Pemilukada Serentak di Jateng Semakin Menghangat

Pilkada sudah merupakan perang bintang bagi kandidatnya.

Pemilukada Serentak di Jateng Semakin Menghangat
Diskusi Ngobrol Politik “Tergiur Figur” yang diadakan FWPJT dan Forwakot di Setos Cafe Semarang. (istimewa)

KORANBERNAS.ID, SEMARANG -- Pemilukada serentak bulan November 2024 sudah semakin menghangat dengan munculnya tokoh-tokoh yang akan ikut berkontestasi di tingkat kabupaten atau provinsi di Jawa Tengah (Jateng).

Sebelum menentukan siapa saja yang ikut maju kontestasi, bermuculan lembaga survei melakukan penelitiannya. The Republic Institute salah satu lembaga survei yang kredibel melakukan survei kepada masyarakat yang akan menentukan hak pilihnya.

Sufyanto dari The Republic Institute mengatakan, survei yang dilakukan itu menjadi pertanggungjawaban kepada publik dalam melihat dan menakar calon pemimpin pada masa mendatang.

”Survei secara tidak langsung menyerap informasi persoalan apa saja, yang menjadi perhatian masyarakat Kota Semarang dan sebagai bahan bagi calon pemimpin untuk mencari solusinya,” ungkapnya dalam diskusi Ngobrol Politik Tergiur Figur yang diadakan FWPJT dan Forwakot di Setos Cafe Semarang, beberapa waktu  lalu.

Sufyanto menjelaskan, survei yang dilakukannya sebenarnya untuk melihat dan menilai perilaku memilih masyarakat Kota Semarang menjelang Pilkada Serentak 2024. ”Apakah perilakunya masih dipengaruhi pemilu sebelumnya, atau sudah ada perubahan,” katanya.

Lanjutnya, survei yang dilakukan mulai 1-10 Mei dengan jumlah 800 sampel dan teknik pengambilan sampel adalah stratified random sampling dengan margin error sebesar 3,2 persen.

Perang bintang

“Permasalahan yang harus diselesaikan bagi pemimpin masa depan Kota Semarang paling besar adalah pemerataan atau penyaluran bantuan pemerintah, dan harga kebutuhan pokok yang terjangkau serta perbaikan infrastruktur. Kepastian memilih calon sudah mencapai 43,5 persen, dan belum pasti memilih 40 persen. Kepastian memilih itu berdasarkan ketokohan,” kata Sufyanto.

Pengamat politik dari FISIP Undip Wahid Abdulrahman menambahkan, pilkada sudah merupakan perang bintang bagi kandidatnya. Ini karena kandidat yang memperoleh perhatian pemilih harus dilakukan dengan daya tarik besar,  biasanya paling dominan untuk menarik masyarakat.

”Supaya mendapat perhatian masyarakat dan dipilihnya harus melakukan strategi yang jitu dengan program yang menarik dan bisa diterima masyarakat,” ujarnya.

Wahid menjelaskan, dengan komposisi pemilih di Kota Semarang paling besar adalah usia muda dengan rentang 20-50 tahun, maka tidak salah kalau diperlukan media luar ruang dan media sosial yang menarik.

“Stereotip yang merakyat atau dekat dengan masyarakat juga mempengaruhi pemilih. Kandidat yang menarik lebih sering diperhatikan,” ucap Wahid. (*)