Akibat Intimidasi, Korban Perundungan dan Keluarga Mengungsi
KORANBERNAS.ID, PURWOREJO--Keluarga CH (16), korban penganiayaan yang dilakukan kawan di sekolahnya, akhirnya memilih mengungsi ke rumah saudaranya. Video ini sendiri, viral sejak 12 Februari 2020.
Hal tersebut dilakukan karena banyaknya tamu yang berkunjung ke rumahnya sepanjang Kamis (13/2/2020) dan dari pagi hingga malam hari.
Pada malam harinya, keluarga korban menerima tamu dari pihak yayasan sekolah yang berkedudukan di Provinsi Jawa Tengah. Yayasan meminta keluarga korban untuk tidak meneruskan kasus tersebut.
Hal tersebut perlu dilakukan, menurut pihak yayasan, demi kenyamanan siswa belajar dan nama baik sekolah.
Ibu korban CH (16) kepada koranbernas.id (14/2/2020) mengaku merasa terintimidasi dengan kedatangan yayasan sekolah anaknya. Sehabis para tamu pulang, ibu korban menelepon keluarga besarnya pada pukul 23.00 WIB, untuk dijemput ke rumah nenek CH.
“Saya dan anak saya merasa tertekan, jadi meminta jemputan untuk mengungsi ke rumah nenek CH di desa sebelah,” tuturnya.
Menurut ibu CH, di rumah neneknya, anaknya merasa gembira karena banyak teman.
“CH di sini gembira, karena banyak saudara dan teman,”ucapnya.
Dari pengamatan koranbernas.id wajah CH pada (13/2/2020),tampak murung. CH merasa takut dengan tamu-tamu yang berjubel di rumahnya. Berbeda dengan kondisi CH pada Jumat (14/2/2020), terlihat ceria dengan senyum di wajahnya.
Menanggapi kasus hukum bagi pelaku, keluarga menyerahkan kepada pihak kepolisian.
“Orangtua pelaku ada yang sudah minta maaf atas kekerasan yang dialami CH. Kami sudah memaafkan para pelaku, tetapi proses hukum tetap berjalan,” tuturnya.
Tetapi ibu CH menyayangkan pihak sekolah SMP berinisial M, belum ada perwakilan yang mendatanginya.
Ibu CH menuturkan, sebenarnya sudah lama korban merengek tidak mau sekolah, karena merasa selalu dinakali temen-temennya.
“Saya tidak menanggapi serius keluhan anak saya. Saya pikir hanya kenakalan biasa saja,” ucapnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, kalau anaknya sering memiliki uang lebih.
“Saya tiap hari hanya memberi uang saku sebesar 5 ribu. Tapi neneknya dan saudara yang lain sering memberi uang jajan yang selalu di bawa ke sekolah,” lanjut dia.
Seringkali juga, bagian saku dari pakaian CH juga rusak. Rupanya pelaku pemalakan tidak terima dikasih uang sedikit, dan berusaha merogoh sendiri mengambil uang yang ada di kantong CH. Akibat pengambilan secara paksa, kantong saku pada seragam CH selalu rusak.
“Saya sudah melaporkan kepada guru, atas apa yang terjadi pada CH. Sepertinya guru tidak menindak lanjuti laporan saya, hingga peristiwa penganiayaan CH. Videonya viral di media sosial,” tuturnya.
Saat ini, keluarga belum memutuskan kelanjutan sekolah CH, di karenakan pelaku menurut informasi sudah tidak ditahan di polres.
“Pelaku sudah tidak ditahan lagi. Kami menjadi khawatir, jangan sampai terjadi sesuatu yang tidak diinginkan,” ungkap dia.
Ibu korban juga menanggapi saran agar anaknya dimasukan sekolah luar biasa (SLB). Kalau memang pantas, saya tidak keberatan CH ke SLB. Anak saya lemah dalam berhitung, misalnya dua ditambah dua, CH tidak mampu berhitung dalam bayangan. Dia mesti menggunakan alat jari-jarinya ataupun kalkulator,” tutur ibu CH.
Lanjut dia, namun CH pandai bergaul, anaknya ramah dengan siapapun. CH juga pintar mengaji.
Kepada koranbernas.id CH mengaku ngaji Al-Quran sudah sampai juz 2.
Ketika koranbernas.id berkunjung ke rumah CH, diterima oleh ibu CH, bulik CH dan bude CH, sementara pakde CH, paklik CH dan saudara laki- laki ibu CH berjaga-jaga diluar rumah.
Saat ini, keluarga CH menutup akses luar untuk ketemu dengan CH maupun orangtuanya, demi kenyamanan CH. (SM)