Pengajian dan Wayang Kulit Menyatu pada Puncak Acara Merti Desa Wingko Sanggrahan
Pengajian selapanan merupakan ajaran dari Wali Sanga saat syiar agama waktu itu.
KORANBERNAS.ID, PURWOREJO -- Pengajian dan pergelaran wayang kulit semalam suntuk menyatu pada puncak acara Merti Desa Wingko Sanggrahan Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo yang berlangsung Minggu (26/1/2025) malam.
Merti desa merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah yang diterima dan kelangsungan hidup yang lebih baik sepanjang tahun. Selain itu, juga sebagai upaya melestarikan warisan leluhur agar tetap Lestari di desa tersebut.
Kepala Desa (Kades) Wingko Sanggrahan, Daryanto, mengatakan merti desa dilaksanakan secara turun temurun. "Dari zaman dulu, kami selalu nguri-uri merti desa," sebutnya.
Acara dibuka dengan menampilkan grup hadroh putri asal desa setempat. Kiai Setyo asal Desa Wingko Tinumpuk mengisi pengajian, sedangkan dalang Ki Gunawan Hadi Widodo dari Desa Kenduren Kecamatan Bagelen menggelar pertunjukan wayang kulit semalam suntuk.
Kades Wingko Sanggrahan, Daryono. (wahyu nur asmani ew/koranbernas.id)
“Pergelaran wayang dimulai sejak siang hingga sore, dalang diambil dari tim Ki Gunawan Hadi Widodo," ujar Daryono di sela acara.
Dia menambahkan pergelaran wayang mengambil lakon Pandawa Dadu, menceritakan Pandawa dan Kurawa main judi dadu. Awalnya dari kecil hingga besar taruhannya hingga pada akhirnya mempertaruhkan negara.
Ketua Panitia Merti Desa, Pamuji, mengatakan rangkaian acara diisi pengajian untuk siraman rohani. "Tujuan mubaligh bukan untuk meng-Islam-kan tetapi untuk menerangkan isi agama. Dengan pengajian ini, supaya belajar dan punya ilmu. Dengan mengamalkan ilmu agama diharapkan menjadi iman kepada Allah SWT," kata Pamuji yang juga Kaum desa setempat.
Sedangkan Kiai Setyo menyampaikan pesan agar kaum muslimin taat kepada Allah SWT, melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Syiar Wali Sanga
"Kaum muslim sudah seharusnya melaksanakan salat lima waktu dan pengajian. Kalau bisa pengajian dilakukan seminggu sekali, kalau tidak bisa pengajian bisa dua mingguan atau setiap selapanan 35 hari," ujarnya.
Menurut Kiai Setyo, pengajian selapanan merupakan ajaran dari Wali Sanga saat syiar agama waktu itu.
Dari pantauan koranbernas.id di lapangan, terlihat warga dari desa setempat maupun desa-desa sekitarnya tumpah ruah menyaksikan puncak acara merti desa. (*)