Krisis Kesejahteraan Akibat Bencana Alam Awal Tahun 2021
DILIHAT secara bentuk geologisnya, Indonesia merupakan wilayah rawan bencana alam. Salah satunya adalah gempa bumi dan potensi tsunami. Hal ini dikarenakan wilayah Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik aktif yaitu lempeng Indo-Australia di bagian selatan, lempeng Eurasia di bagian utara dan lempeng Pasifik di bagian Timur. Dilihat dari segi pembagian musim, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat, sebanyak 94 persen dari 342 zona musim di Indonesia, saat ini telah memasuki puncak musim hujan seperti yang telah diprediksikan sejak Oktober tahun lalu.
Bencana alam yang terjadi pada awal tahun ini memberikan dampak, baik langsung maupun tidak langsung. Salah satu dampak langsung dari terjadinya bencana alam terhadap penduduk adalah jatuhnya korban jiwa, hilang dan luka-luka. Sedangkan dampak tidak langsung terhadap penduduk antara lain adalah terjadinya banyak kerusakan bangunan perumahan penduduk, sarana sosial seperti bangunan sekolah, rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya, perkantoran dan infrastruktur jalan, jembatan, jaringan listrik dan telekomunikasi. Selain itu, terjadinya bencana alam juga mengakibatkan adanya kerugian ekonomi bagi penduduk, seperti kerusakan lahan pertanian dan kehilangan mata pencaharian, terutama bagi penduduk yang bekerja di sektor informal.
Dilihat dari peta persebaran bencana alam di seluruh indonesia, per tanggal 1 Januari hingga awal Februari tahun 2021 tercatat lebih dari 150 bencana alam yang terjadi di 5 pulau besar di Indonesia. Adapun data dari BNPB mencatat, bencana alam yang terjadi sepanjang awal tahun berupa banjir sebanyak 167 kejadian, tanah longsor 42 kejadian, dan puting beliung 42 kejadian.
Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan (Kapusdatinkom) BNPB Raditya Jati menjelaskan, sebagian besar bencana terjadi karena pengaruh kondisi hidrometeorologi. Dari angka bencana alam tersebut, bencana, banjir, tanah longsor, dan gempa ringan mendominasi. Namun tak hanya itu, tentu saja kejadian besar bencana lainnya seperti erupsi gunung berapi tak bisa kita pungkiri.
Apakah dengan fakta-fakta tersebut perlu dipertanyakan lagi apa dampak bagi kesejahteraan masyarkat Indonesia? Tak perlu dipertanyakan. Sudah jelas terlihat bahwa dampak dari bencana alam yang terjadi di beberapa daerah sangat merenggut kesejahteraan masyarakatnya. Mengambil titik tumpu pada banjir dahsyat yang terjadi di Kalimantan Selatan pada awal Januari lalu, tak hanya aspek sosial yang kesejahteraannya tergoncang namun aspek ekonomi, kesehatan bahkan pendidikan sangat terganggu. Tak bisa dipungkiri pula masa darurat Coronavirus Disease (Covid-19) belum berlalu, namun kesejahteraan masyarakat indonesia harus diguncang lagi dengan adanya bencana alam awal tahun. Hal ini sangat mengganggu kelancaran dalam pembangunan dan memperburuk kualitas hidup bangsa.
Beralih dari banjir dahsyat di Kalimanta Selatan, tak lain dan tak bukan kejadian erupsi gunung berapi masih sering kita jumpai. Belum lama terpantau status siaga erupsi Gunung Merapi yang bertempat di Magelang, Jawa Tengah, juga mengambil peran dalam penurunan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat yang harusnya hidup berkembang sesuai aturan kini harus terhambat karena harus mengungsi, yang mana dalam pengungsian tersebut tidak 100 persen terjamin kualitas hidupnya.
Salah satu dampak bencana terhadap menurunnya kualitas hidup penduduk dapat dilihat dari berbagai permasalahan kesehatan masyarakat yang terjadi. Bencana yang diikuti dengan pengungsian berpotensi menimbulkan masalah kesehatan yang sebenamya diawali oleh masalah bidang/sektor lain. Bencana gempa bumi, banjir, longsor dan letusan gunung berapi, dalam jangka pendek dapat berdampak pada korban meninggal, cedera, peningkatan risiko penyakit menular, kerusakan fasilitas kesehatan dan sistem penyediaan air. Selain itu, akibat kurangnya gizi yang diberikan saat bencana berlangsung akan menimbulkan masalah baru seperti gizi buruk bagi generasi penerus bangsa.
Di samping dampak kesehatan, yang terlihat jelas adalah dampak infastuktur. Infrastruktur yang dimaksud di sini tak hanya fasilitas pemerintah saja, namun sangat luas. Mengambil contoh dari banjir di Kalsel, akibat hujan yang terus mengguyur, listrik di sekitar bencana harus dipadamkan untuk waktu yang cukup lama, jika ditarik benang merah hingga ke akar, akan sangat banyak dampak negatifnya, seperti masyarakat yang harus berkarya demi pembangunan menjadi terhambat.
Dampak terakhir yang paling disoroti adalah macetnya pertumbuhan ekonomi di daerah bencana. Hal ini sangat miris dan disayangkan. Dengan adanya bencana alam aktivitas ekonomi harus berhenti. Dapat ditarik kesimpulan bahwa penghasilan satu satunya yang diharapkan korban bencana hanya bantuan kemanusiaan saja. Hal inilah yang menjadi tolak ukur bahwa bencana alam pada awal tahun 2021 yang berdampingan dengan masa darurat Coronavirus Disease (Covid-19) ini, sangat merenggut kesejahteraan bangsa dengan berbagai dampak negatif yang ditimbulkannya. *
Arlita Noviani
Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Yogyakarta