Penyandang Disabilitas dari 15 Provinsi Unjuk Karya di Ajang SSAF 2025

Kepala TBY, Purwiati, menyampaikan SSAF 2025 merupakan gelaran ketiga kalinya.

Penyandang Disabilitas dari 15 Provinsi Unjuk Karya di Ajang SSAF 2025
Salah satu karya seni instalasi di ajang SSAF 2025 di TBY, mengangkat isu krisis lingkungan.  (sholihul hadi/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Keterbatasan fisik tidak menghalangi para penyandang disabilitas mengembangkan bakat dan kemampuan seni yang luar biasa.

Setidaknya ini terlihat dari gelaran Pameran Seni Rupa Difabel Suluh Sumurup Art Festival 2025 (SSAF 2025) bertema Jejer yang berlangsung di Taman Budaya Yogyakarta (TBY). Para penyandang disabilitas dari 15 provinsi di Indonesia berkumpul dan unjuk karya pada event tersebut.

Kepala TBY, Purwiati, saat konferensi pers menjelang pembukaan pameran, Kamis (15/5/2025) di lokasi pameran, menyampaikan SSAF 2025 merupakan gelaran ketiga kalinya.

Adapun 15 provinsi itu adalah Sumatera Utara, Bengkulu, Lampung, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Maluku, Papua, Nusa Tenggara Timur, Bali, DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa tengah, Jawa Timur dan DIY.

Sebagian dari ratusan karya penyandang disabilitas yang dipamerkan di ajang SSAF 2025 di TBY. (sholihul hadi/koranbernas.id)

"Pameran ini memperoleh respons dari Kementerian dan sekarang sudah skala nasional. Ke depan bisa lebih besar lagi. Para difabel membutuhkan ruang untuk berpameran dan menumbuhkan kepercayaan diri," ungkapnya.

Pameran yang berlangsung sembilan hari pada 15 - 23 Mei 2025 itu dibuka Direktur Pengembangan Budaya Digital Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, Andi Syamsu Rijal SS M Hum.

Purwiati menjelaskan, Pameran Nasional Suluh Sumurup Art Festival 2025 menampilkan lebih kurang 193 karya seni rupa dari 131 peserta perorangan, komunitas/sanggar dan sekolah.

Disebutkan, SSAF 2025 merupakan pameran ketiga yang diselenggarakan memberikan ruang bagi disabilitas mengaktualisasikan diri melalui medium seni.

Kepala TBY, Purwiati, bersama kurator saat konferensi pers menjelang pembukaan SSAF 2025. (sholihul hadi/koranbernas.id)

Event pertama SSAF diselenggarakan tahun 2023 berskala lokal dengan tema Gegandengan. Pameran kedua SSAF 2024 merambah pada tingkat nasional dengan tema Jumangkah.

Sebagai penyelenggara SSAF, lanjut dia, Taman Budaya Yogyakarta menggunakan Dana Alokasi Khusus non Fisik Kementerian Kebudayaan tahun 2025. "Ini sebagai bentuk dukungan dan pemajuan potensi-potensi disabilitas," ujarnya.

Menurut Purwiati, Pameran Seni Rupa Difabel Suluh Sumurup Art Festival 2025 salah satu tujuannya adalah memperluas keterlibatan dan jaringan para disabilitas perupa di Indonesia.

Selain itu, pameran ini juga merupakan respons dari banyaknya animo disabilitas perupa yang ingin mengikuti pameran. Meskipun pendaftaran pameran sudah ditutup masih banyak yang ingin ikut pameran.

Tiga kurator

Pameran dikuratori oleh Nano Warsono, Budi Irawanto dan Sukri Budi Dharma. Nano Warsono merupakan seorang seniman, kurator, Dosen Fakultas Seni Rupa Jurusan Seni Murni dan Jurusan Tata Kelola Seni ISI Yogyakarta sekaligus Kepala Galeri RJ Katamsi ISI Yogyakarta.

