Pemda DIY Gelar Kompetisi Karya Filosofi 2024
Acara ini melibatkan ribuan humas dari seluruh Indonesia.
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menggelar Kompetisi Karya Filosofi 2024 sebagai langkah memperkenalkan Sumbu Filosofi Yogyakarta, yang telah diakui sebagai Warisan Dunia UNESCO. Kompetisi ini menargetkan terciptanya 150 konten kreatif untuk memperkuat branding Yogyakarta sebagai pusat nilai-nilai budaya yang mendunia.
Kepala Biro Umum, Hubungan Masyarakat dan Protokol Pemda DIY, Drs Teguh Suhada M Si, mengatakan acara ini melibatkan ribuan humas dari seluruh Indonesia. Informasi mengenai Kompetisi ini bisa diakses di https://bit.ly/KKFILOSOFIJOGJA.
“Kompetisi ini tidak hanya sekadar ajang kreativitas, tetapi juga bentuk upaya mengamplifikasi nilai-nilai budaya dari Sumbu Filosofi Yogyakarta secara luas,” ujarnya, Senin (25/11/2024).
Puncak acara ini adalah Anugerah Kompetisi Karya Filosofi yang akan diselenggarakan 13 Desember 2024. Teguh berharap kegiatan ini bisa menjadi momen strategis untuk mengukuhkan posisi Sumbu Filosofi sebagai simbol kebudayaan dunia yang berdampak.
Perjalanan manusia
Menurut Plh Kepala Seksi Perencanaan BPKSF Dinas Kebudayaan DIY, Nurani Fajri, Sumbu Filosofi mencerminkan filosofi sangkan paraning dumadi yaitu perjalanan manusia dari asal-usul hingga tujuan hidup.
Sumbu ini dimulai dari Panggung Krapyak yang melambangkan awal kehidupan, melintasi Keraton, hingga Tugu Jogja yang menjadi simbol spiritual.
“Filosofi ini juga tergambar pada elemen-elemen budaya di sepanjang garis sumbu imajiner tersebut, seperti pasar tradisional, jalur arsitektural, keraton, hingga perumahan warga yang mendukung nilai-nilai tradisional,” jelas Rani.
Pemda DIY juga mengajukan dua Outstanding Universal Values (Nilai Universal Luar Biasa) kepada UNESCO, yaitu harmoni antara masyarakat dan lingkungan serta kekayaan filosofi budaya.
Melebihi target
Hingga Kamis pagi tercatat 165 entri telah diterima melampaui target awal sebanyak 150 karya. Antusiasme tinggi terlihat dari peserta yang berasal dari berbagai daerah, termasuk komunitas humas di Indonesia.
“Profesi humas sangat strategis dalam mempublikasikan nilai-nilai ini ke khalayak luas,” ujar Armoro Wikan, perwakilan Humas Indonesia.
Menurut dia, kompetisi ini sebagai ajang melibatkan profesional dalam pelestarian budaya. Lomba mengusung tantangan kreatif, seperti penggunaan rasio 1:1 untuk foto dan format vertikal untuk video, sesuai tren media sosial.
Ferganata Indra, seorang jurnalis foto sekaligus juri kompetisi tersebut menyatakan karya-karya yang masuk tidak hanya menonjolkan estetika, tetapi juga pesan mendalam tentang nilai-nilai budaya Sumbu Filosofi.
Arsip digital
“Kompetisi ini menjadi ruang perayaan visual dan arsip digital untuk generasi mendatang. Lewat karya ini, kita bisa membuka diskusi tentang makna budaya yang lebih dalam,” kata Indra.
Pemda DIY mengajak seluruh pihak, mulai dari pemerintah hingga perusahaan swasta, untuk mendukung pelestarian Sumbu Filosofi. Upaya ini dianggap penting untuk memastikan nilai-nilai budaya Jogja tetap dikenal di panggung internasional.
Dengan dukungan penuh dan antusiasme yang tinggi, Kompetisi Karya Filosofi 2024 diharapkan tidak hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga momentum strategis untuk mengukuhkan Yogyakarta sebagai ikon budaya dunia. (*)