KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA - Indonesia mengambil langkah besar menuju era nuklir dengan memperkuat kerja sama bilateral bersama Rusia. Hal ini terungkap dalam rangkaian kegiatan Nuclear Young Talent Fest dan The 4th Joint Working Group on Human Resources Development yang akan diselenggarakan di Yogyakarta pada 14-17 Oktober 2024.
Edy Giri Rachman Putra, Deputi Bidang Sumber Daya Manusia Iptek dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengungkapkan bahwa acara ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang Indonesia untuk membangun kapasitas sumber daya manusia (SDM) di bidang nuklir.
"Ini bukan sekadar pertukaran pengetahuan, tapi langkah konkret menuju kemandirian teknologi nuklir Indonesia," ujar Edy kepada wartawan pada Senin (14/10/2024).
Kerja sama Indonesia-Rusia dalam bidang nuklir telah berlangsung selama hampir dua dekade, diawali dengan penandatanganan perjanjian pada 1 Desember 2006.
Namun, momentum baru terjadi dengan rencana pembaruan Memorandum of Understanding (MoU) antara BRIN dan Rosatom yang dijadwalkan pada 7 Oktober 2024, bersamaan dengan pelaksanaan 3rd Joint Coordinating Committee (JCC).
Edy Giri menegaskan bahwa Indonesia telah mempersiapkan landasan regulasi untuk pengembangan nuklir.
"Ada dua regulasi baru yang menjadikan nuklir sebagai salah satu opsi energi baru terbarukan, tidak lagi sebagai pilihan terakhir," ungkapnya.
Ia juga menambahkan bahwa pemerintah telah meluncurkan program manajemen talenta nasional dengan fokus khusus pada SDM bidang nuklir. Meski demikian, Edy mengingatkan bahwa pengembangan kapasitas nuklir bukanlah proses instan.
"Kita tidak bisa menyiapkan ini dalam waktu singkat. Sudah lima tahun kita menjalin kerja sama ini, dan kita akan terus melanjutkannya sambil membuka peluang dengan negara-negara lain," kata dia.
Sementara itu, Anna Belokoneva, Direktur Kantor Rosatom International Network, menekankan signifikansi kerja sama ini.
"Rosatom, dengan 450 organisasi dan 2.500 karyawan, siap berbagi pengalaman 80 tahun kami dalam industri nuklir dengan Indonesia," katanya.
Anna juga mengungkapkan bahwa Rosatom saat ini sedang membangun 39 unit pembangkit listrik tenaga nuklir di berbagai negara, termasuk Mesir, Turki, dan Bangladesh. Salah satu highlight dari kerja sama ini adalah fokus pada pendidikan dan pengembangan SDM. Saat ini, terdapat 2.000 mahasiswa dari 65 negara yang menempuh pendidikan nuklir di Rusia.
"Kami sangat terkesan dengan motivasi dan kesiapan mahasiswa Indonesia yang belajar di universitas kami," tambahnya.
Menariknya, perkembangan ini sejalan dengan rencana pembangunan ibu kota baru Indonesia di Kalimantan. Anna menyatakan bahwa Kalimantan memiliki potensi besar untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) karena risiko gempa bumi yang rendah.
"Kami siap mengajukan proposal untuk PLTN kapasitas kecil maupun besar di Kalimantan, namun keputusan akhir ada di tangan pemerintah Indonesia," jelasnya.
Dengan perkembangan ini, Indonesia tampaknya semakin dekat dengan ambisinya untuk menjadi negara dengan kemampuan nuklir. Namun, tantangan terbesar masih menanti: meyakinkan publik dan memastikan kesiapan infrastruktur untuk teknologi yang kontroversial namun berpotensi revolusioner ini.(*)