Budi Irawanto merupakan pengajar Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dan Program Studi Kajian Budaya dan Media, Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Dia juga menjabat Ketua Program Studi Doktor Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa.

Sedangkan Sukri Budi Dharma adalah seniman dan kurator disabilitas juga Ketua Jogja Disability Art (JDA).
Ketiganya mengakui, karya-karya mereka memuat ekspresi-ekspresi yang sangat jujur termasuk saat mengangkat isu transportasi masa depan maupun krisis iklim. Menariknya, hampir 40 persen merupakan seniman muda.

Di dalam praktik keseharian penyandang disabilitas kerap diposisikan sebagai obyek ketimbang subyek. Sebagai obyek, penyandang disabilitas kerap menjadi sasaran belas kasihan, penerima donasi atau target dari aktivitas filantropis.

Kreativitas

Akibatnya, kebutuhan, kepentingan dan aspirasi penyandang disabilitas dirumuskan oleh pihak lain yang menganggap dirinya lebih mengerti ketimbang penyandang disabilitas itu sendiri.

Padahal, penyandang disabilitas sesungguhnya subyek yang memiliki kapasitas untuk bertindak dan mengekspresikan gagasan maupun kreativitasnya. Bahkan, tak  jarang penyandang disabilitas mampu menginisiasi perubahan.

Baik Budi Irawanto, Nano maupun Sukri menyatakan SSAF 2025 bertema Jejer yang dalam bahasa Jawa berarti ‘subyek’ bisa  pula berarti berdiri tegak di atas kaki sendiri. Dalam pentas wayang kulit jejer berarti penanda penting  bakal  dimulainya adegan atau kisah.

"Suluh Sumurup diharapkan memberikan ruang bagi seniman disabilitas untuk menegaskan dirinya sebagai subyek yang aktif dan kreatif sebagaimana ditunjukkan lewat karya yang dipamerkan," kata Budi Irawanto.

Dua dimensi

Sukri Budi Dharma menambahkan disabilitas pelaku seni mesti terus bergerak bersama menjadi bagian dari seni rupa Indonesia serta menjadi bagian dari kemajuan kebudayaan Indonesia.

Pada pameran kali ini karya-karya mereka terdiri dari karya dua dan tiga dimensi (2D dan 3D) dan audiovisual. Karya-karya tersebut disajikan dengan mempertimbangkan beragam kebutuhan para pengunjung pameran.

Pameran dikonsep inklusif dan aksesibel. Artinya, karya-karya yang dipamerkan dapat diakses dan dinikmati dengan mudah oleh semua. Selain itu, selama penyelenggaraan pameran, disediakan juru bisik bagi pengunjung tuna netra dan juru bahasa isyarat bagi pengunjung tuli.

Pada pameran kali ini Seniman Commission Fasad SSAF 2025 juga disabilitas perupa perempuan. Keduanya adalah Wiji Astuti seorang perajin batik dan Rofitasari Rahayu seorang seniman lukis.

Produk UMKM

Tak hanya pameran karya, pada SSAF 2025 juga ada beberapa program yang melibatkan disabilitas pelaku seni, baik sebagai peserta pameran, pemateri dan kepanitiaan. Yaitu, Workshop Galeri Sitter, Workshop Bahasa Isyarat, Workshop Batik Perintang Tepung, Workshop Literasi sastra untuk disabilitas.

Menariknya, pada ajang pameran ditampilkan pula produk-produk UMKM Suluh Sumurup. Pengunjung bisa membeli produk dari disabilitas pelaku usaha kerajinan, sablon maupun batik serta rajut dari Yogyakarta. Penyelenggara memasarkan dan menjualkan produk-produk dari disabilitas.

Selain itu, juga ada pertunjukan musik dari band disabilitas maupun Galeri Tour yang mengundang berbagai sekolah dan kelompok masyarakat umum agar dapat mengetahui potensi-potensi disabilitas.

Pada penghujung acara dijadwalkan dilaksanakan pemutaran film pendek yang dibuat oleh disabilitas dan film-film pendek tentang disabilitas. (*)