Penderita Megacolon Ini Tak Lagi Murung

Penderita Megacolon Ini Tak Lagi Murung

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA --  Wajah Dany Fajar Pamungkas tampak cerah. Berbeda dengan penampilan sebelumnya, murung karena masih harus menanggung rasa sakit luar biasa. Apalagi dia mengenakan kaos bergaris, ada unsur warna merahnya sehingga menyumbang cahaya di wajahnya.

"Sudah banyak kemajuan. Lebih nyaman," katanya menjawab koranbernas.id, Kamis (13/2/2020). Benang yang menjahit dua luka panjang di perutnya sudah dicabut saat dia kontrol Rabu silam di Poliklinik Bedah RSUP Dr Sardjito Yogyakarta. Jumlahnya puluhan.

"Memang sebagian sakit saat ditarik terutama yang benangnya masuk di kulit. Kalau yang nggak ya nggak sakit," kata Fajar.

Seperti diberitakan, pemuda asal Dusun Ironanggan Kecamatan Cawas Klaten Jawa Tengah ini sejak lahir menderita megacolon atau pembesaran usus karena kesulitan membuang kototan.

Pada usia 1 tahun 4 bulan Fajar dioperasi dengan membuat anus buatan. Selama 17 tahun Fajar hidup dengan anus buatan. Tiga bulan lalu dia menjalani operasi ke-empat untuk mengembalikan anus aslinya setelah beberapa kali menjalani irigasi.

Lebih dari yang dia bayangkan, ternyata proses pengembalian anus membawa derita berkepanjangan. Bekas luka di beberapa tempat yang harus dibuat untuk proses pengembalian anus asli sangat menyakitkan.

 Berat badannya turun lantaran takut makan, khawatir bermasalah saat buang air besar. Seiring berjalannya waktu, Fajar sudah mulai berani menyantap banyak jenis makanan. "Kadang minta sop, ya langsung dibuatkan oleh ibunya," kata Ngadiyo, sang ayah yang bekerja serabutan.

Karena asupan makanan sudah lebih bervariasi, berat badannya mulai naik, meski dia harus tetap berhati-hati memilih makanan terutama yang relatif gampang dicerna.

Kursi roda

Saat kontrol tiga bulan lalu Fajar masih diberi fasilitas tempat tidur dorong, pada kontrol terakhir dia hanya  diberi kursi roda menuju poliklinik bedah karena kondisinya sudah lebih baik. "Hanya saja untuk duduk lama masih terasa sakit di tulang ekor," kata Fajar.

Saat Uut, kakaknya mengurus obat di RSUP Dr Sardjito, Fajar dan ayahnya pulang lebih dahulu. Fajar memang selalu minta didampingi Uut saat kontrol.

Ayahnya sudah terlalu tua, sedang ibunya terkena radang sendi lutut sehingga susah jalan. Ny Sri Pamuji lebih banyak tinggal di rumah menunggu kabar gembira saat anak bungsunya pulang.

Kini proses pemulihan memang sudah lebih lancar. Namun demikian dokter masih mewajibkan kontrol tiga bulan sekali, supaya tidak repot mengingat perjalanan Cawas Klaten ke RSUP Dr Sardjito cukup jauh. Apalagi kondisi kesehatan Fajar belum pulih total. (sol)