Masih Banyak Orang Cari Jamu Jokowi di Pasar Ini
KORANBERNAS.ID – Hingga kini masih banyak orang mencari ramuan jamu Jokowi, sejak Presiden RI Joko Widodo itu mengungkap rahasia kebugarannya.
Di tengah kepadatan acara, presiden minum ramuan tradisional sangat sederhana terdiri jahe, kencur, kunyit dan temulawak.
Kata presiden, cara membuatnya pun sederhana. Bahan-bahan tersebut dibersihkan kemudian direbus atau dituang air mendidih, ditutup lalu diminum setelah jamu hangat.
Hal itu diungkap presiden di sebuah stasiun televisi. Lengkap dengan visul cangkir logam zaman dulu atau jadul berhias motif seperti lurik. Orang awam dulu menyebutnya cangkir blirik.
Ke mana pun presiden melawat bahkan ke luar negeri, konon jamu itu tak pernah terlewatkan. Sudah puluhan tahun presiden minum jamu herbal tersebut. Penampilannya terlihat bugar.
"Masih banyak terutama ibu-ibu mencari jamu Jokowi. Meskipun memang tidak sebanyak dulu," kata Watik, pedagang empon-empon di Pasar Beringharjo Yogyakarta.
Watik setiap hari melayani pembeli empon-empon di lapak Mbak Rika lantai 1 pasar tersebut. Menjawab pertanyaan koranbernas.id, Rabu (11/12/2019) pagi, dia mengakui kios empon-empon terbesar di Beringharjo itu memang tidak pernah sepi pembeli.
Menurut Watik, terutama setiap bubaran pengajian di Masjid. Baiturrohim Kidul Pasar hari Sabtu pagi, banyak yang mampir membeli bahan jamu Jokowi.
“Terutama ibu-ibu hingga kini masih tetap ada. Berkurangnya jumlah pembeli itu karena banyak yang membelinya dalam jumlah relatif banyak sehingga bisa dipakai berkali-kali,” kata dia.
Rata-rata mereka membeli jahe 250-500 gram. Kencur karena mahal cukup 250 gram. Sedangkan kunyit serta temulawak kupas kering relatif murah. Bahan-bahan itu bisa diolah menjadi jamu berkali-kali.
Sekali rebus bisa untuk tiga hari, diminum setiap pagi bangun tidur dalam kondisi perut kosong. "Perut jadi hangat. Saya sudah mencoba hampir seminggu ini, badan terasa enak," kata seorang pembeli.
Ramuan jamu Jokowi terdiri dari jahe, kencur, kunyit dan temulawak. (arie giyarto/koranbernas.id)
Cangkir habis
Di Beringharjo, di tempat penjual perkakas rumah tangga sederhana koranbernas.id gagal membeli cangkir blirik. "Nggak punya," kata si penjual.
Dulu memang ada tetapi belakangan banyak dicari dan kehabisan stok. Apakah larisnya cangkir blirik itu ada kaitannya dengan cara penyajian ala Jokowi, si penjual tidak mengerti. Mungkin anak muda itu abai terhadap tren yang sedang berlangsung.
Soal ketersediaan empon-empon jangan khawatir. Di pasar ini cukup melimpah. Pasokan datang dari berbagai daerah lintas provinsi.
"Ini dari Pacitan Jawa Timur," kata seorang wanita buruh gendong yang baru saja menurunkan sekarung besar berisi jahe emprit dari punggungnya.
Jahe emprit banyak diburu pembeli termasuk penjual angkringan dengan menu unggulan wedang jahe karena terasa jahe banget, wangi dan pedas. Beda dengan jahe gajah yang kurang pedas bahkan cenderung agak pahit.
Menurut dia, kencur banyak datang dari Purworejo. Daerah pemasok empon-empon lainnya di antaranya Gunungkidul, Bantul, Magelang.
Menurut Rika yang meneruskan usaha almarhumah Ny Eko, ibu kandungnya, jenis empon-empon yang paling laku adalah jahe, kencur, kunyit, serai, laos. Selain untuk jamu juga bumbu pawon.
Meski berujud empon-empon, karena untuk kulakan dan untuk bumbu rumah-rumah makan besar, nilai pembeliannya rata-rata cukup besar.
Ny Hen dari warung sate seberang Bong Supit Prambanan yang cukup laris, hari Rabu itu juga belanja bumbu. Jumlahnya mencapai ratusan ribu rupiah.
"Biar tidak wira-wiri," kata Hen. Rata-rata setiap hari dia menyembelih empat ekor kambing sehingga membutuhkan banyak bumbu.
Rika melayani pembeli. (arie giyarto/koranbernas.id)
Jamu sehat
Sejak zaman dulu nenek moyang punya kearifan lokal untuk menjaga kesamaptaan dan kesehatan jasmani. Dan Allah menciptakan manusia dengan daya dukungnya sekaligus.
Baik untuk pemenuhan kebutuhan pangan bukan hanya padi tetapi sumber karbohidrat lain untuk menjaga kesehatan.
Tertarik dengan jamu Jokowi untuk menjaga kesehatan? Testimoni sudah disampaikan oleh orang nomor satu di Indonesia.
Murah, meriah dan mustajab. Tinggal melangkah ke Pasar Beringharjo atau 30 pasar tradisional di Kota Yogyakarta.
Belum lagi pasar bahan bangunan sebelah barat Jembatan Tungkak atau Pasar Aneka Satwa dan Tanaman Yogyakarta (PASTY) di Dongkelan maupun Pasar Klithikan di Kuncen.
Empon-empon gampang dibeli di sana. Syukur masih punya cangkir blirik-nya. Jadi komplet mempersonifikasi orang nomor satu di Indonesia. Apa salahnya?
Mantan Bupati Bantul Hj Sri Suryawidati Idham Samawi pun mengunggah resep ini. Dia mengutip dari menu istana.
Harapannya dia bisa menyebarluaskan upaya menjaga kesehatan ala nenek moyang, bukan hanya murah meriah tetapi juga manjur dan bermanfaat. (sol)