Pembelajaran Berdiferensiasi dan Penerapannya
KEBIJAKAN Merdeka Belajar dicanangkan oleh Nadiem Anwar Makarim (Mendikbud Ristek). Kurikulum Merdeka Belajar adalah bentuk evaluasi dari kurikulum sebelumnya, yakni Kurikulum 2013. Kurikulum ini diluncurkan secara resmi pada Februari 2022. Adapun kebijakan ini bertujuan menggali potensi guru dan murid untuk meningkatkan kualitas pembelajaran secara mandiri. Konsep pembelajaran merdeka belajar adalah fokus pada kemerdekaan atau kebebasan, dalam artian medeka dalam hal ini adalah memberi kebebasan bagi setiap manusia baik guru maupun peserta didik untuk memiliki kebebasan masing-masing dalam memilih mulai dari topik, alat pembelajaran dan metode sesuai dengan apa yang diinginkan baik oleh siswa maupun oleh guru.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang memberi keleluasaan pada siswa untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar siswa tersebut. Pembelajaran berdiferensiasi tidak hanya berfokus pada produk pembelajaran, tapi juga fokus pada proses dan konten/materi. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah proses pembelajaran yang semrawut (chaotic), artinya guru tidak harus membuat beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus. Guru tentunya bukanlah orang yang serba bisa memecahkan semua permasalahan yang muncul setiap saat.
Ki Hajar Dewantara mengingatkan, bahwa pada hakikatnya guru harus mau bergerak mengikuti kodrat alam dan kodrat zaman. Pendidikan bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Karena siswa akan merasa lebih dihargai apabila guru berangkat dari kodrat yang sama dengan mereka para siswa. Menghargai adalah bentuk dari sifat kemanusiaan. Pendidikan harus mengasah rasa kemanusiaan, sehingga nantinya para siswa dapat menjadi siswa yang memiliki toleransi terhadap perbedaan yang terjadi di dunia nyata. Perwujudan dari profil pelajar Pancasila yakni berkebhinekaan global.
Dalam hal ini tugas pengajar lebih dititikberatkan pada pemberian perhatian terhadap minat, bakat dan kemampuan murid serta memberikan dukungan yang diperlukan, tanpa mengurangi keinginan murid untuk bertumbuh dan berkembang. Dengan menyadari keberagaman dan keunikan pada setiap individu, maka guru harus mengajar mereka secara berdiferensiasi.
Veni Widi Astuti berpendapat, bahwa pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan belajar murid. Guru memfasilitasi murid sesuai dengan kebutuhannya, karena setiap murid mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa diberi perlakuan yang sama. Dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi guru perlu memikirkan tindakan yang masuk akal yang nantinya akan diambil, karena pembelajaran berdiferensiasi tidak berarti pembelajaran dengan memberikan perlakuan atau tindakan yang berbeda untuk setiap murid, maupun pembelajaran yang membedakan antara murid yang cerdas dengan yang kurang cerdas.
Karekteristik pembelajaran berdiferensiasi antara lain; lingkungan belajar mengundang murid untuk belajar, kurikulum memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas, terdapat penilaian berkelanjutan, guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar murid, dan manajemen kelas efektif. Adapun kelas yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi adalah ketika proses pembelajaran guru menggunakan beragam cara, agar murid dapat mengeksploitasi isi kurikulum, guru juga memberikan beragam kegiatan yang masuk akal, sehingga murid dapat mengerti dan memiliki informasi atau ide, serta guru memberikan beragam pilihan di mana murid dapat mendemonstrasikan apa yang mereka pelajari.
Dalam rangka menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas, beberapa hal yang mesti dipersiapkan oleh guru di antaranya adalah: melakukan pemetaan kebutuhan belajar berdasarkan tiga aspek, yaitu: kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar murid (hal ini dapat dilakukan melalui wawancara, observasi, atau survey menggunakan angket, dan pendukung lainnya). Setelah itu dilakukan pemetaan dengan memberikan berbagai pilihan baik dari strategi, materi, maupun cara belajar dan selanjutnya mengevaluasi dan merefleksi pembelajaran yang telah berlangsung.
Untuk melaksaakan pembelajaran berdiferensi, guru membutuhkan assesment diagnostic dan analisis kurikulum secara mendalam dan membutuhkan kolaborasi yang berkelanjutan antar-semua pihak. Oleh karena itu pemerintah harus lebih serius dalam menggarap Kurikulum Merdeka Belajar. Jangan sampai ganti pemerintahan ganti pula kebijakannya, sehingga apa yang telah dicanangkan hanya akan menjadi semacam slogan saja. Semoga Merdeka Belajar yang telah ditancapkan oleh Mendikbud Ristek benar-benar dapat terwujud. **
Yudi Heriana Tantri M.Pd.
Guru SD Negeri Puluhan, Sedayu, Bantul