Patung-patung Unik Hiasi Tiga Lokasi di Jogja
KORANBERNAS.ID -- Jogja Street Sculpture Project #3 (JSSP#3) resmi dibuka di Monumen Serangan Oemom 1 Maret, Minggu (17/11/2019) petang. JSSP #3 dibuka dengan pemotongan tumpeng oleh Erlina Hidayati Sumardi, S.I.P, M.M, perwakilan dari Dinas Kebudayaan DIY.
Pembukaan JSSP #3 juga dimeriahkan oleh Performing Sculpture, Wedha Trisula Flashmob, Tari Sekar Pudyastuti, Berisik Percussion, Tari Modern (Looneta), Tari Kreasi (Krekep), Mr. Imz dan Si Muka Lakban, Jono Terbakar, Nona Sepatu Kaca, dan Kopibasi. Penonton juga terlibat dalam flashmob dan pentas Mr. Imz dan Si Muka Lakban.
Mengambil tema Pasir Bawono Wukir, JSSP#3 menempatkan karya patung seniman di tiga lokasi yaitu Bantul, Kota Yogyakarta, dan Sleman. JSSP#3 berlangsung dari tanggal 17 November hingga 10 Desember 2019.
Di area Bantul terdapat 13 patung, Kota Yogyakarta 12 patung, dan Sleman 8 patung. Bahkan karya Yulhendri dan Pring Project (Anusapati, Lutse Lambert Daniel, Tugiman) sudah digunakan oleh Tompi sebagai lokasi pembuatan video klip dari lagunya.
Erlina Hidayati Sumardi, S.I.P, M.M. berharap karya seni yang dipamerkan bisa menciptakan perspektif baru dalam kehidupan. Selain itu, muncul energi positif dari sinergi masyarakat dan seniman.
"Patung-patung yang dipamerkan bisa memberikan edukasi dan oase bagi masyarakat dan mendapat apresiasi positif," paparnya saat membuka JSSP#3.
RM Suwarsono, Ketua Asosiasi Pematung Indonesia (API), menyampaikan kerja sama dengan Dinas Kebudayaan DIY berhasil mengundang seniman patung dari Malaysia. Dia berharap keberhasilan kegiatan JSSP mampu menjadikan Yogyakarta sebagai laboratorium seni.
"Semoga JSSP selanjutnya bisa mengundang pematung dari Asia maupun dunia. Kami hendak menjadikan Yogyakarta sebagai barometer seni. Kehadiran seni patung akan lebih meriah disambut masyarakat,” ujarnya.
Ketiga kurator yang terdiri dari Soewardi, Kris Budiman, dan Eko Prawoto mengungkapkan bahwa di JSSP #3 kali ini membuat para seniman harus mengerjakan tiga titik yang sangat luas dan merupakan sumbu imajiner Yogyakarta. Ide atau gagasan para seniman bertolak dari garis tersebut.
"Apa yang tersaji di JSSP#3 memberi harapan bahwa sumbu filosofis dan imajiner Yogya bisa dibentangkan lebih jauh. Kali ini menyasar seniman dari Malaysia," terangnya.
Kurator percaya bahwa keberadaan seni dibutuhkan dalam kehidupan. Sosok seniman dengan pemikiran dan daya kreativitasnya mampu membuat hidup lebih berwarna. Selain itu seni sangat diperlukan dalam menjaga dan melihat kehidupan. (eru)