Pelaku Pariwisata Sepakat Pakai Pakaian Adat

Pelaku Pariwisata Sepakat Pakai Pakaian Adat

KORANBERNAS.ID -- Para pelaku pariwisata di DIY bersepakat mengenakan pakaian adat dalam keseharian saat beraktifitas melayani para tamu atau wisatawan yang berkunjung. Kesepakatan tersebut dicapai para pelaku wisata pada acara sosialisasi Jogja Culture Experiences di Hotel Grand Dafam Rohan, Banguntapan, Bantul, Jumat (15/11/2019) sore.

Kepala Dinas Parwiisata DIY Singgih Raharjo SH, M.Ed, mengatakan bahwa kesepakatan itu tetap mengacu pada Peraturan Gubernur (Pergub) DIY. “Jadi kami tidak akan membuat aturan lagi atau membuat aturan sendiri soal pakaian adat. Jadi kami mengikuti mana yang boleh dan tidak boleh sesuai aturan yang ada,” katanya.

Hanya saja, untuk desain baju mereka membuat sendiri. Tentu setelah memperhatikan dari hasil masukan para pelaku pariwisata yang ada. Penggunaan pakaian adat rencananya  mulai berlaku Januari tahun depan.

Sementara Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY, Deddy Pranowo  Eryono, mendukung rencana penggunaan pakaian adat yang telah ditanda-tangani dengan pihak Dinas Pariwisata DIY.

“Tentu saya berharap ketika ini nanti jadi dilaksanakan akan memberikan nuansa baru bagi sektor pariwisata di DIY. Ujungnya adalah meninggalkan kesan bagi para wisatawan dan akhirnya akan kembali datang kemari, sekaligus mampu meningkatkan animo atau kunjungan wisatawan,” katanya.

Selain itu, nantinya saat para pelaku pariwisata, termasuk juga para karyawan hotel mulai security, front office, hingga manajemen mengenakan pakaian adat, tentu bisa menjadi tambahan daya tarik. “Itu bisa menjadi kesan tersendiri dan para tamu akan berfoto -foto. Ini  dampaknya akan baik bagi pariwisata kita,” kata owner Hotel Ruba Graha  tersebut.

Dukungan penggunaan pakaian adat bagi pelaku wisata ini juga disampaikan Purwo Harsono, Ketua Koperasi Notowono Mangunan Dlingo, Bantul. “Tentu kami berharap nantinya kami juga diberikan informasi dan sosialisasi mengenai baju adat yang dipakai tersebut, sehingga bisa menambah ilmu baru bagi yang memakai dan bisa menerangkan kepada wisatawan ketika ada yang menanyakan,” kata Ipung.

Selain MoU, pada acara sosialisasi tersebut juga diperagakan pakaian adat yang desainya telah disepakati sebelumnya oleh para pelaku pariwisata. Ada tiga desain pakaian yang disepakati. Pakaian  itu berbahan bahan lurik di bagian atas dan bawahan lain jarit, di desain baik untuk yang mengenakan hijab ataupun yang bersanggul kecil bagi perempuan. Untuk laki-laki mengenakan tambahan celana warna gelap, selain jarit yang dililitkan di sebelah atas, dan kepala mengenakan ikat blangkon. (eru)