Angkringan, Pandemi dan Edukasi

Angkringan, Pandemi dan Edukasi

PANDEMI Covid-19 membuat semua serba susah. Hampir semua sektor terdampak. Tak sedikit usaha yang terpaksa gulung tikar. Mereka yang mencoba membuka usaha baru pun harus rela menutup usahanya, lantaran sepi pembeli dan tak mampu menutup ongkos operasional. Apalagi dampak PPKM jam buka usaha menjadi sangat terbatas.

Salah satu dampaknya adalah pengurangan tenaga kerja. Mereka akhirnya kerja serabutan bahkan terpaksa menjadi pengangguran sementara. Ada pula yang terjebak dalam ekonomi underground (kriminal, narkoba, trafficking, dan sebagainya).

Harap maklum, zaman sedang susah. Tapi jangan sampai kepedihan itu berlarut, harus semangat, optmis dan berpengharapan. Diakui atau tidak diakui, dulu ada sektor usaha yang dianggap sepele, pinggiran dan ecek-ecek, recehan, tapi kini bidang itu kian diburu, ditiru bahkan dilipatgandakan.

Usaha satu ini tak lain dan tak bukan adalah bisnis angkringan, atau dalam bahasa Solo Raya kerap disebut warung sego kucing atau hik yang banyak digawangi kaum muda. Denotasi baru milenial pun mesti bergeser dari menghabiskan berubah ke menghasilkan, dari malas menjadi giat, bermula dari individu ke keroyokan (gotong royong), termasuk modal atau saham bareng mengelola usaha.

Jika kita tengok ke belakang usaha ini bermula dengan kesederhanaan atau tepatnya keterbatasan. Bermodal gerobak kecil, diterangi lampu teplok atau lampu minyak yang acap padam diembus sapuan angin dan setia ditemani radio transistor.

Namun dengan ketekunan dan displin tinggi, usaha ini kian bercahaya, terus berwarna turut menghiasi dan menjaga kotanya. Model angkringan sudah menyebar di mana-mana, tak cuma milik kota tapi sudah menjangkau kampung dan gang-gang di pedesaan.

Barangkali jajanan yang disajikan pun terbatas, aneka gorengan dan nasi bungkus dengan harga murah. Kini pada musim pandemi Covid-19, selain kita berhemat kita terus mengembangkan nilai kemanusiaan dengan jajan tangga atau ayo jajan.

Gerakan ini tentu saja ketika warga konsisten dan benar-benar ingin membantu tetangganya dengan cara jajan di warung tetangga, membeli produk petani terdekat, memborong jajan kuliner pedagang atau bakul kecil, dan lain-lain, termasuk jajan ke angkringan atau kucingan.

Menarik, tarif atau harga makanan di angkringan relatif murah dan terjangkau masyarakat hingga kalangan bawah. Kini, jualan angkringan juga harus ketat menerapkan protokol kesehatan dengan 3M dan ramah teknologi sebagai bagian edukasi kita dalam berperang melawan pandemi.

Meskipun angkringan sekarang sudah ada yang menempati gerai atau warung permanen, tapi masih ada yang masih di pinggir jalan. Keduanya acap membuat kangen untuk datang dan membeli lagi. Angkringan tetap survive dihantam pandemi.

Pertama, lebih karena impresi positif yang diperoleh pelanggan. Mungkin bisa jadi berasal dari soal angkringan yang bersih meski di pinggir atau di atas selokan, bisa juga karena layanan yang ramah dan cepat dari pemilik warung.  

Kedua, tersedianya jaringan internet atau wifi gratis bagi pengunjung. Entah mereka jajan hanya sebentar atau sebaliknya berjam-jam menghabiskan waktu dan cuma merogoh kocek untuk membayar jajan, keduanya tidak ada diskriminasi. Keduanya sama-sama mendapatkan fasilitas internet cuma-cuma.

Ketiga, bisa pula ramainya pembeli karena di angkringan bisa bertemu atau diskusi dengan kawan-kawan sebaya maupun member komunitas tertentu, sehingga bisa berbagi pengetahuan dan relaks bagi pikiran dan kondisi psikologis lainnya.

Jangan salah, angkingan sekarang juga banyak diboyong ke gedung bertingkat maupun hotel berbintang untuk melayani pembeli yang masih agak jaim. Bahkan, belakangan saat pandemi, tak sedikit orang yang berbagi makanan dengan menyulap mobilnya menjadi angkringan berjalan dan gratis. Masyarakat boleh mengambil tanpa dipungut bayaran. Inilah praktik kemanusiaan yang mulai berkembang pada musim pandemi.

Keempat, sangat dimungkinkan karena nilai kejujuran dari sang pemilik warung atu kasir yang baik hati, artinya kala menghitung jajanan yang harus dibayar cermat dan tepat. Taka da harga yang dinaikkan atau dilipatkan atau Tak ada harga ngepruk. Bahkan ada juga angkringan yang memberikan harga khusus atau diskon atau gratis pada hari tertentu maupun total pembelian tertentu. Misalnya, es teh gratis pada hari Jumat malam atau diskon 5 persen bagi yang jajan hingga Rp500 ribu, dll.

Aneka Bantuan

Empat hal di atas sekurangnya bisa menjadi kunci yang bisa memengaruhi warga untuk kembali ke angkringan. Selain membuka lapangan kerja bagi kaum muda, misalnya mahasiswa part time bisa menambah uang saku atau uang buku. Pendapatan angkringan dalam sehari meski masa pandemi, rupanya masih cukup mampu bertahan untuk menegakkan dapur keluarga.

Inilah peluang bisnis yang bisa dicoba praktikkan dan dikembangkan. Apalagi di tengah kusutnya pandemi yang entah kapan berakhir. Kita semua sadar, ekonomi harus tetap berjalan di terjalnya pandemi Covid-19 dan semoga angkringan tidak menimbulkan kluster baru Covid.

Tentu saja di tengah pandemi yang serba sulit ini, pemerintah tidak tinggal diam membantu masyarakat terdampak dan penyelamatan dunia usaha, termasuk usaha angkringan. Untuk membantu masyarakat yang terdampak Covid-19 ada beberapa program, di antaranya adalah memberikan bansos, BLT dana desa, bantuan pangan non tunai, program keluarga harapan, kartu pra-kerja, subsidi upah, program padat karya dan subsidi listrik.

Sedangan untuk penyelamatan dunia usaha, ada program insentif pajak, restrukturisasi kredit, bantuan produktif usaha mikro, subsidi bunga KUR/non KUR, penjaminan modal usaha, pendampingan dan pelatihan UMKM, dll.

Untuk melayani masyarakat juga tersedia Call Center Covid-19 agar jika ada masyarakat yang membutuhkan bantuan, dapat segera mendapat respon dengan cepat. Bahkan, masing-masing kantor/dinas juga wajib menyediakan Call Center agar berbagai pengaduan yang ada bisa cepat terlayani.

Barangkali pemerintah kini atau nanti bisa menggelar festival prokes bagi angkringan dengan hadiah sejumlah dana keuangan dan permodalan untuk membesarkan usaha. Hal ini sekaligus menjadi bagian edukasi dan pemanusiaan pandemi Covid-19. *

Marjono

Kasubag Materi Naskah Pimpinan Pemprov Jateng