STPMD APMD Wisuda 98 Mahasiswa, Jadi Sarjana Rakyat
Ilmu harus menjadi amaliah dan amal harus berdasar nalar yang benar.
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa (STPMD) "APMD" Yogyakarta mewisuda sebanyak 98 mahasiswa, Selasa (15/4/2025). Para lulusan berasal dari berbagai program studi dan hasil yudisium yang berlangsung sejak November 2024 hingga Februari 2025.
Ketua STPMD APMD, Sutoro Eko, dalam pidato wisudanya menyampaikan pesan penting kepada para lulusan agar tidak hanya menjadi sarjana secara formal, tetapi menjadi sarjana rakyat.
Mereka menjadi sarjana yang berpihak kepada kebaikan bersama, menjunjung nilai, nalar, moral dan norma.
“Para sarjana bukan hanya pemilik gelar dan kepintaran, tapi harus menjadi pemilik kebajikan dan keberpihakan. Jadilah sarjana rakyat, bukan sarjana menara gading,” ujarnya.
Menurut Sutoro, dalam tradisi Jawa, sarjana dimuliakan sebagai sujananing budi yaitu sosok cerdas dan berbudi luhur yang pantas menjadi teladan.
Tindakan nyata
Namun, teladan moral saja tidak cukup jika tidak dibarengi dengan tindakan nyata yang membawa manfaat bagi rakyat.
“Ilmu harus menjadi amaliah dan amal harus berdasar nalar yang benar. Jangan sampai sarjana hanya sibuk dengan hukum, norma dan moralitas sempit, tetapi lupa pada rakyat,” tambahnya.
Sebagai sarjana rakyat, bukan berarti lulusan meninggalkan teladan moral, melainkan melampaui (beyond) dengan mengedepankan nilai dan nalar. Sarjana rakyat berarti sebuah kebajikan yang memiliki nilai, nalar, moral dan norma.
Menurutnya, nilai adalah politik dan politik adalah nilai, yakni kebaikan bagi orang banyak seperti kedaulatan, keadilan, kemakmuran, kesejahteraan. Sedangkan nalar adalah kebenaran yang bersumber dari akal sehat dan ilmu pengetahuan.
Nalar ilmiah
Ketika nilai dan nalar berjumpa dengan tepat maka melahirkan apa yang disebut Soekarno sebagai ilmu amaliah, amal ilmiah atau nalar yang bernilai dan nilai yang bernalar. Ilmu nalar ilmiah tanpa amaliah semakin jauh dari rakyat, semakin dekat dengan tengkulak dan juragan.
"Ilmu ilmiah memiliki kebenaran, tetapi bisa buruk bagi rakyat, yang kerap disebut teknokrasi, atau kerap saya sebut kepintaran yang bodoh. Sebaliknya nilai amal tanpa nalar ilmu hanya akan melahirkan demagogi, kebodohan dan kecerobohan," katanya.
Wakil Ketua I STPMD APMD, Widati, menjelaskan lulusan terbanyak berasal dari Program Studi Ilmu Pemerintahan. Disusul Ilmu Komunikasi, Pembangunan Sosial serta Program Magister. "Sebanyak 35 lulusan meraih predikat cum laude," katanya. (*)