Pemdes Bulurejo Juwiring Terapkan Block System 

Memulihkan fungsi lahan pertanian yang terbengkalai.

Masal Gurusinga Masal Gurusinga
Okt 14, 2024 - 23:46
Pemdes Bulurejo Juwiring Terapkan Block System 
Petani di Desa Bulurejo Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten memanen padi di lahan miliknya. (masalgurusinga/koranbernas.id)
KORANBERNAS.ID,KLATEN - Langkah yang dilakukan Pemerintah Desa (Pemdes) Bulurejo Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten dalam mengembalikan fungsi lahan pertanian dengan block system (tanam serentak) patut diapresiasi. Pasalnya, block system yang diterapkan untuk mengolah kembali lahan pertanian yang terbengkalai bertahun-tahun kini sudah membuahkan hasil.
"Alhamdulillah sudah ada yang panen. Ini berkat kerjasama semua dalam gerakan tanam serentak di desa kami," kata Kepala Desa Bulurejo, Suparman di Kantor Camat Juwiring, Senin (14/10/2024) siang.
Suparman menceritakan, lahan pertanian di wilayah Desa Bulurejo banyak yang terbengkalai akibat tidak dikelola oleh pemiliknya. Itu mereka lakukan karena serangan hama tikus yang berakibat pada gagal panen. 
Banyaknya lahan pertanian yang terbengkalai bahkan menjadi semak belukar, mengundang keprihatinan sejumlah pihak. Karenanya, Pemerintah Desa Bulurejo beserta pihak terkait berusaha mencarikan solusi untuk mengembalikan fungsi lahan pertanian ke fungsi awal. Apalagi Kecamatan Juwiring dikenal sebagai salah satu lumbung pangan di Kabupaten Klaten.
Dalam pertemuan antara Pemdes Bulurejo dengan Gapoktan Sri Rejeki, Kelompok Tani, Pea konyuluh Pertanian dan pihak terkait lainnya beberapa bulan lalu di gedung pertemuan Desa Bulurejo, disepakati bersama-sama membuka kembali lahan pertanian yang terbengkalai.
Pada tahap pertama ada 65 patok di blok 2 yang digarap dan ditanami serentak dengan block system. Hasilnya sudah ada yang dipanen meski hasilnya belum maksimal. "Yang sudah dipanen kemarin sudah mulai ditanam lagi," kata Suparman.
Senada dikemukakan Ketua Gapoktan Sri Rejeki, Agus Riyono yang ditemui di areal pertanian Desa Bulurejo. Menurutnya, panen lahan pertanian tahap pertama memang belum memberikan hasil yang maksimal karena masih ada hama. Meski demikian, dirinya mengapresiasi kerjasama antara Gapoktan, kelompok tani, petani dan pemerintah desa sejak awal dimulainya proses membuka lahan.
"Sejak awal mau membuka lahan memang ada tahapan yang dilalui. Tahap pertama membuat saluran, rotari, memasukkan air, rotari lagi, mengolah tanah hingga menanam serentak," ujarnya.
Diakui, pada tahap pertama masih ada petani yang enggan menanam lahannya karena sifat individualnya. Meski demikian kata dia, pihaknya akan tetap mengajaknya berkomunikasi agar bersama-sama mau mengolah lahannya dengan tanam serentak (block system).
Agus menyatakan tidak menemukan kendala dalam membuka lahan. Ketersediaan pupuk, air dan sebagainya relatif normal.
"Ketersediaan pupuk ada, air untuk irigasi juga tidak ada masalah. Pola tanam dengan block system ini sudah pernah dijalankan 20 tahun lalu dan dilanjutkan lagi sekarang. Sudah ganti beberapa kepala desa," jelasnya.(*)

Tag: