positif. Perpustakaan di mata publik masih digambarkan sebagai sebuah bangunan atau tempat yang berisi deretan rak buku dan masih ditambah lagi suasana ruangan yang cenderung ‘kaku’ dan belum sepenuhnya memberi kesan nyaman bagi pemustaka (pengguna perpustakaan).
Pun jika perpustakaan sudah berbenah dengan segala fasilitas dan peningkatan layanan kepada pemustaka baik itu dengan cara menghadirkan teknologi perpustakaan berbasis digital namun masih sedikit perpustakaan yang berhasil menciptakan branding layanan sebuah perpustakaan
Teknologi Informasi Melaju Pesat
Di tengah pesatnya teknologi informasi, membangun branding sebuah produk dalam hal ini dalam rupa layanan informasi di perpustakaan sangatlah penting. Dunia yang semakin maju dan segala informasi dapat diperoleh secara cepat hanya dalam genggaman gawai/gadget, menciptakan keunikan sebuah produk (perpustakaan) menjadi ‘kewajiban’ pustakawan atau pengelola perpustakaan. Branding merujuk pada proses menciptakan dan mengelola identitas atau citra suatu produk, layanan, perusahaan atau individu. Ini melibatkan serangkaian keputusan dan upaya yang dirancang untuk membentuk persepsi yang diinginkan di antara target pasar atau audiens. Branding mencakup elemen-elemen seperti nama merek, logo, tagline, desain grafis, warna, dan elemen lain yang digunakan untuk mengidentifikasi dan membedakan suatu entitas dari yang lain.
Perpustakaan yang berani tampil ’beda’, ambil contoh misalnya perpustakaan yang dikelola oleh lembaga yang bergerak di bidang seni dan budaya, memiliki program kegiatan membuka kelas membatik setiap seminggu sekali bagi warga sekitar tentu program tersebut akan menjadi cirikhas layanan perpustakaan tersebut. Bisa jadi perpustakaan itu dari sisi sarana dan prasarana (gedung, ruangan, mebel, furniture) nampak sederhana saja, namun memiliki program unggulan yang dapat menjadi brand di masyarakat.
Media Sosial Sarana Interaksi
Untuk membangun branding dibutuhkan interaksi. Saat ini tersedia banyak sarana kemudahan untuk menjalin interaksi, salah satunya lewat media sosial (medsos). Kita dapat mmemanfaatkan media sosial dan platform online untuk membangun kehadiran merek, berinteraksi dengan pelanggan (pemustaka), dan memperluas jangkauan merek atau produk layanan perpustakaan. Medsos merupakan salah satu elemen penting dalam membangun branding sebuh produk layanan.
Dengan medsos pustakawan dan pengelola perpustakaan dapat intens berkomunikasi dengan masyarakat akan kebutuhan konten-konten informasi apa saja yang mereka butuhkan. Penting untuk diingat bahwa branding adalah suatu proses yang berkelanjutan, dan kesuksesannya tergantung pada kesinambungan dan konsistensi dalam upaya yang dilakukan. Ini adalah bagian tantangan dari para pustakawan kita untuk terus menghadirkan konten-konten informasi yang dikemas dari perpustakaan dan untuk kebutuhan masyarakat. Jangan sampai terjadi kepentingan yang hanya sepihak, lembaga (perpustakaan) memproduksi informasi namun masyarakat sebenarnya tidak atau kurang membutuhkan informasi tersebut. Inovasi dam kreativitas menjadi kata kunci dalam proses membangun branding, selamat berinovasi, selamat tahun baru 2024. Salam Literasi! **
Fl. Agung Hartono
Pustakawan Ahli Muda Institut Seni Indonesia Yogyakarta