Kesbangpol Purworejo Gelar Dialog Antar Suku, Merawat Kebhinnekaan
Aspirasi dari perwakilan Suku Kepri menyarankan untuk diadakan gelar budaya. Masing-masing suku menampilkan tarian serta makanan khas.
KORANBERNAS.ID, PURWOREJO -- Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Purworejo Jawa Tengah menggelar dialog antar komunitas suku yang ada di Kabupaten Purworejo.
Di antaranya dari NTT, Batak, Riau, Padang, Sulawesi, Bengkulu, Jawa. Mereka berkumpul untuk saling mengenal dan menyapa serta berkomunikasi. Dengan saling mengenal diharapkan komunikasi antarsuku menjadi kondusif.
Kepala Badan Kesbangpol Kabupaten Purworejo, Agus Widiyanto, mengatakan dialog bertema Merawat Kebhinekaan dan Menguatkan Persatuan dilaksanakan di Hotel Ganesha Purworejo, Senin (19/5/2025).
Kesbangpol Purworejo bekerja sama dengan Forum Pembauran Kebangsaan (FPK). Pemerhati Budaya Sumanang Tirtasujana sebagai narasumber membuka wawasan secara teoritis bagaimana menjaga kebhinnekaan ini dengan bahasa atau dari sisi budaya.
Mengikat
Narasumber lainnya, Ketua FPK, Mustakim, membahas bagaimana ke depan FPK bisa mengikat semua suku-suku yang ada di Kabupaten Purworejo.
Agus Widiyanto menyebutkan kegiatan ini di luar dugaan, karena peserta dari suku di Indonesia yang ada di Kabupaten Purworejo banyak komunitasnya. “Kegiatan ini memang diapresiasi oleh peserta (antar suku di Purworejo),” ujar Agus di sela kegiatan.
Ke depan pihaknya akan memperbaiki, bagaimana menginventarisir, dengan menggandeng FPK, karena ada beberapa suku-suku yang belum masuk di FPK, seperti dari Madura, Papua, Ambon atau Maluku.
Yang terpenting, kata Agus, menjaga kondusivitas dengan bahasa Kesbangpol, dibantu FPK dengan bahasa kebangsaannya, dan merawat Kebhinekaannya sehingga persatuan dan kesatuan bangsa tercapai.
Kondusif
Dengan dialog ini, menurut Agus, diharapkan tidak ada lagi konflik antar suku, walaupun belum pernah terjadi di Purworejo. Pihaknya tidak ingin ke depannya ada konflik antar suku di Purworejo.
“Target kita zero SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan). Jadi tidak ada konflik terkait suku, agama, ras dan sebagainya. Kuncinya menciptakan Purworejo kondusif,” ujar Agus.
Aspirasi dari perwakilan Suku Kepri menyarankan untuk diadakan gelar budaya. Masing-masing suku menampilkan tarian serta makanan khas.
Menanggapi aspirasi tersebut Agus merespons dengan baik. "Ke depan jika anggaran ada, kita akan memberi ruang agar masing-masing suku di Purworejo bisa menampilkan kesenian serta makanan tradisional," tandasnya. (*)