Pemkab Sleman Launching Imunisasi JE di Ponpes Pandanaran
Orang yang terinfeksi virus ini tidak menunjukkan gejala, seperti flu biasa.
KORANBERNAS.ID, SLEMAN -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman me-launching imunisasi Japanese Encephalitis (JE) di Pondok Pesantren (Ponpes) Pandanaran Ngaglik, Senin (2/9/2024). Launching ditandai dengan imunisasi JE kepada santri di ponpes tersebut.
Menurut Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Sleman dr Khamidah Yuliati, JE adalah peradangan pada jaringan otak yang disebabkan oleh Japanese Encephalitis Virus (JEV). Penyakit ini ditularkan oleh nyamuk culex yang dapat menular ke manusia maupun hewan peliharaan.
"Penyebaran penyakit ini semakin berkembang saat musim hujan saat populasi nyamuk culex meningkat. Orang yang terinfeksi virus ini tidak menunjukkan gejala dan kerap disangka seperti flu biasa. Gejala akan muncul 4 sampai 14 hari setelah mengalami gigitan nyamuk atau masa inkubasi," kata Yuliati.
Pada anak, lanjut Yuliati, gejala awal berupa demam, anak tampak rewel, muntah, diare dan kejang. Dalam rangka memberikan perlindungan kepada anak perlu diberikan vaksin JE secara rutin, melalui upaya pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, penanganan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Sleman dr Khamidah Yuliati (kiri). (nila hastuti/koranbernas.id)
"Saya berharap dengan adanya vaksin JE dapat memberikan edukasi tentang pentingnya vaksin JE pada anak dan mencegah penularan penyakit JE," katanya.
Diungkapkan, Japanese Encephalitis merupakan salah satu penyebab terbesar ensefalitis virus di seluruh dunia dan masalah utama kesehatan masyarakat di Asia termasuk di Indonesia.
Angka kesakitan akibat JE sebesar 1,8 per 100 ribu penduduk dengan Case-Fatality Rate (CFR) 20-30 persen dan 30 persen – 50 persen dari yang hidup berakibat gejala sisa (sekuele) seperti lumpuh atau kejang, perubahan perilaku, beberapa di antaranya mengalami kecacatan berat.
"Walaupun JE merupakan masalah kesehatan dengan akibat yang serius, namun dapat dicegah dengan pemberian imunisasi," jelas Yuliati.
Imunisasi tambahan
Kasus JE per kelompok umur di Indonesia dilaporkan 85 persen pada kelompok usia ≤15 tahun dan 15 persen pada kelompok usia > 15 tahun.
Berdasarkan kajian dan rekomendasi ITAGI tahun 2016, perlu dilaksanakan imunisasi tambahan massal imunisasi JE sebelum introduksi imunisasi JE
Menurut dia, pemberian imunisasi JE pertama dilakukan di Provinsi Bali tahun 2019 yang dimulai dengan pemberian imunisasi JE pada usia 9 bulan – kurang 15 tahun dilanjutkan imunisasi rutin pada anak usia 10 bulan. Pemberian kedua di Kalimantan barat dan ketiga di DIY termasuk Kabupaten Sleman.
"Pemberian Imunisasi JE ditandai dengan pencanangan tanggal 2 September 2024 di Pondok Pesantren Pandanaran. Pencanangan ini merupakan upaya strategis untuk mengajak kepada semua lapisan masyarakat untuk mendukung adanya imunisasi JE," kata Yuliati.
Sangat terbuka
Pondok Pesantren Pandanaran menjadi contoh yang baik dengan penerimaan imunisasi JE yang sangat terbuka. Pelaksanaan imunisasi tambahan massal Japanese Encephalitis akan dilaksanakan dua bulan mulai 3 September hingga Oktober 2024. Imunisasi tambahan Japanese Encephalitis menyasar anak usia 9 bulan hingga usia kurang dari 15 tahun.
Estimasi target sasaran imunisasi Japanese Encephalitis di Kabupaten Sleman sebanyak 227.370 anak. Vaksin Japanese Encephalitis akan diberikan secara cuma-cuma di seluruh fasilitas kesehatan baik Posyandu maupun Puskesmas.
Selain itu vaksin Japanese Encephalitis juga diberikan di lingkungan sekolah dan tempat yang ditunjuk sebagai lokasi pelayanan imunisasi seperti kalurahan dan gedung pertemuan. (*)